Lembar 74 - Darah Pengantin

186 22 5
                                    

Putri Gandari tersenyum bahagia melepas kepergian rombongan Gusti Prabu Arya Dygta yang baru saja menyelesaikan kunjungan kenegaraan.

Perempuan ini bersenandung riang di taman kaputren.
"Akhirnya pasangan raja cinta sesat itu pulang juga. Menjijikkan."

Saat itu empat prajurit datang melapor kepadanya.

"Bagaimana tugas kalian? Berhasilkah kalian menyebarkan sayembara itu?" Tanya Putri Gandari kepada keempat prajurit itu.

"Sayembara apa?" Tiba-tiba terdengar satu suara menyahuti. Ternyata Pradipto.

Putri Gandari seketika salah tingkah.
"Oh kanda, telah kembali rupanya dari mengantar rombongan tamu agung ke perbatasan kota raja. Sini kanda, minumlah air sejuk ini!"

Pradipto abaikan tawaran itu, dia berpaling kepada empat prajurit itu.
"Katakan sayembara apa yang kalian sebar!"

Keempat prajurit itu menunduk.

"Ayo jawab! Apa kalian ingin kuhukum potong lidah biar tak dapat bicara lagi selamanya?" Ancam Pradipto.

"Ampun Gusti pangeran, kami diperintahkan untuk menyebar sayembara, barang siapa yang bisa menangkap apalagi membunuh lelaki bersisik ular, maka dia akan mendapatkan hadiah empat puluh keping logam emas, sebuah rumah, sawah dan juga ternak" jawab seorang prajurit.

Putri Gandari seketika pucat, tugas rahasia itu bocor juga.

"Plakk" Pradipto kembali menampar Gandari.

"Berani sekali kau, lancang! Bagaimanapun Wisnu masih milikku yang sah, tak ada seorang pun yang boleh menyakitinya!" Geram Pradipto. Dia segera pergi menyambar kuda buat memerintahkan seluruh prajurit untuk mencabut sayembara gila itu.
***

Di tempat lain Dewi Ular dan Datuk Segala Sesat tengah gelisah, hari keempat belas yang mereka duga Wisnu akan menjadi ular seutuhnya telah lewat beberapa hari, bahkan hampir dua pekan.

"Sial! Kenapa mantraku tak dapat mengetuk batin Wisnu?" Kesal Dewi Ular karena mantra hitamnya gagal meracuni otak Wisnu.

"Dewi, aku yakin ada yang telah menangkal mantra mu itu. Pasti pemuda yang kita tempur hari itu. Aku mencium dia memiliki darah ksatria atas angin" menimpali Datuk Segala Sesat.

"Lantas apa yang harus kita lakukan Datuk?" Cemas Dewi Ular. Dia tak tahu bahwa Danum Suarga berhasil menahan laju perubahan wujud ular Wisnu menjadi setahun dengan meminumkan darahnya.

"Aku akan menjajagi orang itu lewat Mata Batin Sejuta Iblis" Datuk Segala Sesat ambil sikap semedi, di tangannya tergenggam menggantung lonceng Genta Agung Bumi Langit, dia membunyikan lonceng itu dengan pelan.

Dewi Ular memperhatikan sosok Datuk Segala Sesat dengan leletkan lidah, wujud muda Datuk Segala Sesat memang menggiurkan, tubuhnya hanya ditutupi kain asal-asalan, pahanya bahkan daging bokongnya sesekali tersingkap, dan pastinya bulu jembutnya juga terlihat menggoda. Darah Dewi Ular seketika menggelegak panas karena nafsu.

"Jangan kuat-kuat Datuk, suara lonceng itu menyakitkan kupingku" pinta Dewi Ular dengan sepasang mata memandang ke selangkangan Datuk Segala Sesat yang tengah bersemedi.

Datuk Segala Sesat tau apa yang dipikirkan Dewi Ular. Dia menyeringai, sambil mengerahkan kemampuan Mata Batin Sejuta Iblis, dia gerakkan sedikit pinggulnya yang duduk hingga akhirnya kain penutup bawah perutnya semakin terbuka.

Dewi Ular terpekik nakal, bagaimana tidak, dia menyaksikan lonceng jantan Datuk Segala Sesat yang telah tegak besar dan menantang.

"Ayo Dewi, hisap lonceng jantanku ini, biar aku semakin semangat buat menerawang keberadaan Wisnu!" Perintah Datuk Segala Sesat.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Where stories live. Discover now