Bab 96 Kehadiran Dua Pria Perkasa

261 1 0
                                    

Adiwijaya POV

"Assalammualaikum ...," ucap seseorang yang ada di dalam rumah, sangat menggema dan tak ada laporan sebelumnya dari bi ira atau bi inem sedang ada tamu yang datang ke rumah ini.

"Wa-alaikumsallam ...," jawabku dari atas lantai dua rumah, kemudian diri ini melihat ke bawah.

Ternyata yang datang adalah Dimas dan Ferdi, keduanya hadir di rumah ini entah ada masalah apa. Aku pun mengernyit bingung, menafsirkan permasalahan yang baru-baru ini kami hadapi. Kalau ada hal ganjil dalam perusahaan, karena banyak sekali karyawan yang katanya sedang di teror makhluk yang menyerupai bayangan hitam. Walau pun aku tak tahu pasti, siapa yang menjadi pelaku dari ini semua.

Karena selama ini kantor aman-aman saja dan tak ada makhluk tak kasat mata atau lain sebagainya. Sebagai seorang CEO dalam perusahaan itu, semuanya menjadi tanggung jawabku termasuk kenyamanan saat bekerja. Aku tak mau kalau karyawan merasa sangat takut ketika datang ke kantor. Apalagi saat mereka masuk ke ruangan yang sedikit temaram seperti kamar mandi, gudang, dan lain sebagainya.

"Ayo naik, kita bicara di lantai dua saja," teriakku dari atas lantai dua.

Lalu Dimas dan Ferdi pun menaiki anak tangga lantai dua, mereka menemui aku dan kami pun bertemu dalam koridor yang sangat mewah ini. Lantainya terbuat dari marmer serta langit-langit rumah di lapisi gipsum anti gempa dan anti bocor, sehingga kalau dalam suasana gelap lampu itu aktif sendiri tanpa di nyalakan. Begitu juga sebaliknya, kalau sidah pagi maka akan meredup dan kemudian padam di waktu siang.

Keduanya menyalam tanganku, kami saling berjabat tangan satu sama lain. Dari raut wajah mereka seperti tegang dan menyimpan banyak misteri, aku penasaran dengan apa yang mereka rasakan saat ini. Karena wajah itu tak seperti biasanya yang kalau bertemu selalu memberikan senyuman semrigah. Apalagi kalau fasilitas laptop baru semua divisi sudah aku penuhi, harusnya mereka bahagia bukan takut.

"Ada pun maksud dan tujuan kami ke sini adalah, ingin berkata perihal penomena yang sering terjadi di kantor Bos, kami gak tahu kenapa beberapa orang karyawan sudah merasakan tidak nyaman di dalam gedung ketika beraktivitas," jelas Ferdi, kali ini apa yang aku duga pun menjadi kenyataan.

Pasalnya, kemarin malam aku mendapatkan sebuah pesan singkat dari nomor baru, yang mengatakan kalau di kantor sedang tak baik-baik saja. Katanya ada teror yang menghantui banyak karyawan, tidak hanya wanita akan tetapi pria juga. Ini adalah kasus yang tak bisa di anggap remeh, karena perusahaan kali ini sedang naik daun dan hal demikian merupakan sebuah perbuatan dari beberapa orang yang sedang mengincar beberapa keuntungan.

"Baiklah, kita bicarakan ini di atas saja. Karena aku gak mau ada satu pun orang yang dengar dengan pembicaraan ini. Kalian ikuti aku ke lantai tiga, karena di sana aku akan ajak kalian menemui ruangan rahasia yang hanya aku di rumah ini boleh memasukinya," kataku panjang kali lebar.

"Oke, kami akan mengikuti kamu Bos," jawab Ferdi dan Dimas secara serempak.

"Oke, mari!"

Akhirnya kami berjalan bertiga menaiki lantai tiga, kali ini menggunakan tangga saja agar lebih cepat. Beberapa menit setelahnya, tibalah kami di lantai tiga gedung dan kami sampai dengan sangat nyaman di ambang pintu. Lalu, aku menggukan sidik jari serta card dengan code khusus agar bisa masuk ke dalam ruangan ini. Pintu pun terbuka lebar, lalu kami masuk dan merenung dengan keindahan di lantai tiga ini.

Suasana yang sangat sejuk, dengan pemandangan yang langsung terlihat ke luar. Rumah dengan ornamen Jepang dan Korea ini telah aku miliki sejak dua bulan lalu, biasanya ruangan ini hanya kamar biasa. Ide itu muncul sejak aku kenal dengan Julia, dan akhirnya memutuskan untuk menjadikan kamar yang sengaja aku peruntukkan pada Julia kalau kami menikah nantinya.

Sekarang kedua karyawan sudah datang, mereka adalah orang yang pertama kalinya melihat ini setelah aku. Bahkan Reno dan pembantu pun tidak aku berikan akses untuk masuk ke sini, sementara yang membersihkan adalah aku pribadi.

"Silakan duduk saja, karena di sini adalah ruangan yang setiap hari aku datangi dan sendiri pula, bahkan aku membersihkan ruangan ini sendirian juga," paparku menjelaskan.

"Bos, i-ini ini adalah ruangan paling mewah yang pernah kami lihat. Dim, kenapa jiwa miliarder dalam diriku meronta ya, dan aku pengen di angkat jadi anak Bos Adiwijaya," puji Ferdi padaku.

Seraya tertawa kecil, aku pun mengambil sebuah remote dari atas meja. Lalu, menekan sebuah tombol merah dan dalam sekali tekan, lantai pun bergerak serta berubah menjadi kaca dengan lapisan sangat tebal, terlihat pula ruang kamar pribadiku yang ada di bawah.

Dimas dan Ferdi tercegang, melihat keindahan yang sengaja aku bangun dengan menghabiskan uan 3M dalam pembuatan saja, dan belum termasuk bahan mahal yang sengaja aku datangkan dari Amerika serta Australia, mereka adalah pencipta kaca paling populer di dunia. Dengan memiliki bangunan semewah ini, hanya satu yang belum aku punya yaitu istri untuk mendampingi.

"Bos, maksud kehadiran kami di sini adalah, ingin membahas perihal teror itu. Bagaimana dengan tanggapan Bos, apakah kita akan membayar seorang intel, atau dukun dalam mencari apakah itu hantu atau setan?" tanya Ferdi dengan nada suara gemetar.

"Hmm ... kalau menurut aku ini, ya, Fer, Dimas. Aku rasa ini bukan setan yang jadi pelakunya, tapi ini adalah orang yang sengaja menyelinap dan dia bersarang di perusahaan kita. Dengan tugas, mereka sengaja mau menjatuhkan perusahaan. Karena apa, bulan depan adalah ajang lomba bagi perusahaan yang akan menjadi pemenang sebagai perusahaan populer di sini," ucapku dengan sangat rinci.

"Ma-maksud Bos, ini adalah akal-akalan dari musuh kita yang hendak menjatuhkan rating populer perusahaan dari aplikasi penilaian independent perusahaan begitu?" tanya Dimas, yang sejak tadi berkata.

"Seratus buat kamu Dimas, kau hebat juga dalam mencari jawaban yang tepat dalam otakku. Harusnya kau bergabung di perusahaan milikku divisi satu, karena kau memang cerdas. Pantas saja Reno membayar lebih mahal kerja kamu waktu dulu, karena kau bisa merangkap jadi CEO waktu itu," pujiku langsung.

Aku dan Ferdi bertepuk tangan untuk Dimas. Orang yang jarang berkata, sekalinya berucap sangat mengandung vitamin sekali. Jujur saja aku sangat suka dengan karyawan yang berani, memiliki tingkat pengetahuan luas di bidang bisnis dan selalu menjadi orang terdepan ketika ada permasalahan.

"Kalau menurut kamu gimana Dimas?" tanyaku lagi.

"Maaf Bos, kalau menurut kacamata dari aku, kita harus pasang strategi yang tepat dalam menangani kasus ini."

"Contohnya! Aku suka ini kalau udah ada yang seperti ini, lanjut-lanjut," sergahku menyambar.

"Jadi begini. Kan, Bos ada kemampuan buat mendeteksi jejak kaki seseorang, dan punya alat yang bisa mendeteksi getaran di setiap langkah kaki serta kecepatan bayangan. Alat itu yang akan kita lakukan ke depan kan, untuk produk terbaru. Nah, bagaimana sebagai alat mutahir dari alat tersebut kita gunakan saja di setiap sudut ruangan untuk mengintai. Bukankah itu semacam CCTV dengan kekuatan pendeteksi secara detail? Selain kita gak perlu bayar orang, kita juga bisa menguji kemampuan alat yang kita produksi sendiri sebelum di jual ke luar negeri. Bagaimana Bos?" jawab Dimas panjang kali lebar.

Bersambung ...

3 Miliyar Sekali EntotWhere stories live. Discover now