Chapter 15 Berduka (II)

11.1K 696 12
                                    

"Berlutut!" Seru kasim kepala upacara.

Guilian yang berada di barisan terdepan berlutut diiringi instruksi kepala upacara diiringi para selir lainnya. Yulan dan beberapa selir yang berada di barisan belakang juga mengikutinya.

Sudah tiga hari acara berkabung itu berlangsung. Yulan tak mengenakan perhiasan apapun di kepalanya dan mengenakan pakaian berduka, yaitu warna putih. Beratus-ratus dupa yang berada di sekeliling Yulan membuat matanya menjadi sembab, mau tak mau air mata terus mengalir membasahi wajahnya yang tirus.

Para selir pun tak jauh berbeda dengannya. Wenqi yang berstatus guiren lebih tinggi darinya dan berada di depan Yulan mengusap matanya yang sudah memerah itu berkali-kali. Keadaan hari ini tidak seperti hari-hari sebelumnya yang terlihat suram.

Akhirnya setelah tiga kali berlutut peti ratu Sitara di angkat beberapa pasukan berjirah hijau. Diarak menuju pintu utama kota terlarang.

------

Para selir mengikuti hingga ke makam peristirahatan terakhir ratu. Tempat ini sangatlah gersang hingga Yulan merasa gerah berada di tempat ini. Cuaca panas membuat Yulan tak henti-hentinya mengeluarkan sapu tangan mengelap keringatnya yang bercucuran. Siapapun paati akan merasa begitu ketika matahari musim panas menyinari kepala mereka.

Hanya pelayan setia ratu Sitara dan seorang pasukan berjirah hijau diperbolehkan masuk. Para selir berlutut di luar memanggil-manggil nama ratu Sitara dengan nada ditekan sedih.

Beberapa saat telah berlalu, tak terlihat kedua orang itu keluar juga maka kasim kepala upacara memerintahkan mulai menutup mati pintu masuk makam. Pasukan berjirah hijau yang tadi memasuki makam keluar dan berlutut dihadapan kepala upacara dengan wajahnya yang sangat serius.

"Lapor, pelayan Yang Mulia ratu Sitara telah membenturkan diri mati di samping peti ratu"

Kepala upacara hanya mengangguk pelan. Siapapun pasti mengerti alasan di balik itu. Jika pun ia hidup Rou'er seumur hidup tak akan mendapatkan pekerjaan yang layak lagi. Dengan posisinya yang merupakan kepala pelayan istana Chu Xiu dan pelayan dekat ratu, siapapun tak mau mengambilnya sebagai pelayan. Apalagi majikannya telah mati itu dianggap akan mengundang sial siapapun yang mengambilnya.

Yulan menghela nafas panjang sebagai bentuk penyayangannya atas kepergian nyawa yang masih tergolong belia itu.

"Tutup!" Kepala upacara mengumandangkan penutupan pintu masuk makam.

Demikian berakhirlah acara berkabung itu. Yulan mendapatkan pemahaman baru dari kejadian yang baru saja di dengarnya. Ia telah memantapkan dirinya mempertahankan keadaan seperti sekarang ini. Kalau tidak. Mubgkin hidupnya akan berakhir menyedihkan seperti Rou'er yangenyusul majikannya. Ia tak berniat melawan siapapun seperti kata emenya keamanan diri lebih penting, lagi pula tak ada alasannya untuk melawan sama sekali. Terutama melawan Gongshun huang guifei yang sangat berkuasa saat ini.

To be continue . . .

Salam pembaca! Kali ini tolong berikan dukungan kalian dalam bentuk saran kritik mau pun vote sebanyak 15 ya. Makasih banyak

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang