Chapter 16 Orang Itu?

12K 624 15
                                    

Yulan merasa gusar. Ia mengipas-ngipasi dirinya yang tak merasa panas. Tiga bulan berlalu begitu saja dan sekarang musim gugur telah melanda istana ini. Acara berkabung itu pun sudah lama terlewat dan sekarang ia tak bisa lagi mengunjungi istana Chuxiu seperti sedia kala dikarenakan istana Chuxiu yang sudah di segel kaisar. Kaisar menginginkan keadaan sedia kala seperti masa ketika ratu Sitara masih hidup.

Tentu saja negara kehilangan ibu negara itu harus segera diisi. Keadaan genting mulai terjadi. Seluruh pejabat negara menasehati kaisar agar segera melakukan pengangkatan ratu baru, namun dari kaisar sendiri masih ingin tetap mempertahankan keadaan seperti sekarang lantaran ratu baru saja meninggal belum lama.

Disaat-saat seperti ini tak ada yang bisa Yulan lakukan. Ia hanyalah seorang selir berstatus rendah tak bisa membantu apapun. Apalagi dirinya sama sekali tak mengenal sosok yang menjadi suaminya itu, jangankan itu, wajahnya saja Yulan tak pernah melihatnya. Yulan berhenti berkipas, ia memutuskan mencari udara segar di luar halaman.

Keadaan hening seperti sendirian ini sama sekali tak menyenangkan. Dalam diam seolah membisu pelayannya Anqiu dan Wanjun mengikuti dari belakang. Qipao putih bersulam batang willow yang dikenakan Yulan melambai-lambai seiring setiap pangkah kakinya. Anqiu meletakkan sapu tangannya diatas tempat duduk dari marmer di bawah sebatang pohon besar.

Yulan duduk disana seraya menatap sekeliling, para pelayan mengerjakan tugas mereka dengan teratur tak berbicara banyak. Mereka menyapu, menyiram tanaman, mengangkat sampah dan lainnya. Yulan sudah sangat bosan menghadapi keseharian yang terus berulang-ulang setiap hari, mungkin ia akan menggila menghadapinya seumur hidup dan hampir saja membuatnya berkeinginan kabur dari kota terlarang ini. Yulan lagi-lagi berhenti berkipas, ia berdiri dan menghentikan Anqiu serta Wanjun yang ingin mengikutinya.

"Jangan mengikuti aku terus. Aku ingin menyendiri sebentar saja" kata Yulan dengan nada ringan.

"Tapi xiao zhu . . ." Yulan menyela, "biarkan aku menyendiri!" Bentak Yulan membuat keduanya terkejut.

Anqiu terdiam dan sekelilingnya juga menjadi hening. Seketika Yulan melonggok pergi membiarkan semua pelayan dan kasim terpaku di tempat. Anqiu belum pernah menyaksikan kemarahan muncul di wajah majikannya seperti ini. Seingatnya majikannya adalah sosok yang lembut, sopan, baik dan penuh pengertian. Jika Yulan sampai membentak seperti ini maka ia sangatlah lelah menghadapi mereka. Wang Yi berniat mengejar tetapi di hentikan Anqiu.

"Biarkan xiao zhu sendirian. Saat ini ia sangatlah membutuhkan itu"

------

Langkah kaki demi langkah kaki terdengar disepanjang jalan setapak taman Yuhua. Memang bukan keputusan yang bagus tapi setidaknya angin menyegarkan musim gugur meniup hilang semua rasa bencinya.

Yulan berjalan mendekati paviliun di tengah taman. Ia menduduki salah satu kursi kayu disana. Daun-daun berwarna kemerahan membuat suasana hatinya membaik. Ia seolah sedang berada di taman bunga rumahnya dulu dan itu membuatnya ingin brrnyanyi.

Suara xiao menghentikan nyanyian Yulan. Seorang pemuda berbalut dalam baju kasim mendekat pada Yulan, di tangannya terdapat sebuah xiao yang sedang di mainkannya. Keahliannya tak luput di mata Yulan. Yulan menarik nafas, bernyanyi mendampingi permainan xiao milik kasim muda itu.

Permainan selesai dan kasim itu menyimpan xiao miliknya. Ia berbalik menoleh pada Yulan melemparkan seutas senyum padanya. Yulan menatap pemuda itu, ia berpenampilan maskulin, wajahnya sangat tampan, kedua mata hitamnya sangat indah bagai permata menyala-nyala, hidungnya mancung seperti orang Manchuria dan kedua bibirnya yang bergairah semakin menambah ketampanannya yang menawan.

"Suaramu sangat bagus" katanya membuyarkan lamunan Yulan.

". . . I . . . Iya . . ." Jawab Yulan gugup, belum pernah ia bertemu seorang kasim yang lebih tampan dari Qixian.

Seandainya saja ia adalah seorang lelaki tulen pasti Yulan sudah jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Kasim itu tiba-tiba menariknya ke dalam pelukannya dan beringsut kesudut. Ia membungkam mulut Yulan. Yulan tertegun, belum pernah ia berada sedekat ini dengan seorang pemuda kecuali kakak dan ama. Ini membuat jantungnya berpacu cepat seolah memberontak ingin keluar dari tubuhnya.

To be continue . . .
Catatan :

Xiao : alat musik tiup china

Halo teman-teman! Gambar diatas adalah karya author mengenai lukisan Yulan. Oh ya menurut kalian siapakah kasim itu? Apakah benar ia hanya seorang kasim? Komen ya mengenai pendapat kalian! Ditunggu lho.

+salam sayang dari Jade+

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang