Lembar ke 51 - Menjadi Kekasih Rahasia

265 28 13
                                    

Maaf kalau ada Typo 🙏
***

Pesta birahi itu telah usai tadi sore. Memang nafsu manusia-manusia iblis itu menggelegak hingga tak habis-habisnya mengayuh samudra birahi dari hari menjelang siang hingga ke petang. Sekarang sang malam yang menguasai waktu.

Dewi Ular dan anak buahnya telah terlelap di dalam kamarnya karena kelelahan setelah tadi siang mereka mereguk kenikmatan tubuh Gilang Kusuma. Meski Dewi Ular pemuas nafsu Dewa Iblis namun ternyata perempuan ini tak diperbolehkan tidur menemani Dewa Iblis. Hal ini dikarenakan Dewa Iblis tak ingin ada seorang perempuan pun yang tidur di ranjang agungnya itu. Termasuk istrinya dahulu, ibunya Satra Dirgantara. Meski pasangan suami istri namun keduanya tidur di ranjang terpisah. Dewa Iblis hanya akan mengunjungi kamar sang istri hanya jika ingin menggagahinya.

Hal itu dikarenakan, Dewa Iblis diam-diam masih mencintai perempuan di masa lalunya, yaitu Sirushona, ibu dari Wisnu Dhanapala. Perempuan itulah yang diharapkannya untuk tinggal di kamarnya, menjadi pendamping tidurnya disetiap malam.

Iblis Bunga sendiri sudah terkapar tak berdaya pula di bilik miliknya, ditemani oleh Pangeran Wilantara dan Prabu Gumintang, walau awalnya menolak, namun Iblis Bunga mau juga mencicipi keperkasaan sang Raja asli penguasa negeri Nusa Mutiara itu. Bahkan dia begitu menikmati permainan ranjang ayah dan anak itu.

Ketiganya tertidur telanjang, terlihat tubuh Iblis Bunga yang memar dan lecet-lecet. Iblis Bunga memang punya kelainan hasrat, yaitu suka digauli secara membabi buta diiringi kekerasan. Lecet-lecet ditubuhnya itu berasal dari cambukan-cambukan Pangeran Wilantara, sesuai permintaannya sendiri.

Mungkin hanya Maut Biru dan Maut Hitam yang masih tak ada lelahnya. Karena malam itu kedua manusia ini kembali menggagahi dan menunggangi Mayang Bestari dan Putri Gandari secara bergantian.
***

Di salah satu kamar di istana Nusa Mutiara sosok Gilang terbaring tanpa daya diatas sebuah ranjang. Tubuhnya sampai sekarang masih saja dalam keadaan bugil. Dia benar-benar tak berdaya sekarang, pasrah, hanya itu yang bisa dilakukannya sekarang. Lari? Bagaimana bisa? Di kakinya masih ada gelang Jerat Berhala yang akan memutus habis pergelangan kakinya jika berniat kabur. Jiwanya benar-benar terguncang atas apa yang terjadi hari ini. Dalam benaknya masih terbayang bagaimana sang istri yang dikasihinya dicekoki ilmu tenung hingga menjadi pelayan nafsu Maut Biru dan Maut Hitam, bahkan di depan matanya kedua jahanam itu menggauli istrinya tanpa rasa keperimanusiaan sedikitpun.

"Maut Biru jahanam! Maut Hitam bangsat! Aku akan hancur remukkan tubuh kalian!" Teriaknya frustasi di dalam kamar itu.

"Dan kau Dewa Iblis! Aku akan mencincang seluruh tubuhmu hingga menjadi bubur!" Teriaknya lagi.

Tiba-tiba ada suara yang menyahut dari luar kamar.
"Memangnya kau sanggup?" Suara itu bgitu dingin dan membuat Gilang tercekat, ada rasa takut yang menghinggapi hatinya.

Wusss, satu sosok laksana hantu masuk ke kamar itu, tidak melalui pintu melainkan langsung menembus dinding kamar. Dewa Iblis ternyata yang datang.

Merinding rasanya Gilang melihat makhluk satu ini, meski Dewa Iblis berwajah tampan namun wibawanya benar-benar menciutkan lawan, belum pernah Gilang bertemu seseorang yang memiliki aura begitu menggetarkan seperti Dewa Iblis. Apalagi dia memiliki kesaktian yang sepertinya tidak terukur itu.

"Kau...penjahat laknat! Bebaskan istriku" entah dapat keberanian dari mana tiba-tiba saja Gilang keluarkan ucapan itu.

Dewa Iblis menatap Gilang dengan tajam.
"Manusia tak tahu diri! Berani kau memerintahku?" Sahut orang satu ini.

Dia ulurkan tangannya, membuat gerakan seperti ingin mencekik. Gilang kaget setengah mati, laksana ada tangan sungguhan yang mencekik lehernya seketika Gilang megap-megap. Padahal jelas-jelas jaraknya dengan Dewa Iblis terpisah hampir delapan langkah. Dewa Iblis angkat tangannya yang seperti mencekik itu ke atas, saat itu juga sosok Gilang yang terbaring di ranjang terangkat ke atas. Membuat pemuda itu merasakan rasa sakit yang teramat sangat dan kesulitan bernapas. Kedua tangannya menggenggam lehernya seolah ingin melepas kekuatan yang mencekik lehernya.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang