" Emang kamu pikir aku trophy," ucap Alaric datar.

" Bukan aku loh yang yang bilang kalau kamu trophy," jawab Alena.

Alaric terdiam. Menatap Alena kesal.  Alena yang tahu akan kekesalan Alaric pun menghela nafas sesaat, mendekat lalu berjingkit sedikit, mencium bibir Alaric cepat.

" Cute juga ternyata dia," batin Alena saat melihat ekspresi Alaric yang tampak diam membeku. Mengedipkan matanya beberapa kali. Seolah masih bingung apa yang baru saja terjadi.

" A---alena! Apa yang kamu lakukan!" Alaric tergagap, menatap Alena yang tertawa puas.

" Menciummu. Bukan kah sudah jelas? Apa kamu mau bilang kalau kamu mendadak lupa ingatan," jawab Alena.

" A---apa!" Alaric terkesiap.

" Maaf," ucap Alena tak berselang lama kemudian.

Alaric menatap Alena dengan sedikit tak enak hati, karena saat Alena mengucapkan kata 'Maaf' itu bagaikan seolah dunia akan hancur. Karena dari sejuta kemungkinan, meminta maaf adalah hal yang akan terakhir dilakukan Alena di dunia ini sebab gadis tersebut memiliki gengsi yang tingginya hingga keluar angkasa.

" Hei, oke, aku maafin, tapi jangan di ulangi lagi." Ucap Alaric sambil mengelus kepala Alena yang menunduk.

Alena mendongakkan kepalanya, menatap Alaric dengan sebelah alis mata terangkat, " Aku bukan minta maaf akan ciuman tadi."

" Kamu akting?" Kesal Alaric yang mengira Ia ditipu Alena.

" Tidak. Aku serius minta maaf," ucap Alena menatap Alaric serius, sama sekali tak ada tanda bahwa Ia sedang bercanda saat ini. " Maafin aku yang selama ini terlambat menyadari perasaanku sendiri. Butuh satu kehidupan terbuang karena kematian untuk tahu siapa orang yang selalu ada untukku,"

" Alena...aku---"sela Alaric.

" Aku belum selesai ngomong. Aku tahu kamu menyimpan perasaan padaku sudah sejak lama. Hanya saja, aku selalu menutup mata untuk hal tersebut. Karena aku takut." Ucap Alena membuat Alaric menatap gadis itu dalam.

" Jauh di alam bawah sadarku, aku takut akan kehilangan sosok mu yang selalu ada untukku. Kamu adalah sahabatku sejak kecil. Aku hanya tak ingin kalau persahabatan itu menjadi sebuah kisah yang berbeda, lalu kelak apabila kita bertengkar, aku akan kehilangan cinta dan juga sekaligus sahabat." Imbuh Alena sembari tertawa menyadari kebodohannya.

" Lalu...Jayden? Aku tahu, di antara semua Vampir yang pernah kamu kencani, Jayden memiliki tempat spesial di hatimu" cercah Alaric.

" Ya, memang benar. Dia pernah singgah di hatiku hingga aku tulus benar-benar menyukainya. Hingga sebuah fakta tentang dirinya terungkap..." jawab Alena sambil mengepalkan tangannya.

" Fakta? Fakta apa Al?" Tanya Alaric tak mengerti.

" Kenapa kamu banyak tanya sekali sih," jawab Alena sambil menoleh ke arah Alaric. Berjalan mendekat ke arah laki-laki tersebut dengan senyum seringai yang membuat Alaric memundurkan langkah nya.

" Hei, kamu mau apa?" Tanya Alaric yang tak tahan dengan seringaian Alena, tangannya memegang kedua bahu gadis tersebut.

" Bukan apa-apa. Jangan bilang kamu berpikir yang aneh-aneh," tawa Alena.

" Bukan begitu," Alaric menatap ekspresi Alena dalam.

" Kalau pun aku melakukan tindakan aneh-aneh. Jangan sebegitu takut nya pada ku lah. Aku tersinggung loh," canda Alena membuat Alaric berumpat kecil.

" Damn," umpat nya sambil menarik Alena ke arah dekapannya.

Alaric sudah tak tahan lagi dengan perasaannya jika sikap Alena seperti sekarang. Sikap yang entah kenapa menimbulkan kesan 'Manis dan Lucu' di mata Alaric.

Masa bodoh dengan Fahmi, Jayden, dan segala mantan Alena. Alaric sudah tak peduli lagi apakah benar Alena tak memiliki perasaan kepada mereka sama sekali. Karena Alena mengatakan bahwa sejak dulu Ia juga mencintai Alaric, maka dengan sepenuh hati, Alaric akan meyakini ucapan Alena.

" Sampai kapan kamu mau meluk aku,hmm? Aku tau aku itu hug able, tapi ya nggak sebegini lama juga." ucap Alena membuat Alaric tersadar dari berbagai pikirannya.

" Terimakasih," ucap Alaric sambil melepaskan pelukannya.

" Untuk?" Tanya Alena bingung.

" Terimakasih telah membalas perasaan ku," ucap Alaric dengan tersenyum tulus.

" Ya, tapi itu tidak gratis. Kamu mesti---" ucap Alena terputus saat sesuatu yang kenyal mengecup dahi nya pelan. Lalu beralih ke hidung, mata dan juga pipi.

" Itu pembalasan ku atas tindakan kamu tadi," ucap Alaric tertawa kecil saat melihat Alena yang gantian membeku, kaget atas tindakan tiba-tiba Alaric.

" Dan untuk yang satu ini, akan kusimpan hingga pernikahan kita," imbuh Alaric sambil menyentuh dengan lembut bibir Alena.

Alena mengerjapkan mata nya cepat. Menyingkirkan tangan Alaric dari wajah nya. " A---apa sih, kenapa main cium-cium segala. Siapa juga yang mau nikah sama kamu." Ucap Alena gugup.

Mendengar hal tersebut, Alaric berjongkok sedikit lalu menggendong Alena cepat. Membuat mata gadis itu membulat seketika, " H---hei, apa yang mau kamu lakukan! Turunin aku Al!" Teriak Alena.

" Nggak. Nggak akan." Tawa Alaric sambil melesat dengan Alena di dalam dekapannya.

" Ish, yaudah. Enak. Aku nggak perlu capek-capek melesat ke kastil," dengus Alena sambil tersenyum malu sambil merapatkan wajah nya pada dada bidang milik Alaric. Agar lelaki itu tak dapat melihat ekspresi malu dari dirinya.


Tamat

Nb : Terimakasih untuk yang telah mengikuti kisah ini. Dan terutama terimakasih banyak untuk Kak Defantasy, yang selalu nyempetin vote dan komen atas ceritaku ini :))

Pure Blood (COMPLETE)Where stories live. Discover now