Bab 20 Menghamili 10 Gadis SMA

4.2K 10 0
                                    

Julia dan mertua berjalan bersama-sama menuju ke dalam rumah. Dapur adalah tujuan keduanya dan akan makan malam bersama, tepat di tengah malam ketika sudah hampir tak ada suara pun bergema. Hanya tiupan angin yang datang menyapa, membuat wanita berambut sepinggang itu tak tenang dan rasa was-was pun datang. Pasalnya, rumah yang saat ini di huni oleh sang mertua tidak ada lagi pembantu.

Entah ke mana perginya wanita-wanita di rumah ini, padahal tidak biasanya mereka tak ada di sekitar sini. Dengan perasaan yang gelisah, Julia pun berjalan dan menundukkan kepala di lantai. Bersamaan dengan langkau kaki yang kian gontai, lalu dia pun menoleh kanan dan kiri. Setibanya di sebuah dapur, lelaki berjas itu melepas jas tersebut dan dia lemparkan di kursi sofa.

Melihat hal itu, Julia sangat tercengang dan menarik napas panjang. Karena Julia tidak pernah melihat lelaki sembarang dalam membuang jas mahal, apalagi malam ini tak ada siapa pun dan dia tak tahu hendak berbuat apa. Lalu Adiwijaya pun melepas kancing bajunya paling atas, di barengi dengan kancing di lengan keduanya dan dia pun tersenyum sinis.

Julia menoleh sang mertua yang berbadan kekar itu, masih sangat tampan dan tak ada celah untuk memerlihatkan dia sangat tua. Bahkan rambut sang mertua pun masih hitam pekat, dan kumisnya yang tipis berjalan menuju ke mulut dan memberikan pemandangan yang hampir sama dengan Reno—suaminya. Karena mereka adalah satu darah daging, membuat perawakan itu menurun ke sang suami.

Tak berapa lama, Adiwijaya meninggalkan Julia di dapur tanpa sepatah kata pun. Malam ini tugasnya adalah menemani makan malam sang mertua, dan itu sudah menjadi perintah. Tidakada satu pun orang yang berani melawan dan membantah apa yang di inginkan oleh Adiwijaya, bahkan semua kehendaknya harus segera di turuti. Tak banyak yang dia mau, hanya sekadar menjadi teman makan malam saja.

Sebelum itu, Adiwijaya pun berjalan menuju ke lantai dua kamarnya dan hendak mandi lebih dulu. Badannya yang masih bau minuman di sebuah klub malam, harus segera di bersihkan. Apalagi tadi sempat terkena siram oleh wanita di dalam klub, Adiwijaya harus segera mandi agar Julia tidak merasa tak enak ketika bersanding dengannya. Malam ini adalah kali pertama Adiwijaya mengajak makan sang menantu, karena dia tahu kalau Reno—anaknya telah berkhianat padanya.

Kemungkinan kalau malam ini Reno tak akan pulang, sehingga Adiwijaya dapat menahan Julia agar berada di rumahnya tanpa harus kembali pulang. Dengan memasuki kamar, lelaki tanpa sehelai benang di badannya itu langsung menyalakan shower, dia membasahi badannya dan sangat merasa senang. Entah kenapa, meskipun sudah marah pada Reno, ketika melihat Julia datang dia semakin bersemangat.

Awalnya Adiwijaya telah meremehkan Julia yang datang dari kampung. Kebetulan juga kalau Julia adalah orang miskin dan tak punya apa-apa. Hal demikian yang pernah menjadi larangan untuk Reno menikahi perempuan kampung itu. Namun, lama-kelamaan pemikiran Adiwijaya mencair sejak paham kalau ternyata mantu yang selama ini dia benci justru baik hati dia sangat lembut.

Setelah selesai mandi, Adiwijaya pun memilih celana pendek bokser dan hanya memakai kaos lengan pendek, karena sudah malam, tidak mungkin dia memakai pakaian formal lagi. Parfume juga sudah dia semprotkan di seluruh badan, dan tak lupa memakai minyak rambut berbahan keras agar rambutnya rapi naik ke atas. Penampilan yang sama seperti anak lajang, kali ini rasa percaya diri muncul dari Adiwijaya.

Tanpa menunggu lama lagi, dia menenteng ponsel dan kembali turun menenakan sendal warna putih, dari anak tangga dia menatap ke bawah dan memerhatikan Julia yang sudah diam dan menyiapkan piring serta gelas. Tengah malam paling aneh yang pernah terjadi bagi Julia, karena harus menemani mertua makan malam dan sudah tak wajar lagi.

Setibanya di meja makan, Adiwijaya pun berhenti dan memandang Julia. Wanita berambut sepinggang itu menoleh sang mertua, dia pun mengembuskan napas panjang dan hanya bisa diam saja. Kemudian lelaki bercelana pendek itu duduk di bangku, tepat di hadapan menantu yang sudah menunggu terlalu lama.

3 Miliyar Sekali EntotWhere stories live. Discover now