Chapter 29 : Kuncup Bunga

10.5K 622 17
                                    

Malam hari istana Chang Chun terasa sunyi, seorang kasim tua duduk di depan pintu ruang peristirahatan yang telah tertutup rapat. Angin sejuk musim gugur bertiup melewati tubuh kasim tua itu. Ia gemetar dan semakin menyusutkan diri ke dalam tubuhnya bak seekor burung unta yang kedinginan. Di dalam ruangan yang besar itu duduk ratu Wei yang sedang memaan kuaci, ditangannya terdapat buku tebal bertulisan rapi yang mencatat tiap selir yang di kunjungi dan di putuskan bermalam di istananya. Ratu Wei tak menunjukkan ekspresi apapun setelah melihat buku tersebut. Diambilnya kuaci yang telah di kuliti oleh Chuizi dan memasukkannya ke dalam mulut. Chuizi memijat bahu ratu Wei dengan terlatih dan teknik yang sangat mahir. Ratu Wei menutup buku dan meletakkannya ke atas meja.

"Kaisar muda hari ini berkunjung lagi ke tempat Gongshun huang guifei" kata Chuizi tak menghentikan pijatannya, ia bertutur dalam nada yang sangat datar, tanpa emosi apapun.

Ratu Wei melayangkan tangannya di atas udara mengisyaratkan Chuizi untuk berhenti. Ia berdiri dan berjalan ke sudut ruangan di mana pot berisi bunga krisan berada, ia memetik sekuntum bunga krisan hijau itu dengan gerakan kilat, pelindung kuku yang terbuat dari emas berukir burung merak itu memancarkan warna kuning emas indah di atas dinding. Ditelitinya bunga itu, tanpa mrngalihkan tatapan dari bunga tersebut ratu Wei berbicara.

"Bunga mekar sangat indah, tapi belum tentu kuncup bunga lainnya akan terlihat jelek, ini semua tergantung bagaimana bunga itu beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi sehingga ia dapat mekar lebih indah"

Chuizi berjalan ke samping ratu Wei, "niang-niang, bunga yang mekar lebih dulu dan dianggap indah akan selalu berada di dalam kenangan. Meskipun bunga selanjutnya yang mekar indah darinya pun akan dianggap paling indah ketika kenangan itu terulang"

Ratu Wei menyerahkan bunga tersebut ke tangan Chuizi, ia menatap pelindung kukunya, "kuncup bunga apapun akan lebih indah jika di beri perawatan baik, lagi pula tak selamanya bunga itu akan mekar dengan indah, ada saatnya bunga tersebut layu"

Chuizi tak menyahut lagi, dilihatnya jam barat yang sudah menunjuk angka VII. Chuizi dengan tenang menyatakan pada Ratu Wei untuk meminum obatnya. Ratu Wei menyahut "umh" sekali setelah itu, atas bantuan Chuizi Ratu Wei kembali lagi ke tempat duduknya.

------

Anqiu melepaskan tusuk rambut terakhir dari rambut hitam mengkilat Yulan, rambut Yulan yang tergerai rata di punggung di minyaki dengan minyak sari bunga yang akan menghasilkan bau harum selama seharian, dan kemudian di sisir dengan sisir kayu. Yulan menutup mata beristirahat sejenak.

Di luar pintu bilik Ming Yue yang sudah tertutup rapat itu, Yong Yang yang berjubah biru tua mendorong pintu dan berjalan menuju ruang istirahat. Disuruhnya para pelayan untuk tak bergerak maupun bersuara. Ia berjalan pelan-pelan mendekati Yulan. Diraihnya sisir Anqiu dan menyuruhnya mundur, kemudian dengan tangannya sendiri ia menelusuri sutra halus berwarna hitam itu. Di kecupnya pipi Yulan yang polos tanpa apapun. Yulan yang merasakan pipinya disentuh sesuatu yang lembut membuka matanya lebar-lebar memperlihatkan wajah Yong Yan dan dirinya yang berada di dalam cermin. Yulan tersenyum lembut, membuat Yong Yan ikut terpengaruh dan tersenyum sumrigah. Yong Yan menahan tubuh Yulan yang akan memberi hormat padanya.

"Biar aku, suamimu menyisir rambutmu"

Yulan tak menolak juga tak mengatakan apapun. Ia sebenarnya erkejut mendengar Yong Yan menyebut dirinya sendiri dengan kata aku bukn kata zhen yang biasa digunakannya sebagai seorang kaisar. Kaisar mengambil sisir, di sisirnya rambut Yulan dari atas hingga bawah dengan terlatih. Wajah tampannya di penuhi senyuman lembut. Remang-remang lampu penerang melambai-lambai mengikuti gerakan tangannya.

"Yulan, rambutmu sungguh bagus" kaisar mengangkat sehelai, didekatinya ke hidung mancung miliknya dan tersenyum lagi. "Sangat harum. Kau bak bunga dan aku adalah lebah, kau hanya mekar untukku seorang dan kau hanya milikku . . ." Kaisar meletakkan sisir tersebut di atas meja rias, di gendongnya Yulan dengan mudah layaknya membawa membawa kertas ringannya.

"Yang Mulia . . ." Yulan memanggil dengan suara kecil.

"Sekarang aku adalah suamimu, maka panggillah aku tuanmu" kaisar terus berjalan tak mempedulikan para pelayan yang menunduk di sudut ruangan.

"Tuanku, apa tak sebaiknya tuanku menginap di tempat kakak huang guifei?" Tanya Yulan bersungguh.

"Itu tak perlu. Setelah minum obat ia sudah tertidur pulas dn terlihat baik-baik saja" Yong Yan merebahkan tubuh Yulan ke atas ranjang, ia menyelimuti tubuh Yulan dengan selimut kapas. Dikecupnya kening Yulan dan menatap lekat-lekat wajah Yulan.

"Aku sungguh beruntung memiliki wanita berbudi luhur sepertimu di sisiku Yulan . . ." Sekali lagi kaisar mengecup dahi Yulan. "Karena kau sangat pengertian, untuk hari ini aku akan berada di sini untukmu"

Kaisar melepaskan sepatunya dan berbaring di samping Yulan. Fi eratkannya genggaman tangannya di tangan Yulan, "tidurlah yang nyenyak"

Yulan mengangguk, dialihkannya tatapan Yong Yan. Ia pun menutup mata terlelap dalam kehangatan ini.

Wanjun berjalan ringan tak bersuara menutup pintu ruang tidur. Ia kemudian berdiri di samping kasim Zhang. Mereka saling bertatapan sejenak menunduk bersimpati atas nasib Yulan selanjutnya. Semakin kaisar menyayanginya, Yulan akan menjadi jarum menusuk bagi Guilian dan Guilian pasti akan berusaha dengan menghalalkan segala cara melepaskan jarum itu. Kondisi Yulan akan semakin berbahaya. Semilir angin dingin melewati keduanya, membuat keduanya merinding membayangkan nasib Yulan.

To be continue . . .

BAGAIMANA DENGAN PART INI? APA KALIAN SUKA?
AUTHOR TAHU TERLALU PENDEK, TAPI MAAFKANLAH HAMBA PEMBACA BUDIMAN, AUTHOR TAK DAPAT MENULIS LEBIH BANYAK LAGI KARNA BLANK MELANDA.

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang