Chapter 57 Serangan IV

5.6K 380 73
                                    

Catatan :

xiao zhu : majikan, nyonya. di gunakan untuk memanggil selir kaisar

Jie jie : kakak

zha : baik (kata manchuria)

Booi Aha : kasta terendah dalam tingkat sosial dinasti Qing, terdiri atas kalangan pelayan dan budak

pasangan makan : seorang kasim dan pelayan memutuskan hidup bersama atau menikah. boleh juga antara para pelayan


Yong Yen memukul meja kayu Baobab. Kini amarahnya meluap-luap dari hati, ia sangat kesal. Beraninya orang-orang itu menghasut pelayan dalam daerah kuasanya melakukan tindakan-tindakan bejat. Yong Yen mengarahkan tatapannya pada para pelayan dan tabib yang berada di ruangan ini bergantian. Wajah semua yang berada di tempat ini terlihat pucat. Mereka menunduk tak berani mengalihkan tatapan dari lantai, seolah lantai tersebut terukir sesuatu yang indah dan mengalihkan pandangan membuat mereka kehilangan pemandangan tersebut. Yong Yen mengarahkan tatapannya lurus pada tabib yang tengah berlutut tersebut.

"Tabib Hao, lakukan pemeriksaan pada sup di atas meja," ujar Yong Yen tanpa setitik pun perasaan.

"Zha," sahut tabib Hao.

Tabib itu berdiri dan berjalan menghampiri meja dimana makanan-makanan untuk makan siang masih di sajikan. Hao menyendok ke dalam mangkuk yang di pakai Yulan tadi. Sementara menunggu tabib memeriksa, Yong Yen menghadap lurus ke depan.

Pelayan setia Yulan masih tak bergerak dari tempatnya. Gadis itu menyeka air mata berkali-kali. Sikapnya tersebut membuat Yong Yen sekali lagi menoleh menatap sekat tersebut. Masih belum selesaikah perawatan para tabib? Apakah kondisi Yulan sangat parah? Yong Yen mengepalkan kepalan menahan emosi yang mulai menggerogoti dirinya. Sosok seperti apa yang berani menyentuh perempuan kesayangannya? Rahang Yong Yen mengeras. Bagaimana pun ia harus bertemu dengan orang itu. Dirinya ingin menyaksikan dengan mata dan kepalanya sendiri seperti apa wajah penghianat yang menerima uang pemberiannya tapi berbelok membantu orang luar mencelakai pemberi nafkahnya sendiri.

"Zhang," panggil Yong Yen dingin.

Zhang yang berada di samping Yong Yen buru-buru membungkuk menghadap tuannya, "Ya, Yang Mulia."

"Bawa kepala pengurus Ting Fu beserta dayang petugas menyapu bernama Jong ke hadapan zhen" kata Yong Yen kembali memutar cincin di jari.

"Baik," Zhang membungkuk ringan, kemudian berjalan mundur 3 langkah dan bergegas keluar.

Tak berapa lama setelah kepergian Kasim Zhang, kedua kasim bawahan Zhang yang mengenakan baju kerajaan merah hati berujung lengan garis biru menyeret seorang perempuan berpostur berisi dengan wajah memuakkan dan mengenakan qipao abu tanpa motif.

Perempuan berparas jelek itu bersujud. Sekujur tubuhnya bergetar. Setelah di bawa ke dalam ruangan sekali pun ia tak mengucapkan sepatah kata mau pun memberi hormat. Yong Yen tersenyum sinis. Sungguh mulia dan sombong perempuan itu, hingga berani berlaku tak sopan di hadapan putera langit, penguasa tertinggi negeri ini.

Yong Yen tertawa sinis, tangannya sekali lagi memukul nakas kecil di sampingnya membuat semua orang yang berada di dalam ruangan bergidik, terutama Jong. Kedua tangannya semakin gemetar, kini mulutnya pun ikut bergetar.

"Sombong sekali kau," hina Yong Yen.

Jong bergegas sujud, "Am . . . Ampun Yang Mulia!" suara Jong bergetar, "Hamba hanya terpukau oleh wibawa Yang Mulia,"

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang