Chapter 60 Melebihi Dugaan

Start from the beginning
                                    

"Ibu jari kaki tuan muda patah dan tak dapat disambung lagi.…" Qixian mendongak memperrlihatkan matanya yang memerah marah. "Pendarahannya belum berhenti dan tuan muda demam tinggi. Tak ada pengobatan apapun. Hamba sudah berusaha membujuk Wang membawakan obat untuk tuan muda, tapi ia tak bisa melakukannya. Wang mengatakan itulah perintah atasannya dan kalau ada yang melanggar akan dihukun pula. . . Aku tak bisa melakukan sesuatu untuk tuan muda.…" kali ini suaranya meninggi dengan nyata Yulan merasakan emosi yang terkandung di dalamnya.

Ibunda Qixian merupakan pelayan pengasuh Liguang. Kasim itu bukan saja teman Yulan, tapi juga berteman dengan kakaknya, Tuoheluo Liguang. Qixian dimasa kecil mengagumi Liguang, bukan tak beralasan. Liguang mengajarinya menulis dan membaca. Yulan juga baru mengetahui hal ini beberapa bulan setelah ia memasuki istana. Qixian bersyukur. Kalau bukan karena kemampuannya ini, ia mungkin akan dikirim ke bagian pekerjaan kasar.

Yulan mendesah lagi. Sepertinya dirinya harus memikirkan rencana lain yang lebih cepat mendatangkan hasil. Ia harus segera sembuh dari kondisi lemah seperti saat ini. Keluarganya masih menunggu diselamatkan olehnya. Yulan memijit keningnya yang berdenyut kesakitan. Ia memutuskan menutup mata sejenak.

"Apa kau tak sehat Yulan?" perempuan yang disebut namanya itu membuka mata mendongak mendapati sosok Yong Yen yang khawatir.

Lelaki itu masih mengenakan baju resmi kuning bordir naga. Topi kebesarannya yang berhias mutiara di tengah atas pagoda masih ia kenakan. Entah sejak kapan lelaki itu telah berdiri di depan Yulan dan ia sama sekali tak menyadari kehadirannya.

Lelaki itu menoleh menatap Wanjun yang berdiri di samping ranjang. "Apa majikanmu tak sehat? Apa kau sudah memanggilkan tabib untuknya?" tanyanya panik.

Wanjun mengernyit heran. Perempuan itu kebingunan menjawab. Yulan memasang seulas senyuman lembut. Perempuan itu menjawab pertanyaan Yong Yen.

"chen qie baik-baik saja Yang Mulia." Yulan tersenyum lembut pada kaisar, suaminya. "Yang Mulia tak perlu khawatir. Kata tabib Song, mulai besok chen qie tak perlu lagi mengosumsi ramuan obat-obatan."

Yong Yen duduk ditepi ranjang. Rambut kepangnya ia sampirkan dengan rapi di balik punggung. Lelaki itu memegangi tangan Yulan. Tangannya yang besar begitu hangat dan Yulan sempat terlena untuk melepaskan segalanya. Memulai dari awal dengan lelaki ini.

"Syukurlah kau sudah sembuh. Zhen pikir rencana itu akan di undur lagi," kata Yong Yen seraya menyandarkan Yulan di dadanya. Tasbih mutiara sepinggangnya berdenting oleh aksi tersebut.

Yulan mendongak menatap wajah Yong Yen. "Rencana apa Yang Mulia?" tanya Yulan penasaran. Rambutnya jatuh ke wajah Yulan yang lonjong.

Yong Yen tersenyum. Ia membelai rambut Yulan yang tergerai di wajah perempuan itu lantas menyampirkannya ke balik telinga. "Janji zhen padamu," lelaki itu menjauhkan dirinya dan menatap lurus pada manik hitam Yulan, "zhen telah merencanakan segalanya untukmu. Kau tinggal menjalani saja."

Yulan mengerjab. Apakah ia tak salah mendengarkan? Kaisar telah merencanakan segalanya dan kini tinggal melaksanakan saja. Jantung Yulan berdebar senang. Namun ia tak yakin apa yang didengarnya benar. Yulan menelan ludah, sekali lagi ia bertanya, "Chen qie lamban tidak memahami apa yang dikatakan Yang Mulia. Bisakah paduka ulangi lagi perkataan tadi," Sepasang bola mata Yulan menatap Yong Yen penuh harap.

Yong Yen tertawa. Ia menoel hidung mancung Yulan. "Perempuan bodoh, tentu saja rencana kau pulang ke istana. Apalagi yang pernah ku janjikan?" Kaisar membelai wajah Yulan. "Mulai besok, kau akan memulai hidup baru sebagai seorang Huilan, anak perempuan pertama menteri Niuhuru Gong a'la juga adik dari Jendral kanan Hoshitai. Kau akan dikirim ke kediaman Menteri Gong."

To be continue . . .

Catatan :

Zhen : aku, kata ini khusus dan hanya boleh digunakan kaisar.

Chen qie : aku, kata ini digunakan para selir.

Cruel FlowerWhere stories live. Discover now