Bab 75 Tvbvhmu Membuat Aku Gila

617 4 0
                                    

DENI POV

Setibanya di depan teras rumah Julia, wanita itu membuka pintu dengan sangat cepat. Kemudian, dia pun beranjak pergi begitu saja. Aku tak tahu kenpa dia berubah sangat cepat, ini adalah kali pertama aku kenal wanita yang sangat anggun dan begitu sopan. Dalam pemilihan baju kebaya pengantin adat Sunda, serta perhiasan yang akan aku berikan pada calon tunangan aku di hari ijab kabul nantinya.

Akan tetapi aku tak menyangka, kalau malam ini telah di pilihkan oleh Julia. Seraya menatap bunga yang sengaja aku berikan ini, seketika teringat dalam benak. Kalau seharusnya bunga tersebut di ambil oleh Julia, karena dia pantas mendapatkan ini. Namun, aku tak mau mengganggunya dengan datang kembali ke rumah. Meskipun dia pergi dengan alasan yang jelas, karena ayahnya sedang ada di rumah.

Ya, ayahnya tidak bisa apa-apa karena lumpuh, aku memaklumi ini semua. Kemudian, kendaraan yang sekarang aku naiki pun bergerak sangat kencang menuju ke sebuah perkotaan kembali. Meninggalkan wilayah Julia, entah kenapa malam ini aku ingin pergi menemui calon tunangan aku yang akan segera aku halalkan beberapa waktu.

Perasaan ini menggebu, karena aku hendak memperdalam rasa percaya diriku di hadapan wanita bersuku tionghoa itu, selama ini kami telah di hadapkan dengan berbagai rintangan rumit. Karena kami berbeda agama, dan keyakinan. Namun, kami sudah sepakat kalau akan menikah dan Ling-Ling akan mengikut ke agamaku sebagai kepala keluarga.

Di sepanjang jalan aku tidak berhenti memikirkan Ling-ling, wanita yang aku kenal sejak kuliah itu adalah pilihan hati. Beberapa kali putus, dan sekarang aku akan segera menghalalkannya. Meskipun tanpa restu dari mama, aku yakin kalau dia adalah wanita baik-baik. Beberapa menot di perjalanan, kemudian tibalah aku di depan sebuah rumah mewah dua lantai itu.

Mobil ini sengaja tidak aku masukkan ke dalam perkarangan, karena aku sengaja membuat kejutan padanya. Tak lupa sebelum turun dari mobil, aku menyemprotkan parfume ke badan. Setelah wangi, barulah aku ke luar dan membawa bunga yang ada di dalam pelukan. Rasa percaya diri itu datang, menghampiri aku dan perasaan ini seakan melayang.

Ling-ling adalah wanita satu-satunya yang aku cintai, karena ia telah berjanji akan menjadi istriku apa pun yang terjadi. Janji kami tak akan tergantikan oleh apa pun, karena aku percaya kalau wanita yang baik adalah dia sebagai penyemangat seorang lelaki. Setibanya di depan perkarangan, aku melihat sebuah mobil warna silver.

Dari nomor polisinya seperti orang kaya, dan kemungkinan kalau di dalam rumah sedang ada pertemuan. Karena banyak mobil dengan plat yang bagus, seperti nomor pejabat. Seperti yang aku ketahui, kalau Ling-ling adalah anak dari pemilik perusahaan kertas di wilayah ini. Kekayaannya sudah mumpuni, akan tetapi aku mencintai tanpa memandang dia siapa.

Seraya membawa bunga, tibalah aku di samping teras. Dugaan awal benar, kalau di dalam ada Ling-ling yang tengah di hadapak oleh sanak saudaranya. Sambil menarik napas panjang, kali ini terasa sangat gerogi dan aku pun terdiam di balik tembok. Tatapan sejurus ke arah taman, kemudian diri ini hendak melangkah maju ke depan.

Seketika pembicaraan berlangsung sangat terdengar keras, aku menghentikan langkah karena sangat penting. Ucapan para tamu itu seolah membawa-bawa perihal pernikahan, aku terdiam dan mendengarkan dari kejauhan. Ya, ini adalah kali pertama aku melihat plat nomor mobil orang kaya itu.

"Ling-ling, ini adalah David anak tante. Inilah yang pernah ayah kamu bilang, kalau anak tante ini lulusan terbaik di Amerika Serikat," ucap seorang wanita berbincu merah.

"I-ini anak tante, ya. David yang kemarin ayah bilang?" tanya Ling-ling girang.

"Hmm ... ini adalah anak tante, gimana kamu mau kan kalau menikah sama David?" tanya wanita berambut pendek itu lagi.

"Ak-aku ... aku jelas mau, dong, Tan. Apalagi kalau David adalah cowok yang ganteng, kenapa ayah gak bilang sih kalau anak tante seganteng ini?" tanya Ling-ling, membuat aku terdiam seribu bahasa.

"David, kamu duduk di sebelah Ling-ling, biar kalian akrab. Kan, kalian akan menikah dalam waktu dekat ini," ucap lelaki yang menjadi ayah ling-ling.

"Ba-baik, Om. Kira-kira, kamu memang serius sama aku Ling? Kan, katanya kamu udah punya cowok?" tanya lelaki Chinese itu.

"Aku punya cowok, tapi cupu banget. Ogah kalau jadi suami aku, gimana keturunan aku sama dia. Kalau sama kamu, kan, jelas orang kaya. Terpandang juga, sementara pacar aku cuma pedangang kaki lima. Udahlah, kamu jangan pikirkan itu, entar aku yang putusin dia," jelas Ling-ling.

Lelaki itu tersenyum, lalu dia menyentuh dagu Ling-ling. "Kamu itu pantas sama aku, buat apa kamu pacaran sama tukang bakso, selera kamu rendah banget seperti sampah."

Deg!

Secara spontan, bunga di pelukan ini pun terjatuh. Air mata mengalir deras, dan sangat membuat aku kehabisan kata-kata. Semua janji yang di kakatan adalah palsu, dan aku dengan segenap hati mulai beranjak pergi dari lokasi saat ini. Penghinaan yang aku terima tak main-main, dan ini adalah kali pertama ada wanita sejahat itu.

Dengan berlari sangat kencang, aku pun masuk ke dalam mobil dan langsung menyalakan mobil. Kali ini aku pergi sangat kencang meninggalkan lokasi, dan hendak beralih jauh-sejauh mungkin. Di sepanjang jalan aku pun menyalahkan diri sendiri, sampai sejauh ini berjuang untuk orang yang salah.

"Kenapa aku bisa begini, Tuhan ... nasibku kenapa seperti ini sekarang ...," teriakku sambil menarik rambut ini.

Tak berapa lama, aku pun tiba di tepi sungai dan memberhentikan mobil. Dengan ke luarnya diri ini dari kendaraan, kemudian aku menatap sejurus ke depan. Ya, yang terbayang malah wajah Julia di dalam pikiran kni. Padahal tadi aku sempat tertarik padanya, terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan apa yang terjadi.

Mungkin besok aku akan minta maaf sama Julia, semoga saja dia bisa memaafkan aku dan memberikan kata terindah. Agar kami bisa saling dekat satu sama lain, ini adalah alasan kenapa aku memutuskan pergi dari dunia yang semu ini. Tak ada satu pun orang mampu membuat aku bahagia, karena selama ini akhmu sudah sering tersakiti oleh Ling-ling.

Kepercayaan diri itu pupus, sampai membuat aku tak kuat menerima kenyataan. Yang sesungguhnya terjadi adalah, aku hanya bisa diam sambil menatap bintang yang hilang di telan oleh malam. Tak terasa, hujan pun datang secara tiba-tiba membasahi badan ini. Di bawah langit yang berubah menjadi hitam, gelap, dan pekat.

Aku berteriak tapi tak ada yang mendengar, memangis di dalam balutan air hujan semakin rapuh dan tak bisa berbuat apa pun. Ini adalah hal sukar untuk aku terima, dan sulit untuk aku berbagi. Dengan menguatkan hati, lalu aku masuk ke dalam mobil dan bergerak meninggakan sungai.

Setibanya di depan kafe, aku memasukkan mobil dari teras samping. Langkah gontai membawa diri untuk segera tiba di dalam kamar. Lalu, aku masuk dan mengambil handuk. Kembali teringat tepat di waktu siang, kalau Julia sudah membersihkan kamar ini dengan sangat rapi.

Air mata itu kembali ke luar, aku menarik napas panjang dan bergeming di depan cermin datar. Lalu, aku menarik napas panjang.

"Julia ... andai aja kamu ada di sini malam ini, aku akan merasa bahagia. Maafkan aku yang udah buat kamu kecewa, andai waktu dapat aku putar ulang. Gaun dan cincin ini akan aku berikan sama kamu, Julia. Maafkan aku, Julia ...," teriakku di dalam kamar bagai orang gila.

Bersambung ...

3 Miliyar Sekali EntotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang