Bab 89 Pembantu Yang Dihamili Mantan Suami

281 2 0
                                    

"Julia ... aku lagi cari pembantu rumah tangga loh di rumah, jadi tukang nyapu sama ngepel aja, kau ada kenalan enggak yang mau jadi ART di rumah aku?" tanya Bu Rika.

"Emangnya ART di rumah ibu yang dulu ke mana ya? Aku lihat kemarin dia datang dan cuci pakaian?" tanyaku dengan sangat penasaran.

"Dia kerja suka-suka hatinya aja loh, aku sampai pusing sama dia. Kalau ada kabari aku ya Julia, butuh banget ini. Karena aku baru lahiran, dan di kantor aku juga banyak kerjaan ini. Hmm ... entar aku kasih bonus deh kalau orangnya rajin," papar Bu Rika, seorang pegawai negeri sipil di salah satu intansi pemerintahan.

"Kalau misal aku aja yang kerja sama Ibu gimana?" tanyaku menawarkan diri.

"Loh, bukannya kamu kerja di kafe yang baru buka itu ya, aku lihat kamu masih di situ kan kerja? Soalnya baru berapa hari gitu."

"I-iya, sih, aku udah ke luar dari situ, karena terlalu jauh Bu, kalau ada di sini lebih baik dekat sama Bapak, biar bisa lebih cepat pulang," kataku menjelaskan.

"Kalau kamu mau, kenapa enggak. Yang penting kamu datang pagi, jam 8 udah sampai rumah ya, karena aku gak bisa telat kalau pigi kerja. Dan kalau bisa, setiap pagi kamu buatin kopi suami aku, dia juga berangkat kantor agak siangangan kok, tapi aku yang duluan berangkat," kata Bu Rika lagi.

Dengan menganggukkan kepala, kemudian aku pun menjawab, "baik, Bu, mulai besok aku akan kerja langsung ya."

"Iya Julia, oh, ya, kamu udah kenal sama suami aku kan, dia itu jadi orang rada resek suka meledek orang, jangan kamu masukin hati, soalnya dia kenal banget sama kamu kan?" jelas Bu Rika lagi.

"Iyalah, dulu aku sama Bapak Indra satu sekolah, tapi dia abang kelas, emang resek orangnya," kataku dengan membuka kisah lama.

"Kalau gitu aku balik dulu, ini sebenarnya udah telat aku pergi. Duluan ya Julia, ingat besok ya," papar Bu Rika lagi.

Tanpa menjawab, aku lun tersenyum dalam posisi berdiri. Kemudian aku pun membeli belanjaan yang kurang, agar bisa di masak dengan tepat waktu. Memang kalau kita baik pada siapa pun, orang itu akan membalas dengan kebaikan. Salah satunya adalah kisah hidupku saat ini, yang sedang bingung mencari pekerjaan karena sudah ke luar dari pekerjaan lama. Bukan aku tak suka di sana, bahkan kedua sahabatku juga baik-baik.

Akan tetapi, masalahnya ada di diriku sendiri yang selalu merasa baper ketika di ajak lelaki yang baru kenal, apalagi kalau langsung di berikan sebuah tanda sebagai hal yang begitu sakral, salah satunya adalah sebuah cincin dam gaun pernikahan. Karena seumur hidup aku tak pernah merasa bahagia, bahkan mas Reno yang sangat mencintai aku ketika masih muda pun sudah berdusta.

Sekarang dia kembali lagi dalam kehidupan ini dengan penampilan yang berbeda pula. Aku tak sanggup kalau harus menerima dia lagi sebagai lelaki yang sudah pernah membuat kehidupan ini hancur berkeping-keping, bahkan aku sempat di selingkuhi dengan dua wanita sekaligus, dia adalah mantan pembantuku, dan salah satunya lagi adalah sahabat terbaik ketika masih sekolah.

Pengkhianatan itu tak akan merubah aku untuk lembali ke masa lalu, sudah cukup dengan apa yang terjadi, ini adalah sebuah hal yang tak seharusnya aku alami seorang diri, tanpa ada yang bisa meredam semua dendam dalam hati. Sambil merenung, aku berjalan menelusuri trotoar jalan, sambil menatap di aspal dan tidak menatap depan. Tak berapa lama, seseorang seperti tengah mengikuti aku dari arah belakang. Lalu, secara saksama aku menoleh orang tersebut, ternyata dia adalah wanita.

'Ini seperti orang ODGJ, tapi apa benar kalau dia sakot jiwa? Tapi kenapa dia berkata seperti orang yang sangat normal, dan lagi hamil pula,' ucapku dengan menoleh ke arah samping sekilas.

Saat aku berjalan lumayan laju, wanita itu pun mengikuti aku dengan langkah laju juga. Wanita tersebut seperti hamil besar, dan tangannya memegang perut tanpa henti. Kemudian aku berlari seperti ketakutan, aku merasa aneh dan takutnya kalau dia adalah orang yang hendak berbuat jahat padaku. Dengan berlari kencang, aku memutar arah dan tidak langsung ke rumah.

Kebetulan di depan rumah ada juga sebuah mobil hitam, seperti mertua. Dengan berbelok ke sebelah kanan, akhirnya aku bertemu sebuah taman yang sangat jauh dari rumah. Napas ini sangat ngos-ngosan, lalu diri ini berhenti di bunga raya dan menoleh ke samping kanan serta kiri.

'Aman ... orang itu udah gak ada, aku harus ke mana lagi agar dia tidak mengikuti aku ya? tanyaku dalam hati.

Seraya berjalan ke depan, kemudian aku menoleh sejurus ke arah sana. Tepat pada posisi sejurus, ternyata wanita itu muncul lagi sambil memegang rambutnya yang sangat kusut.

"Astaga! Kenapa dia lagi sih ... ya allah ... mau apa sih dia mengikuti aku dari tadi?" tanyaku sendiri sambil berjalan melintasinya, berpura-pura tak kenal satu satu sama lain.

Akhirnya kami berselisih, secara tiba-tiba lengan ini pun di pegang dan seketika aku berhenti.

Deg!

Dengan menoleh ke arahnya, wanita itu membalas dari tatapak ini. Ternyata aku kenal dengan wanita itu, seperti seorang pembantu rumah tangga yang pernah bekerja di rumahku.

"Ka-kamu ... lastri kan?" tanyaku sangat penasaran.

Dia malah mengangguk, kemudian dia menjawab, "ya, aku adalah lastri, wanita yang akan sebentar lagi akan kaya raya. Ha ha ha ... kamu tahu enggak, aku sedang mengandung anak dari majikan aku, dia ganteng punya mobil dan hartanya banyak banget."

'Astaga ... pasti yang dia maksud adalah mas Reno, karena aku tahu kalau Mas Reno pernah menjalin aktivitas malam bersama dengan lastri sampai beberapa kali, ternyata kami bertemu lagi di sini,' kataku dalam hati.

"Kamu ngapain di sini lastri, kenapa kamu gak kembali aja ke rumah kamu. Kan, rumah kamu ada di dekat sini kan?" tanyaku lagi.

"Aku gak mau, karena di rumah ada ipar yang selalu maksa aku untuk tidur bersama dengannya. Aku gak mau lagi, aku takut kalau anak ini agak gugur ...," kata Lastri sambil menangis.

"Sekarang kita duduk dulu di taman ya, gak enak kalau bicara di sini," ajakku.

Lalu Lastri pun mau dan kami berjalan ke arah taman, di tempat ini aku terdiam bersama dengan wanita yang pernah menjadi simpanan suami aku di rumah. Ketika aku pergi, dia dengan mudahnya bercinta ketika malam hari bahkan siang hari. Melalui sebuah CCTV, semuanya terungkap. Aku selama ini tak tahu kalau Lastri masih ada di kampung, karena sudah berbulan-bulan kami tak pernah bertemu.

"Lastri ... kamu masih ingat aku siapa?" tanyaku dengan nada suara sangat lembut.

Lalu dia menggelengkan kepala, kemungkinan Lastri ini tidak gila, hanya saja dia setres mendapatkan tekanan. Aku sama sekali tidak marah padanya, hanya saja memang perbuatan mantan suami aku yang seperti hewan. Mau pada wanita sekelas ART, dan itu adalah hal paling membuat aku membencinya sampai saat ini.

"Kamu enggak mau pulang, aku bisa antar kamu sampai rumah kok?" tanyaku mengajak.

Bersambung ...

3 Miliyar Sekali EntotWhere stories live. Discover now