Bab 18 Asetku Mengeras

2.5K 8 0
                                    

"Ferdi, di mana Dimas dan yang lainnya. Itu bangku masih kosong, atau benar mereka tidak mau bekerja lagi di perusahaan kita!" pekik Adiwijaya saat berada di depan dengan lasernya, saat infocus sudah terpasang di dinding.

Para karyawan lainnya pun menatap dengan mata bulat. Namun, tiga karyawan sebagai jantung divisi perusahaan tak kunjung datang. Pasalnya, semua dokumen tentang keuangan ada pada mereka. Sambil tarik napas, Ferdi pun membangkitkan badan dan seraya menatap Bos mereka yang sudah berada di luar kendali. Kalau dalam situasi seperti ini, biasanya Adiwijaya akan semakin marah.

"Apakah mereka akan kita panggil ke sini sekarang, Bos?" tanya Ferdi dengan nada suara sangat terpatah-patah.

"Ya, iyalah. Ngapain aku ajak kamu kalau hanya nyampah di sini. Sekarang panggil mereka, atau rapat ini kita bubarkan sekarang!" hentak sang CEO yang semakin memekik itu.

"Ba-baik, Bos, saya akan memanggil mereka dulu," jawab Ferdi, kemudian sang ajudan pun pergi dari ruangan dengan sangat gemetar hebat.

Tidak ada satu pun yang berani bersuara, karena di sini adalah mental pertama kali akan di pertaruhkan. Adiwijaya merupakan seorang pria yang sangat bernyali besar, dia tidak segan-segan akan memecat siapa pun dari perusahaannya. Bahkan dia juga tidak akan memandang usai, bahkan yang lebih tua darinya pun, akan kena semprot jikalau salah.

Akan tetapi perusahaan yang di pimpin oleh Adiwijaya merupakan karyawan yang sangat muda dan fresh, sehingga tidak ada lagi kata lemot ketika bekerja. Semua masih aman dan otak pun sangat lancar kalau di ajak untuk serius. Beberapa menit menunggu, Adiwijaya tidak mendapatkan kedua oknum yang di cari. Sementara Ferdi masih ada di luar, rapat siang itu akan tetap di laksanakan.

"Baiklah, rapat akan tetap berjalan daripada menunggu orang-orang yang gak punya tanggung jawab itu datang ke sini. Sekarang kamu Gisel dan Natasya, pimpin dulu keuangan yang kalian kerjakan dari proyek consultan!"

Keduanya pun bangkit dari tempat duduk, mereka mengangguk dan berjalan menuju ke arah infocus. Secara bergantian kedua karyawan senior itu menjelaskan, skema yang mereka paparkan sangat masuk akal dan belum ada kejanggalan sama sekali. Sehingga Adiwijaya pun tidak langsung menyergah mereka berdua. Sampai rapat yang di bawakan mereka selesai, materi itu masih masuk ke otak sang CEO.

Kemudian pintu ruang rapat pun terbuka sangat lebar, membawa sebuah suara dan tapak kaki yang sangat terdengar begitu menghujam. Semua mata menoleh ke belakang, ternyata Ferdi telah berhasil membawa ketiga perusahaan yang telah di tunggu dengan pemaparan keuangan yang telah meraka kerjakan beberapa hari ini. Menuju akhir bulan, semua bagian divisi harus mengatakan berapa pendapatan dan kerugian yang mereka kerjakan.

Sejak Reno memimpin perusahaan, semua keuangan sangat rahasia dan tertutup. Asal karyawan dapat di gaji besar, semua akan mendapat uang tutup mulut. Namun, Adiwijaya tidak seperti itu. Dia membutuhkan admisistrasi yang transparan dari segi mana pun. Bahkan ketika kurang hanya lima puluh ribu sekali pun dia akan meminta pertanggung jawabannya pada sang pengelola uang.

"Maaf, Bos, kami telat masuk rapat," ucap Dimas dan di ikuti dengan Diki serta Lio.

"Silakan duduk para bos besar, yang datang melebihi pemilih perusahaan. Saya saja sampai di sini duluan, tidak ada alasan untuk saya tidak tepat waktu. Sementara kalian, lihat ini para karyawan baru. Beginilah kinerja mereka para senior, sabagai contoh kalian di sini," pungkas Adiwijaya menyindir pedas.

"Kok, Bos kita semakin gak nganggap kita manusia, sih?" tanya Diki dari samping telinga Dimas.

Dimas pun menoleh sahabatnya, lalu dia menjawab, "sabar ... dia lagi emosi, aku tahu kalau dia adalah orang yang baik hati. Karena aku sudah sepuluh tahun bekerja sama dia," ujar Dimas meyakinkan.

3 Miliyar Sekali EntotHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin