Bab 27 Menikmati Pembantu Cantik Ku

2.2K 6 0
                                    

Pagi telah tiba, seorang wanita yang kala itu berada di dalam ruangan pun terbangun. Dia menoleh ke kanan, di atas dipan berwarna putih. Orang yang dia cari sudah tak ada, sang suami dengan berjuta keindahan terpahat di wajahnya. Sosok imam dalam hidup yang paling dia kagumi, belakangan hari ini suka berubah aneh. Ini adalah kesekian kalinya Julia tidak melihat sang suami bangun pagi, dan entah ke mana perginya.

Dengan cepat dia membangkitkan badan, lalu Julia pun turun dari atas dipan dan langsung bergerak ke jendela balkon lantai dua. Wanita yang hanya mengenakan baju tidur piama itu pun membuka gorden, kemudian dia melihat semburat arunika yang mulai datang dari arah yang sama.

Pemandangan indah sejurus dengan sebuah penampakan sang fajar sangat indah. Kesejukan hati itu membuatnya tidak dapat beringsut pergi, kemudian Julia berjalan menuju balkon lantai dua dan langsung menatap ke arah taman. Tak lama setelahnya, dia pun menarik napas panjang dan mendudukkan badan. Udara pagi memang baik untuk kesehatan, telah lama dia tidak merasakan pagi yang indah seperti ini.

Perlahan apa yang dia anggap merasa bosan pun hilang. Ini adalah doanya setiap hari, agar selalu dalam lindungan Tuhan apa pun yang terjadi. Dengan bergantung pada sang Khalik, membuat hidup nyaman sebagai mana mestinya. Beberapa menit setelah itu, Julia pun beralih dan mengambil kopi hangat di dalam kamarnya.

Kamar full fasilitas, ini adalah rancangan terbaik dari pen-design luar negeri. Menjalani hidup yang selalu menjauhkan rasa suudzon pada orang lain, semakin ke sini semakin indah apa yang di lakukan oleh Julia. Berkat restu sang Maha Esa. Dengan mendudukkan badan di atas kursi, dia meneguk kopi hangat itu dan sesekali menikmati suasana.

Kemudian ponsel milik Julia pun berdering hebat, dan dia menatap siapa yang menelepon. Ternyata itu adalah panggilan dari sang ayah mertua. Dia pun tak mau ambil pusing, karena Julia tak mau lagi berhadapan dengannya. Di malam itu sudah cukup membuatnya merasakan betapa sang mertua sangat mampu membuat tertahan di dalam rumah.

Sampai pagi telah tiba, dan Adiwijaya tampak sangat sengaja dengan apa yang dia lakukan. Tanpa menjawab, kemudian Julia pun meletakkan ponsel di atas meja kembali. Beberapa menit setelahnya, ponsel berdering kembali. Lalu, wanita berbandana itu melihat dan tetap sama kalau Adiwijaya menelepon.

Karena Julia tidak mau dianggap sombong, dia pun mengangkat telepon itu. Perlahan tidak ada suara, hanya ada suara seseorang tengah bernapas panjang. Barulah setelah itu terdengar suara Adi yang datang berjalan, seperti orang yang mencari tempat khsusus untuk mengangkat ponsel.

[Hallo, Pa, ada apa ya nelepon Julia pagi-pagi?]

[Eng-enggak, aku cuma mau tanya sama kamu. Entar malam ada acara enggak, Jul. Kalau gak ada acara, aku berniat mau ajak kamu ke rumah temen.]

[Gimana, ya, Pa, aku enggak bisa karena Mas Reno di rumah terus. Kan, Papa tahu sendiri kalau dia di rumah aku gak boleh ke luar rumah. Sekarang kami lagi ada masalah, Pa, jadi aku harus patuh sama semua ucapan Mas Reno.]

[Hmm ... entar aku yang mencoba telepon suami kamu. Gimana, kamu mau enggak temani Papa. Kan, kamu tahu sendiri kalau papa nyetir sendirian naik mobil bisa enggak fokus.]

[Hmm ... kalau Mas Reno memberikan izin, aku mau Pa. Tapi aku gak bisa lama-lama, karena harus beres-beres rumah lagi.]

[Baik, papa paham, kok. Bener, ya, kamu mau temani papa entar malam.]

[Ba-baik, Pa.]

Kemudian ponsel pun mati, tak berapa lama, Julia pun mendengar kembali seperti orang yang sedang bersuara. Ya, seperti laki-laki dan wanita yang asyik bercanda. Lalu, Julia penasaran dan kepo siapa orang tersebut. Di rumah ini hanya ada dia, mamanya, Nining dan Mas Reno. Tak ada seorang lelaki, karena satpam juga tidak ada.

3 Miliyar Sekali Entotحيث تعيش القصص. اكتشف الآن