Chapter 33 : Semalam Bak Seribu Tahun (II)

11.7K 475 29
                                    

Guilian duduk bersandar di kursi malasnya, tangan kirinya tak henti-hentinya menggelindingkan bola giok di wajahnya. Rong ping dan Yan guiren duduk di sisi kanan dan kirinya, tak hentinya membicarakan Wuya Wenqi.

"Wuya Wenqi ini sungguh hebat sekali, menggunakan kue rendahan itu beraninya ia merebut perhatian dengan kita" Rong pin menghentakkan kakinya marah.

"Benar kata kakak Rong, Wuya Wenqi itu benar-benar tak tahu diri" sahut Yan guiren.

Guilian berhenti menggelindingkan batu giok, ia membuka mata dan duduk, menatap tajam pada kedua wanita di hadapannya.

"Mau sampai kapan kalian terus mengomel seperti ini?" Guilian merapikan letak pelindung kukunya. "Lagi pula Wuya Wenqi jauh lebih hebat daripada kalian, ia pintar mencari kesempatan. Sedangkan kalian? Dua orang tak tahu malu"

Keduanya dibuat tak berkutip. Memang awalnya mereka dapat melayani kaisar berkat bantuan Guilian bukan seperti Wuya Wenqi. Rong ping hanya bisa menunduk sementara Yan guiren hanya terpaku disana. Guilian menutupi mulutnya yang menguap.

"Sudahlah, hari sudah larut. Kalian pulanglah ke kediaman sendiri" Guilian menopang pinggangnya dan berbalik untuk masuk ke ruang istirahatnya.

"Chen qie mohon undur diri" Rong ping dan Yan guiren membungkuk bersamaan.

Mereka tak boleh membalas sepatah katapun ucapan Guilian, semuanya benar dan Guilian adalah pelindung mereka. Menyinggung Guilian, sama saja tak mau hidup.

------

Yulan masuk ke halaman bilik Ming Yue, sepi hanya ada Qixian seorang yang sedang berjaga malam di depan pintu ruang utama yang sudah tertutup. Melihat kedatangan Yulan, Qixian berjalan ke arahnya.

"Gimana niang-niang? Apa jamuannya memyenangkan?" Yulan tak membalas, menyadari keanehan Yulan hari ini Qixian ingin sekali bertanya namun Yulan sudah membuka pintu sendiri dan masuk tanpa mengatakan apapun lalu menutup pintu. Membiarkan Qixian bertanya-tanya dalam hati. Yulan berjalan terus hingga masuk ke ruang istirahatnya sendiri. Wanjun telah menunggu di dalam, menunggung kepulangan Yulan sejak lama. Wanjun menghampiri Yulan, tersenyum seperti biasanya.

"Niang-niang, apa jamuan hari ini menyenangkan? Biar hamba membantumu berganti" Wanjun melepaskan pita pengikat jubah Yulan.

" . . . Hatiku sakit" kata Yulan kosong.

Wanjun menghentikan aktivitasnya, ia menatap Yulan yang matanya tiada ekspresi apapun. Ia melepas cepat jubah yang bertengger di tubuh Yulan, perlahan-lahan tubuh Yulan merosot kebawah, ia menangis. Wanjun segera berjongkok menopang tubuh majikannya.

"Niang-niang, ada apa ini?"

" . . . Ia bukan lagi orang yang dulu . . ." Wanjun menopang tubuh Yulan menuju kursi malas, mendudukannya.

"Niang-niang, jagalah kesehatan . . . Tak bagus terus menangis seperti ini"

"Wanjun . . . Hati ini terlalu sakit . . . Aku sesak . . ."

"Niang-niang, dalam istana ini tiada sehari pun tanpa perang sesama selir dan itu pun demi seorang lelaki saja. Selama sepuluh tahun ini hamba telah menyaksikan begitu banyak pertempuran itu dan pada akhirnya, apa yang mereka dapat? Tangis sedih setiap malam. Bukankah akan lebih baik jika niang-niang tak mengharapkan lebih dari sekedar sekarang?"

"Wanjun, aku terlalu terlambat menyadari semua ini, aku telah merosot terlalu dalam"

"Tidak, niang-niang masih belum terlambat, mulai sekarang niang-niang masih bisa memulainya" Wanjun menyeka air mata Yulan.

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang