Lembar ke 59 - Putus Asa (Iblis Menolak Azab)

289 24 8
                                    

Semua orang terkejut dan masih belum mengerti apa yang menyerang Rangga dan Nenek Lembah Air Mata. Namun begitu melihat kepada Satra semua orang langsung berteriak.

"Satra!" Seru semua orang berbarengan. Semua tak tinggal diam. Masing-masing ingin lepaskan pukulan-pukulan sakti untuk menghantam ke depan.

"Semua jangan buat gerakan! Atau aku akan cekik mati anak durhaka ini!" Teriak lantang seseorang.

Mau tak mau, semua pendekar turunkan tangan yang tadi akan melepaskan pukulan sakti, termasuk Wisnu dan Pradipto.

Wisnu beri isyarat kepada mereka untuk batalkan serangan.
"Satra kena sandera, sangat berbahaya jika melepaskan pukulan sakti jarak jauh. Bukan mustahil Dewa Iblis malah menjadikan Satra sebagai tamengnya"

Semua orang terdiam, ucapan Wisnu benar adanya. Bisa saja Dewa Iblis gunakan tubuh Satra sebagai pelindung dari pukulan sakti. Bukannya mengenai Dewa Iblis malah mengenai teman sendiri.

Sepasang kaki Satra menggantung melejang-lejang, kedua tangannya yang kekar memegang dan mencengkeram tangan kanan Dewa Iblis yang mencekiknya.

Sebenarnya apa yang terjadi terhadap Dewa Iblis? Mengapa dia masih hidup? Bukankah Satra berhasil menikamkan sepasang pisau hingga menancap dalam?

Dewa Iblis mencekik leher Satra dengan tangan kanan, sedangkan tangan kiri mencekik Gilang Kusuma. Kedua pemuda itu tergantung melejang-lejang karena tubuh yang diangkat. Benar-benar hebat tenaga Dewa Iblis, mampu mencekik dan mengangkat tubuh dua pemuda berbadan kekar.

"Hahahaha kalian pikir kalian bisa membunuhku semudah itu hah?" Lantang Dewa Iblis. Lalu brukk dia membanting sosok Gilang ke tanah.

Gilang mengerang terlentang, apalagi kemudian Dewa Iblis menginjak perutnya. Terasa seakan-akan perutnya mau pecah. Darah merembes dari mulutnya.

"Dasar manusia tak tahu diri. Diberi cinta, diberi kepercayaan, diberi kenikmatan, malah meminta mampus, cih!" Dewa Iblis ludahi wajah Gilang. Dia semakin tekan injakan kakinya hingga sosok Gilang menggelepar-gelepar tak berdaya.

Lalu penjahat luar biasa ini beralih pada sosok Satra.
"Ini lagi anak durhaka! Diberi kehidupan, diberi kemewahan, dibesarkan dan diajari kesaktian. Ternyata malah jadi penghianat!" Geram Dewa Iblis, dia perkuat cekikan di leher Satra.

"Krokk krokk" Satra ingin menjawab namun hanya suara mengkorok yang keluar, lehernya benar-benar sakit. Dia megap-megap tak dapat bernafas.

Lalu bruk, Dewa Iblis juga banting tubuh Satra Dirgantara.

"Inilah ilmu Bayang-Bayang Iblis. Kalian tak akan dapat membunuhku. Jangankan membunuhku melukaiku saja tidak akan bisa" teriak Dewa Iblis. Lalu dia injak dada Satra dengan kaki kanan. Bobot tubuhnya dia tambah dengan tindihan tenaga dalam. Kini sosoknya berdiri dengan berpijak pada Satra dan Gilang.

"Tidak mungkin! Tapi dia adalah anakmu! Bukankah hanya anakmu yang dapat membunuhmu?" Teriak Embun Salju.

"Hahahaha? Kata siapa? Aku tidak bisa mati!" Bantah Dewa Iblis.

"Kau sudah dikutuk para dewa!" Sahut Pangeran Wilantara pula.

"Berarti dewamu itu berbohong, atau mungkin dewa mu saja yang lemah!" Pongah dan sombong sekali ucapan Dewa Iblis.

"Tidak mungkin" ucap Pangeran Kumbaraka tak percaya.

"Kalian benar-benar tak percaya? Hahaha baik, biar kalian lebih jelas akan ku beri anak bedebah ini kesempatan sekali lagi" imbuh Dewa Iblis. Lalu dia sudahi injakan kakinya pada Gilang dan Satra.

Terhadap Gilang dia tendang oemuda itu hingga terpelanting.
Pangeran Wilantara cepat menangkap. Empu Mayat Suci cepat membantu memeriksa.
"Lekas beri dia obat, beberapa organ dalam perutnya terluka!"

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Where stories live. Discover now