Chapter 55 Serangan II

5K 368 42
                                    

Lembaran demi lembaran buku di balik Yulan. Tatapannya bergerak dari atas ke bawah membaca isi dalam buku bersampul gambar teratai itu. Yulan menutup buku berjudul Legenda Selir Berbisa lantas meletakkan buku tersebut ke atas nakas kecil di samping tubuhnya. Perempuan itu menutup matanya beristirahat sejenak. Buku dengan judul menarik itu telah menyita perhatian Yulan selama 3 jam. Ia sangat penasaran akan akhir kisah Permaisuri yang difitnah tersebut. Sungguh suatu karya memukau dari kalangan rakyat biasa tak mengerti kehidupan istana.

"Nona," Suara keras Anqiu membangunkan Yulan.

Yulan membuka matanya. Bulu mata lentiknya bergetar ringan. Anqiu berjalan cepat menghampiri nonanya. Rok dan lengan qipao kerajaan Anqiu melambai tertiup angin dari luar ruangan. Wajah gadis itu masam menunjukkan kekesalan. Pasti gadis ini bertikai lagi dengan pelayan lainnya. Yulan tersenyum lembut padanya. Ia menegakkan tubuhnya menyambut Anqiu.

Anqiu menghentakkan kakinya beberapa kali saat tiba di hadapan Yulan. Yulan tertawa kecil menyaksikan kekonyolan Anqiu. Ia tersenyum singkat.

"Siapa lagi yang membuat si manja kami marah?" goda Yulan seraya menyunggingkan senyuman jahil.

Anqiu maju ke sisi tubuh Yulan. Ia menggoyang-goyangkan tangan majikannya. "Nona, mari kita balik ke istana. Aku muak melihat wajah-wajah orang di sini. Mereka meremehkan nona!" makin ke belakang Anqiu makin merengek.

Yulan tersenyum lembut, "Tidak sekarang, ada waktunya."

"Anqiu tak mengerti, kenapa nona masih berada di tempat ini padahal kaisar berjanji melindungimu," Anqiu melepaskan tangan Yulan.

"Kau tak mengerti," Yulan meminum tehnya perlahan, "aku memilih ke sini demi kebaikan. Kalau aku masih berada di sisi kaisar, para menteri pasti berusaha mencari berbagai kesalahan demi menjauhkanku dari istana. Tidakah kau berpikir tempat ini lebih bagus dari pada istana Yang Xing? Selain dapat menghindari protes para menteri, aku juga dapat meneliti keadaan saat ini. Bergerak sesuai situasi sekaligus menekan kaisar agar bertindak," Yulan meletakkan cangkir tehnya, "Apa sekarang kau mengerti?"

Yulan menuangkan teh ke dalam cangkir hijaunya. Sementara Anqiu termenung mencerna perkataan majikannya. Yulan mengangkat cangkir teh yang masih mengepulkan uap hangat tersebut. ia menghirup uap wangi dari cangkirnya.

"Tolong panggilkan Qixian dan Wanjun kemari," Yulan meminum seteguk tehnya.

Anqiu mengangguk paham. Gadis itu berbalik berlari pergi seperti angin. Sudut roknya melambai-lambai oleh aksinya. Yulan tersenyum geli menyaksikan sikap gadis itu. Entah kenapa setiap kali nama Qixian disebut, wajah Anqiu pasti bersemu merah. Apa terjadi sesuatu antara sahabat masa kecilnya dan adik manjanya? Kelihatannya ia harus mencari tahu setelah semua masalah ini berlalu. Yulan meraih bukunya, ia kembali membaca buku tersebut.

Beberapa lama kemudian, Anqiu datang bersama Qixian dan Wanjun. Wajah Qixian dan Anqiu entah kenapa merona. Yulan lagi-lagi tersenyum penuh arti pada kedua orang yang mulai membungkuk hormat padanya secara bersamaan. Dirinya menutup buku yang di bacanya kembali. Ia mentap ke dua orang ini bergantian.

"Berdirilah," ucap Yulan pelan.

Perempuan itu menuangkan teh ke dalam tiga gelas kosong. Uap hangat mengepul melayang-layang di atas cangkir terisi tersebut.

"Ambillah kursi dan duduk disekitarku. Ada sesuatu yang ingin ku sampaikan pada kalian semua,"

Ketiganya membungkuk kecil kemudian mengambil kursi kayu bundar dari meja di tengah ruangan. Lantas duduk sesuai permintaan Yulan. Perempuan itu menatap satu persatu para pelayannya secara bergantian. Yulan tahu, mungkin caranya akan ditentang. Tetap saja inilah satu-satunya jalan agar lelaki itu merasakan betapa seriusnya masalah ini. Ia harus memperlihatkan betapa bahayanya situasi dirinya saat ini. Yulan mecengkeram sapu tangan dalam genggamannya kuat-kuat, memantapkan hati.

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang