Chapter 37 Sirna

10.3K 623 167
                                    


Catatan :

Mo Mo : sebutan untuk pelayan istana diatas usia 50-an

Er'niang : sebutan ibu untuk para pangeran atau puteri terhadap ibu kandung sendiri.

######

saran saya dengarkan dengan membuka video ya, biar nambah sedih >,<



"Niang-niang tarik nafas!" seru seorang perempuan tua berbaju dan celana hitam di depan Guilian.

Keringat bercucuran di sekujur tubuh Guilian, wajahnya semakin pucat. Ia menggigit bibir bawahnya menahan sakit luar biasa ini.

"Niang-niang Sedikit lagi!" teriak perempuan itu bersemangat.

Ia sedikit mengangkat selimut kapas sutra biru yang menutupi tubuh bagian bawah Guilian. Guilian mengeratkan kepalan tinjunya. Ia menarik nafas dalam-dalam. Tinggal sedikit lagi maka kesakitannya selama empat jam ini akan berakhir. Guilian merasakan bayi itu telah keluar dari tubuhnya dan lahir kedunia ini dalan sekali dorongan usaha terakhirnya. Guilian bernafas lega, sekarang pelahan-lahan kesakitanya mulai mereda perlahan-lahan. Yu En menghapus keringat dari keningnya. Guilian tersenyum senang. Keletihan ini tak seberapa di bandingkan kehadiran bayinya. Tetapi kenapa ia merasa janggal? Sepertinya ada yang kurang saat ini. Guilian memejamkan matanya memikirkan kekurangan tersebut.

Ai Ting pelayan yang dibawa Guilian dari kediaman keluarganya, mendekati bidan perempuan tadi. Wajah Ai Ting berubah pucat sepucat kertas, tubuhnya pun gemetaran, begitu juga dengan wajah berkerut penuh flek hitam milik mo mo Yi. Tatatpan pucat dan muram itu tertuju Pada bayi yang terbungjus selimut bersih dalam gendongan mo mo itu.

"Mo mo Yi bawa bayi itu ke hadapan ben gong. Beng gong ingin melihat wajahnya" ucap Guilian lemah namun di sertai kebahagiaan.

Sekujur tubuh mo mo Yi menegang. Mana mungkin ia memperlihatkan kondisi bayi ini! Wajah mo mo Yi bertambah pucat dari sebelumnya. Tubuh rentanya gemetaran hebat.

Guilian mengernyit heran. Dari tadi wajah orang-orang ini begitu aneh. Tak ada yang bersuara, lebih aneh lagi Ai Ting juga ikut gemetaran layaknya baru menyaksikan sesuatu yang amat sangat mengerikan. Guilian merasakan firasat buruk.

"Mo mo Yi apa yang kau pikirkan?! Cepat bawa kemari anak ben gong!" seru Guilian agak keras.

Kaki mo mo Yi seperti tiba-tiba melunak, dia tak dapat berjalan lebih jauh lagi. Kakinya yang gemetaran tak mau mendengar perintahnya. Akhirnya mo mo Yi jatuh berlutut di bawah lantai beralas karpet merah bersamaan dengan Ai Ting.

"Hamba. . . Hamba tidak dapat melakukannya niang-niang. Puteri kecil. . . . Beliau telah tiada!" mo mo Yi meneteskan air mata ketakutan.

Speerti mendapatkan aba-aba para pelayan dalam ruangan ini pun berlutut bersamaan menangisi anak perempuanny yang pendek umur ini. Guilian terdiam, otaknya kosong tidak dapat memikirkan sesuatu dengan jelas. Puteri kecil? Bayi ini bukan seorang pangeran seperti perkiraan para tabib. Tanpa sadar setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Langit benar-benar mempermainkannya. Anak pertamanya yang keguguran pun seorang bayi perempuan. Apakah ini semua merupakan takdir dirinya tak dapat memiliki seorang anak laki-laki? Setinggi apap pun posisinya sekarang, tanpa kehadiran seorang anak lelaki sama saja dengan duduk di atas air. Sudah pasri akan tenggelam suatu saat.

Cruel FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang