Chapter 41 Senandung Salju (I)

8.3K 447 45
                                    


Catatan :

Zhen : pengganti kata aku untuk di sebut kaisar
Fujin : sebutan untuk istri sahsah pangeran

Yong Yen berlutut dihadapan lelaki berkepang rambut putihtemgah duduk gagah di depan kursi berlapis emas. Kaisar Qian Long terbatuk-batuk kecil.

"Ananda memberi hormat pada Yang Mulia ayahanda" ucap Yong Yen masih tetap dalam posisi berlutut dan menunduk.

Kaisar Qian Long terlihat menerawang jauh, sama sekali tak mendengarkan ucapan Yong Yen. Menyaksikan Qian Long tak menjawab sedemikian lama, lelaki berpakaian pejabat bordir bangau dengan wajah walau sudah tua namun tak sedikit pun mengurangi ketampanannya menunduk di sisi kiri kaisar Qian Long.

"Yang Mulia.  . ." panggil Heshen suara kecil.

Kaisar Qian Long masih melamun tak memerhatikan panggilan pejabat kesayangannya. Yong Yen mendongak sedikit menatap ayahandanya. Ia heran menyaksikan kaisar Qian Long melamun tak seperti biasanya. Yong Yen jarang sekali melihat ayahanda-nya memperlihatkan ekspresi seperti ini. Sepanjang ingatannya, kaisar Qian Long merupakan sosok gagah pemberani yang matanya selalu memperlihatkan semangat dan beesinar terang. Enatah sejak kapan mata itu telah memperlihatkan kekosongan dan tua. Yong Yen mengalihkan tatapannya pada sosok lelaki paling dibemcinya itu. Heshen ikut menatapnya tak mengerti. Keduanya bertatap agak lama kemudian Heshen kembali menghadap kaisar tua. Lelaki itu menunduk sedalamnya, sekali lagi ia memanggil kaisar Qian Long dengan Suara lantang.

Perlahan-lahan kaisar Qian Long mengerahkan tatapannya pada perdana menteri lesayangannya. Kaisar Qian Long menatapnya dengan ekspresi heran.

"Pagi sekali kau berada di sini Heshen. Zhen bahkan belum sarapan pagi" kaisar berbalik menatap kasim pribadinya yang terlihat berusia enam puluhan dwngan rambut hitam bercampur putih. "Dimana sarapan zhen? Bukankah kau tadi mengatakan segera siap?"

Kasim Bo kebingunan. Tatapan kedua orang kaisar serta menteri Heshen terarah padanya, ia buru-buru berlutut ketakutan. Kasim Bo menyadari benar akibat sebuah kesalahan di hadapan ke 3 orang lelaki dihadapannya ini, mungkin saja kepalanya akan jatuh hari itu juga atau bahkan lebih parahnya seluruh anggota tubuhnya mungkin tak cukup hanya diris-iris saja. Kasim Bo juga heran atas ucapan kaisar Qian Long. Ia jelas mengingat bahwa pagi ini kaisar telah menyelesaikan sarapannya, apalagi waktu itu kaisar menghabiskan 2 mangkuk sup gingseng bebek tua. Apakah dirinya salah mengingat? Ataukah kaisar pelupa?

"Yamg Mulia, pagi ini Paduka telah menghabiskan sarapan Paduka. Hamba tak berbohong Yang Mulia!" kasim Bo bersujud gemetaran. "Yang Mulia bahkan memuji kelezatan bakso udang sarang burung buatan koki baru pagi ini"

Kaisar Qianlong mengernyit, "Benarkah? Zhen masih merasa lapar. Bo siapkan beberapa makanan kecil untuk zhen" kaisar berbalik menatap Yong Yen. "Sejak kapan pula Kaisar berada di sini?"

Yong Yen terdiam, akhir-akhir ini ayahanda-nya sering lupa. Terkadang melupakan barang bawaannya, lupa menulis balasan laporan tetapi kali ini merupakan yang terparah diantara segalanya. Kelihatannya kondisi kaisar tua semakin buruk. Dirinya pernah memanggil tabib kerajaan yang mengurusi kesehatan Kaisar Qian Long dan melalui tabib tersebut Yong Yen mengetahui keadaan kaisar sebenarnya. Ayahanda-nya mengidap penyakit para para lansia yang berjulukan pikun. Tiada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Para tabib hanya dapat memberikan obat penguat ingatan demi menghambat penyakit ini. Tetapi kelihatannya tak seberapa ampuh.

"Berdirilah ananda" ucap kaisar setelah sekian lamanya.

Kaaim Bo meletakkan kursi tanpa sandaran le sisi kiri. Qian Long memberikan Yong Yen tempat duduk di sisi kanan mulai mendiskusikan atau pun mendengar nasehat kaisar tua. Heshen mendekati kaisar Qian Long mulai memijat bahu kaisar tua. Kaisar kelihatan sangat menikmati pijatan Heshem. Pak tua itu mengangguk-angguk setelah Heshen mengucapkan beberapa kata yang tak dapat di dengar Yong Yen. Mereka terlihat akrab bagai teman lama dan Yong Yen membenci semua ini. Ayahanda selalu membela Heshen walau terbukti jelas Heshen melakukan penyimpangan. Akibatnya sikap Heshen padanya semakin hari semakin buruk. Terkadang Heshen hanya menunduk kecil tak formal padanya, bahkan berani mengucapkan keburukannya secara tak langsung.

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang