Chapter 47 Titik Didih (I) REDO

7.4K 451 61
                                    

Catatan :

Niang-niang : sebutan untuk selir diatas ranking ping
Pintu Shun Zhen : pintu masuk menuju harem kaisar
E'niang : ibu, sebutan bagi kaum bangsawan
Eme : panggilan ibu bagi kaum rakyat biasa

Yulan melewati jalan menuju pagoda pembuangan sampah. Hari ini pun seperti biasanya, dirinya diperintahkan Jong membuang piring-piring, kayu lapuk dan banyak sampah berat lainnya. Yulan sampat membungkuk menahan beban tubuhnya. Nafas Yulan sudah mulai bernapas ngos-ngosan. Keningnya berkeringat walau angin musim gugur bertiup disekitarnya. Yulan akhirnya jatuh terduduk menyentuh lantai. Yulan menarik napas berkali-kali demi menstabilkan paru-parunya.

Yulan mendesah, kesehatan tubuhnya telah menurun drastis semenjak bekerja di dalam ruang Ya Ning. Yupan mengelus-ngelus perutnya yang sudah sangat keroncongan itu. Bahkan tangannya pun sudah tak kuat untuk di gerakan lagi tubuhnya bergemetaran.

Dingin, sangat dingin. Yulan ingin sekali berhambur ke dalam pelukan eme-nya. Memakan kue bulan buatan eme dan berkumpul bersama ama, kakaknya, Yuyen dan Paman Qi merayakan malam bulan purnama ini. Namun diritak bisa lagi melakukan semua ini. Ia merindukan semua kehangatan keluarganya.

Yulan terjatuh menyentuh lantai. Pandangannya mulai memburam dan seterusnya kegelapan memenuhinya. Yulan jatuh terbaring di jalanan yang dingin.

------

Guilian sedang mondar-mandir di tengah ruang tengah. Bunyi sepatu tapak tengahnya terdengar jaring di sepanjang ruangan. Guilian tak dapat berhenti. Ia terlalu antusias menunggu kedatangan keluarganya. Demi menghibur hati Guilian atas keguguran putri mereka, kaisar mengizinkan keluarga Guilian datang mengunjunginya di istana. Guilian telah mempersiapkan segala makanan terbaik buatan istana demi menjamu keluarganya. Dirinya bahkan mempersiapkan hadiah untuk kedua orang anggota keluarganya.

Guilian berjalan lagi, kali ini ia menyentuh jepit perak berbentuk merak warna biru ditengah sanggulan dua sayapnya memastikan segalanya tertata dengan rapi. Guilian ingin menunjukkan pada keluarganya, betapa bagus dan mewahnya kehidupannya saat ini agar keluarganya dapat meredakan rasa kekhawatiran mereka.

Guilian menatap keluar pintu. Dimana gerangan kereta pembawa itu? Dirinya merasa sudah berabad abad lamanya menunggu disini. Apakah ia tak boleh menjemputnya sendiri di gerbang samping pintu Shen Wu? Menunggu seperti ini sungguh membuatnya gelisah tak menentu.

"Niang-niang!" Guilian menoleh tepat pada saat pelayan rumahannya Ai Ting berlari menghampirinya.

Wajah Guilian berseri gembira. Hatinya melompat-lompat kegirangan. Ia menyentuh tangan Ai Ting. "Dimana mereka!?"

"Nyonya dan nyonya muda saat ini sudah berada di pintu Shun Zhen. Tak lama lagi akan tiba di istana Chu Siu"

Guilian tersenyum senang. Senyumannya mengembang indah. "Benarkah!? Suruh Yu Wan siapkan teh Taiping terbaik tahun ini untuk keduanya. Juga perintahkan Yu Xi segera siapkan makanan kecil"

Guilian mondar-mandir bagai anak kecil "Tidak, tolong siapkan juga jamuan makan siang" Guilian bergegas berjalan menuju depan pintu demi menantikan kedatangan E'niang dan kakak iparnya.

Benar saja, tak perlu waktu lama kereta pembawa sudah melewati gerbang istana Chu Siu. Kereta kuda hitam itu berhenti tepat di depan halaman istana. Dari balik tirai kereta, keluar seorang perempuan berusia empat puluhan dengan wajah berseri dan putih. Wanita itu sedikit berisi, ia menyisir sanggulan redah sejajar daun telinga. Nyonya Nara mengenakan jepit bunga kain merah juga beberapa tusuk rambut emas berbentuk buah persik. Mengikuti dibelakangnya, seorang wanita muda berusia dua puluh lima keluar dari kereta.

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang