Lembar 112 - Gugurnya Dua Iblis

155 20 6
                                    

Iblis Pantun yang tengah berjalan menuju medan pertarungan utama terperangah ketika telinganya mendengar suara-suara bentakan pertarungan lain yang terpisah.

"Buah lengkeng di tangan perwira,
Itu seperti suara Satra" ucapnya.

Lelaki tua bermata juling ini lekas-lekas mendatangi asal suara, dia bermaksud ingin menolong Satra jika temannya itu tersudut.

Ketika dia sampai di tempat pohon pemakaman dia pun terkesiap ketika melihat ada empat besar gumpalan kabut seperti gulungan awan yang menutup seantero tempat. Kabut-kabut itu memancarkan sinar-sinar hitam redup. Tak jauh dari sana dia melihat pula sosok Prana dan Ingga yang roboh pingsan.

Iblis Pantun cepat mendatangi dan memeriksa keduanya. Begitu dia melihat dua helai bulu gagak di punggung keduanya dia pun segera maklum.
"Iblis Kabut! Ternyata dia juga turut dibangkitkan!"

Iblis Pantun juga menatap kembali ke arah empat gulungan kabut.
"Itu pasti jurus Empat Jalur Kabut Menelan Alam"

Iblis Pantun dulu juga anak buah Dewa Iblis. Bersama Iblis Pantun, Iblis Kabut dan Iblis Batu, keempatnya adalah anak buah kesayangan Dewa Iblis tetapi lama kelamaan Iblis Pantun memutuskan menghilang dan berkhianat.

"Aku harus membantu mereka! Terjebak di dalam empat jalur kabut bisa membuat mereka mati. Iblis Kabut sangat kuat jika bertarung di dalam kabut seperti itu. Tapi aku harus menyelamatkan dua bocah ini dulu" Iblis Pantun mencabut dua helai bulu gagak yang menancap di punggung Prana dan Ingga, Iblis Pantun kerahkan tenaga dalamnya buat menyadarkan keduanya. Prana dan Ingga pun lekas terjaga.

"Apa yang terjadi?" Tanya Ingga pula. Perempuan ini terheran-heran melihat ada empat gumpalan asap di depan mata.

"Buah lengkeng dibungkus selimut,
Itu jurus Iblis Kabut.
Buah lengkeng buah duku
Kalian harus membantuku"

"Apa yang harus kami lakukan kek?" Tanya Prana.

"Buah lengkeng dipetik bapak,
Kita harus cari empat gagak.
Buah lengkeng sekeranjang penuh,
Empat gagak harus dibunuh!"

"Mencari burung gagak di hutan seluas ini?" Tanya Ingga heran, bisa. Tapi sangat sulit dan butuh waktu lama.

"Buah lengkeng di atas talam,
Empat gagak itu cuma diam.
Buah lengkeng diikat gantungan,
Pasti gampang buat ditemukan"

"Kak Ingga, kita cari saja di sekitar  sini dulu. Aku akan gunakan sedikit ilmu Menyatu Indra Dengan Semesta yang pernah diajarkan guru. Meski belum sempurna, tapi kalau hanya untuk mencari hewan, mungkin bisa"

"Bagus Prana! Lekas lakukan!" Girang Ingga.

Prana mengangguk, dia lekas bersila lalu mengheningkan cipta sambil membaca mantra, namun saat itupula terasa tanah bergetar, seperti ada benda berat menggelinding.

"Gempa lagi?" Heran Ingga.

Sepasang mata Iblis Pantun membeliak, "Buah lengkeng dikerubungi tawon, lekas semua naik ke atas pohon!"

Meski heran Ingga dan Prana cepat tanggap. Tiga tubuh melesat dengan ilmu meringankan tubuh dan hinggap di atas beberapa cabang.

Di bawah sana mereka menyaksikan satu buah batu besar menggelinding. Gelondongan batu itulah tadi yang menyebabkan tanah bergetar. Brakk, batu besar itu menghantam batang pohon di mana tadi Prana melompat. Pohon itu patah dan tumbang, Prana segera beralih melompat ke pohon yang lain.

Batu itu pancarkan sinar kehitaman, begitu sinar musnah, sosoknya telah menjelma menjadi satu sosok manusia bertubuh angker. Wajahnya angkuh dan kasar dengan tubuh ditempeli batu-batu keras laksana zirah. Dialah Iblis Batu, makhluk sakti yang konon tubuhnya sekeras batu dan tinjuan tangannya mampu menghancurkan batu sebesar rumah.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Where stories live. Discover now