Lembar ke 80 - Pernikahan Garik

164 20 3
                                    

Suasana negeri Talawi kembali hidup, para penduduk mulai turun kembali ke sawah. Sudah beberapa kali hujan membasahi bumi sebulan terakhir.

Tiga orang tampak menapaki jalanan kota raja menuju istana, seorang wanita tua berpakaian ungu dengan rambut ditancapi konde. Lalu seorang lelaki berpakaian hitam bertampang gagah, kulitnya hitam manis. Dan terakhir gadis cantik berpakaian ungu dengan pedang di punggung. Ketiganya adalah Nenek Lembah Air Mata, Kandito dan Candrika Dewi. Mereka tengah menuju istana untuk bertemu dengan Pradipto. Namun alangkah kecewanya begitu di gerbang istana ternyata mereka berpapasan dengan Putri Gandari.

"Mau apa kalian kemari?" Tanya Putri Gandari dengan ketus.

"Tentu saja untuk bertemu dengan kakakku dan Wisnu!" Jawab Candrika Dewi dengan panas karena melihat perempuan binal itu masih di Talawi. Dia dan Kandito, juga sang nenek memang tidak tahu jika Pradipto dan Putri Gandari telah menikah.

"Cih, pengawal!"

"Iya Gusti ratu!"

"Aku tidak suka mereka para gembel ini ada disini, lekas usir mereka!" Perintah Putri Gandari.

"Apa? Gusti ratu?" Seru Candrika dengan terkejut.

"Iya, aku adalah ratu yang baru disini, karena aku dan Pradipto telah menikah!"

"Apa?" Kejut tiga orang itu bersamaan.

"Kau dusta!" Bentak Kandito.

"Terserah! Lekas pergi dari sini, kalau tidak aku akan memerintahkan prajurit buat menyeret paksa kalian!" Ancam Gandari.

"Perempuan gila!" Maki Candrika Dewi, bahkan perempuan ini mulai berteriak memanggili Pradipto dan Wisnu, tentu saja istana jadi ribut.

"Jahanam! Ku robek mulutmu!" Geram Gandari, dia cabut pedangnya dan mulai menyerang Candrika Dewi,

Gadis baju ungu itu pun meladeni permainan pedang Gandari. Keduanya berkelahi dengan sengit.

Dan bersamaan dengan itu para prajurit pun mulai berkerumun dan turun tangan mengeroyok Nenek Lembah Air Mata dan Kandito.

"Candrika Dewi, kau dari dulu selalu tidak senang kepadaku, terimalah bacokan pedangku ini" seru Putri Gandari seraya babatkan pedang ke pinggang Candrika Dewi.

"Siapa juga yang senang kepada perempuan jalang sepertimu! Sebelas dua belas sifatmu dengan si Mayang dulu" Candrika Dewi putar tubuhnya ke belakang buat menghindar.
Bersamaan dengan itu dia tendangkan kaki ke pergelangan tangan Gandari yang memegang pedang, sedangkan tangannya mengayunkan pedang ke leher Gandari.

Gandari terpekik, karena jurus balasan Candrika cepat sekali. Cepat-cepat dia menarik tangannya yang memegang pedang agar tak kena tendang, sedangkan kepalanya cepat dirundukkan. Namun tetap saja tendangan Candrika Dewi kena ke wajahnya. Perempuan itu terpelanting dengan pipi memerah dan kotor.

"Pengawal! Cincang perempuan dajal itu!" Geramnya karena kalah duel.

Saat itu pula Pradipto dan Kumbaraka muncul.
"Hentikan! Apa yang terjadi di sini?" Gema suara Pradipto.

"Kakang!" Seru Candrika dan Kandito dengan bahagia.

"Kanda, mereka memukulku" rengek Gandari yang telah menghampiri Pradipto seraya bergelayut manja, seolah-olah pamer dan memanas-manasi Candrika Dewi.

Wajah Pradipto berubah, dia ingin menepis tangan Gandari namun perempuan itu semakin rapatkan tubuhnya ke tubuh Pradipto.

"Kakang apa maksudnya ini?" Tanya Candrika heran yang melihat Pradipto diam saja dipeluk oleh Gandari.

"Maksudnya jelas, dia suamiku tentu saja aku boleh memeluknya" sahut Gandari.

Candrika Dewi sampai terpana, Kandito terdiam, sedangkan nenek Lembah Air Mata cuma bisa maygul.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin