Bab 42 Ciuman Panas Mertuaku

2K 10 0
                                    

Setibanya di lantai tiga bangunan yang sangat mewah itu, kemudian Julia pun bergeming seraya mengetuk pintu beberapa kali. Dengan mengenakan sendal sangat sederhana, dia pun di anggap miskin oleh seorang satpam bernama—Bambang. Tak berapa lama setelahnya, wanita berambut sepinggang itu menatap sejurus ke ruangan. Melalui lubang kecil yang terdapat di pintu depan.

Akan tetapi di dalam sana tidak ada kegiatan sama sekali, Julia pun mulai was-was dan dia mengetuk untuk kedua kalinya.

Tok-tok-tok!

Tidak ada yang menjawab juga dari dalam sana, kemudian Julia pun menoleh ke kanan dan terlihat pula seorang satpam awal yang membawa sebuah kayu hitam di pinggir pinggang berjalan sangat gontai. Akibat perasaan yang kian membuatnya sangat gemetar, lalu Julia pun beralih ke ruangan yang terlihat sangat terbuka.

Dia masuk dan mengendap-endap, ini adalah pertama kaminya dia di anggap sebagai pembantu oleh satpam. Padahal ini adalah perusahaan milik sang suami, mungkin mereka tidak pernah tahu kalau bos wanita mereka itu sangat tidak mau berpenampilan sangat mewah. Dia pun suka dengan gaya yang sangat sederhana. Kemudian, Julia menoleh kanan dan kiri.

Tepat di belakang badannya, terdengar suara percikan air yang sangat menggema. Akibat rasa kepo yang berlebihan, kemudian Julia pun memutar badan dan dia melihat seorang pria dari ruangan. Ternyata itu adalah karyawan perusahaan, sedang menaikkan resleting celananya karena baru ke luar dari kamar mandi.

"Tidak ...," teriak Julia sangat keras.

"No-Nona, kamu kenapa terkejut begitu?" tanya sang karyawan tampan itu, lalu Julia pun pergi begitu saja.

Julia ke luar dari ruangan lagi dan kemudian berlari sangat kencang. Karena sang satpam pun menyadari kehadiran Julia, dia kembali mengejar wanita yang dia anggap sebagai seorang pembantu atau pun orang asing yang masuk tanpa izin. Karena belakangan ini banyak orang-orang tak di kenal datang menuju perusahaan.

Akibat kalah jarak, sang satpam pun berlari lebih kencang dari biasanya agar dapat menangkap wanita itu. Kemudian Julia bernapas sangat ngos-ngosan, dia pun beralih ruangan dan menuju ke sebelah kiri. Tepat di tembok warna merah, Julia pun menabrak seseorang tanpa sengaja.

Bruk!

"Aduh ... mulutku!" teriak seseorang, dari nada suaranya seperti laki-laki, dan Julia pun seperti mengenali siapa orang itu.

Kemudian Julia mendongak, orang tersebut adalah Adiwijaya—sang mertua yang melintas bersama ajudannya yang pernah melihat ikut bersamanya di sebuah acara. Saking merasa bersalahnya, wanita itu pun mengambil sebuah kain di dalam tasnya berukuran yang kecil itu.

Dengan sangat penuh kelembutan, Julia merasa sangat takut dan gemetar hebat. Seraya meringis kesakitan, Adiwijaya pun tidak mau berkata sama sekali dia hanya fokus pada cairan merah yang ke luar dari bibir tipisnya itu.

"Aduh ... bibir aku, bukan kena cium malah kena kepala orang," omelnya seraya memegang bibir.

Di samping kanan, Ferdi pun tersenyum melihat bosnya yang sangat aneh dalam berkata. Ekspresinya pun mendadak berubah, setelah sebelumnya bergaya layaknya anak lajang yang sedang jatuh cinta. Ini adalah pertama kalinya Ferdi melihat sang Ceo kena bogem dari wanita yang dia kenal.

Tak berapa lama, seorang satpam pun datang dengan napas sangat ngos-ngosan. Dia melihat Julia yang berdiri bersama seorang lelaki gagah, dan satpam itu kenal siapa Pak Adiwijaya. Sehingga dia tidak berlari lagi karena takut, ini adalah pertama kalinya Pak Adiwijaya tampak sangat enah dalam berekspresi. Bagaimana tidak, dia sudah kena langgar oleh menantunya sendiri.

Tatapan tajam kemudian beralih ke wajah wanita di depan Adi, lamat-lamat dia mulai melihat wajah cantik itu sudah hadir lagi bersamanya. Akibat dari beberapa permasalahan kemarin, sekarang mereka di pertemukan kembali dalam hal yang menyakitkan. Harus mengorbankan bibirnya yang pecah dan sangat sakit.

3 Miliyar Sekali EntotOù les histoires vivent. Découvrez maintenant