My Love "168"

3.4K 337 77
                                    



Suzume membuka matanya, dia merenggangkan ototnya karena sudah tidur terlalu lama.

Tiba-tiba saja dia merasa mual dan segera ke toilet dengan membawa botol infusnya segala.

Setelah memuntahkan semuanya dia kembali duduk diam.

"Ini kah yang namanya awal kehamilan? Kenapa terasa begitu menyakitkan?"

Gumamnya mengernyitkan dahinya.

Dia mengusap perutnya,

"Tidak pernah terpikirkan aku akan mengalami salah satu sindrom. Dan lebih buruknya, anak ini darah daging Kyoya. Bagaimana aku bisa menghadapi kenyataan ini jika bertemu dengannya? Apa yang harus kukatakan padanya?"

Gumamnya frustasi.

Lalu dia terdiam karena mengingat dia tidak lagi bertemu dengan Kyoya. Dia awalnya sangat Shock tapi berjalannya waktu dan dokter selalu menyemangatinya dia menerima semuanya dengan lapang dada. Dan tidak akan menyesal melahirkan anak ini.

"Aku tidak akan menyesal melahirkan anak ini, tapi selamanya dia tidak akan bertemu dengan Kyoya.."

Ucapnya hampir menangis mengingat anaknya menghilang tanpa kabar.

Dia pikir tidak akan bisa bertemu dengan anaknya lagi.

Karena itu dia selalu menangis mengingat semua kenangannya bersama Kyoya.

Setelah menangis Suzume kembali mual-mual. Pantas saja dia dehidrasi. Menangis mengeluarkan air matanya serta isi dalam perutnya bersamaan.

Tiba-tiba saja pintu kamar mandinya terbuka dengan kasar membuat Suzume kaget, matanya sedikit buram karena air matanya. Dia tidak tahu yang datang adalah anaknya.

"Maaf dokter, aku merasa mual."

Ucapnya mengusap air matanya. Jika dokternya tahu dia menangis, dia akan memarahinya lagi.

".........................."

"Dokter?"

Panggil Suzume bingung karena tidak terdengar suara marah dokter. Dia pun menatap orang yang kini di depannya. Dia terdiam sejenak sampai matanya kembali jelas menatap orang di depannya.

Infus yang dia pegang pun terjatuh ke lantai.

"Ky-Kyoya??"

Panggilnya kaget sangat tidak menduganya. Dia seperti melihat setan dipagi hari.

"Apa yang kau lakukan di sana?!"

Marah Kyoya menggendong ayahnya setelah memungut botol infusnya.

"Kyo-Kyoya? Sedang apa kau di sini? Kenapa kau tahu aku di sini? Darimana saja kau Kyoya?"

"Kau mau aku jawab pertanyaan yang mana dulu? Jangan bertanya berterusan."

Balasnya seperti sifat biasanya.

"Ma-maaf..."

"....................."

"Kalau begitu sedang apa kau di sini?"

"Bermain."

"Kau serius?"

"Apa aku terlihat berbohong?"

"Tidak.."

"Lagian pertanyaan bodoh apa itu? Aku di sini karena Suzume. Aku meneleponmu dan suster yang merawatmu mengangkatnya. Sudah jelas?"

"I-iya.. Aku sudah mengerti Kyoya. Ka-kau selama ini dimana?"

"..........................."

"Aku mencarimu di apartemenmu dan kau sudah tidak ada."

Ucap Suzume membuat Kyoya berhenti berjalan. Dia terdiam.

"Kau mencariku?"

"Tentu saja."

"Kau tidak membenciku?"

"Walau aku ingin membencimu tapi aku tidak bisa."

"Kenapa?! Kau seharusnya membenciku! Aku sudah meninggalkanmu! Aku ingin memutuskan hubunganku denganmu!"

Ucap Kyoya akhirnya membuat Suzume kaget.

Dia tidak tahu bahwa anaknya sendiri yang ingin memutuskan hubungan ini. Dia benar-benar tidak dibutuhkan anaknya.

Suzume tertawa pahit.

"Kau sudah besar, jadi kau bisa memutuskan apa yang terbaik untukmu. Kau juga sudah mandiri, kau bisa melakukan apapun sesukamu. Aku minta maaf sudah membuatmu begitu menderita karena ikatan keluarga ini. Kau tidak perlu lagi bimbingan orang tua sepertiku, jadi kau sudah bebas Kyoya."

Jawabnya. Dia mengusap kepala Kyoya dan tersenyum.

My Love (Mpreg)Where stories live. Discover now