Chapter 18 Xiao Lizi (II)

11.4K 708 26
                                    

Yoo! Miss me? Aku masih hidup dan ku sempat2kan waktu menulis untuk kalian, pembaca setiaku ^^ selamat membaca ya!

Yulan melirik sekeliling paviliun taman Yuhua. Perasaannya saat ini dihinggapi rasa kekecewaan luar biasa. Xiao Lizi masih belum datang, apa yang harus dilakukannya? Padahal ia sudah jauh-jauh melarikan diri dari para pelayan dan kasimnya hanya demi bertemu lagi dengannya. Perasaan rindu itu kian mendalam setiap harinya, pada akhirnya setelah melewati tiga hari ia akhirnya memutuskan menemuinya.

Yulan memutuskan duduk di salah satu kursi dari kayu. Dikeluarkannya sapu tangan dan memain-mainkannya, pandangan matanya terus beralih dari satu tempat ke tempat lainnya. Yulan menghela nafas, pandangannya kembali pada sapu tangan yang dimainkannya.

"Dia tak datang . . . " gumannya kecewa.

"Siapa yang tak datang?" Tanya suatu suara tak asing padanya.

Yulan berbalik, dilihatnya Xiao Lizi berada di depannya seketika seutas senyum mengembang di wajah Yulan. Senyum itu sangat sempurna, senyuman yang dapat memikat siapapun termasuk pula kasim di hadapannya itu, menggaruk-garuk kepalanya salah tingkah.

"Ku kira kau tak akan datang lagi"

"Siapa bilang? Tahukah xiao zhu, hamba telah menunggu kedatangan xiao zhu disini selama tiga hari"

"Benarkah? Berarti kau telah melalaikan tugasmu di Yang Xing Dian"

"Oh bukan begitu! Maksudku setelah menyelesaikan tugasku, aku pun melesat kesini. Sampai-sampai hamba menunggu hingga tengah malam"

Yulan tersenyum. Berarti Xiao Lizi tak melupakannya dan itu membuatnya senang.

"Xiao zhu, apa anda bisa menari?" Tanya Xiao Lizi tiba-tiba.

"Bisa. Kenapa?"

"Bolehkah hamba melihat kehebatan xiao zhu?" Tanpa berpikir panjang Yulan mengangguk. Xiao Lizi mengeluarkan xiao miliknya, mulai memainkan lagu tari jinhong.

Yulan menari gemulai mengikuti alunan musik yang dimainkan Xiao Lizi. Gerakan tangannya agung mengikuti setiap tinggi rendah permainan xiao, ekspresi wajahnya memancarkan kepercayaan diri luar biasa, berkharisma dan menarik itulah yang ada dalam pikiran Xiao Lizi.

------

"Ketika hamba mendapati wajahnya yang telah memucat dan tubuhnya telah kaku, tubuh hamba serasa membeku kemudian hamba berlutut di hadapannya menangisi kepergiannya" suara Xiao Lizi bergetar, "sampai sekarang . . . Hamba masih tak dapat melupakan hari itu . . . Hamba
. . . Kalau saja hamba mengetahui hari itu menjadi hari terakhirnya . . . Hamba pasti akan menghabiskan banyak waktu bersamanya . . ." Dari pelupuk mata Xiao Lizi mengalir butiran-butiran bening membasahi matanya yang berkilau bak berlian itu.

Dada Yulan terenyuh menyaksikan air mata itu mulai membasahi wajahnya yang sempurna. Mendengarkan suara bergetarnya semakin menambah kesakitan Yulan. Yulan mengambil sapu tangannya menghapus air mata Xiao Lizi.

"Meskipun aku tak mengetahui siapa orang yang kau kasihi itu. Tapi aku rasa orang itu pasti tak mau kau bersedih lagi karenanya kau harus kuatkan dirimu jadilah sekuat dan sekeras baja yang tak pernah bengkok oleh pukulan apapun"

"Benar . . . Xiao zhu sangat benar . . ." Xiao Lizi mengambil sapu tangan itu dari tangan Yulan, mengusap air matanya mulai tersenyum pada Yulan lagi.

Xiao Lizi mengangguk, "mulai sekarang hamba harus sekuat baja"

Keduanya tertawa, suasana kembali menghangat. Keduanya berbincang ringan kembali. Yulan menatap langit yang sudah menguning itu. Ia berdiri dan merapikan Qipaonya lalu berbalik menatap Xiao Lizi.

"Hari sudah mulai gelap. Aku harus pulang dulu"

"Selamat tinggal xiao zhu" Xiao Lizi berlutut menghormat lagi.

Yulan kembali padanya, mengangkat tangan Xiao Lizi membuatnya berdiri. "Lain kali kalau hanya kita berdua kau jangan lagi bersikap formal padaku, juga panggil saja namaku"

"Baiklah kalau itu kemauan Yu . . . Yulan"

"Bagus"

Yulan berjalan menjauh menuju tangga. Yulan berbalik lagi memberi senyuman terindah pada Xiao Lizi yang juga membalasnya. Hatinya dipenuhi kebahagiaan tak menyaksikan arah depan, sepatu haknya menyentuh ujung tangga dan melayang ke depan.

Yulan menutup mata melindungi wajahnya dengan kedua tangannya agar saat terjatuh nanti ia tak terluka parah. Beberapa saat telah berlalu tapi tak terjadi apapun, pelahan-lahan Yulan membuka matanya, di depannya sudah tertampak wajah tampan disertai kekhawatiran milik Xiao Lizi.

"Yulan . . . Kau tak apa?" Xiao Lizi mempererat rangkulmannya di pinggang Yulan dan tentu saja bernada cemas.

"Aku . . . Wajah Yulan memerah layaknya tomat.

Ia melepaskan diri dari Xiao Lizi tak sengaja pandangan keduanya bertemu. Wajah Yulan bertambah merah, segera ia berbalik memunghuni Xiao Lizi. Begitu pun dengan Xiao Lizi ia menggaruk-garuk wajahnya yang tak gatal, salah tingkah.

"Akan ku tunggu kau disini" Yulan mulai berbicara.

Sebenarnya ia pun merasa terkejut memiliki keberanian untuk mengutarakan kata seberani ini pada Xiao Lizi ia benar-benar merasa malu sekarang. Sekuat tenaga ia berlari meninggalkan paviliun tersebut.

Sepeninggalan Yulan, Xiao Lizi bergerak duduk kembali. Ia memandang sosok pubggung Yulan yang telah menjauh.

"Gadis yang unik . . ." Seutas senyum tersungging di bibir Xiao Lizi.

Tanpa Xiao Lizi sadari sepasang sepatu tapak tengah bewarna coklat pernahan-lahan meninggalkan batu besar di tepi paviliun itu.

To be continue . . .

Teman-teman. Minta dukungan kalian ya! Vote dan komen minimal mencapai angka 20 ^^ makasih kalau berkenan.

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang