Lembar ke 32 - Serbuan Dewi Ular

218 28 7
                                    

Tokoh-tokoh:
Dewi Ular
Anari
Megumi
Timur Agung
Mayang Bestari
Gilang Kusuma
***

Timur Agung, Gilang Kusuma, dan Mayang berseru kaget, dari rapatnya semak belukar dan rumput, merayap keluar puluhan bahkan ratusan ekor ular aneka warna, ada berwarna hitam, kuning, hijau bahkan belang-belang.  Bau amis dan suara desis ular terdengar menggidikkan.

Mayang sampai merinding ngeri.

"Hahahaha!" Satu suara tawa terdengar keras bersamaan dengan munculnya tiga sosok aneh, tiga sosok perempuan dengan bagian dada ke kaki berbentuk ular besar. Begitu tiba di hadapan Timur Agung dan murid-muridnya. Ketiga perempuan ular itu berubah menjadi sosok manusia perempuan cantik, namun yang paling cantik yang ada di tengah, yang memakai mahkota ular emas. Bahkan ular-ular yang lain turut pula berubah menjadi gadis-gadis cantik bersenjatakan tombak berkepala ular, semua gadis berpakaian sangat menantang memamerkan aurat.

"Dewi Ular..." Ucap Timur Agung dengan suara bergetar.

Dewi Ular tertawa keras, suara tawa disertai tenaga dalam itu terasa sakit didengar telinga.

Gilang sendiri memandang tak berkedip, sungguh dia tak menyangka kalau Dewi Ular cantik luar biasa. Jauh lebih cantik dari Mayang, ditambah lagi pakaiannya yang tipis membuat bukit kembar montok dan juga lembah kecil di bawah perutnya terlihat cukup jelas. Pakaian bawah Dewi ular yang belahannya tinggi tersingkap, memamerkan pahanya yang putih mulus. Mata lelaki manapun pasti akan terpana menyaksikan pemandangan menggairahkan itu.

Dewi Ular lemparkan senyum genit kepada Gilang, yang membuat Gilang kelabakan dan menelan ludah.

"Kakang!" Kesal Mayang dengan mencubit perut Gilang, cepat-cepat perempuan ini memeluk pinggang sang suami.

"Sudah lama kita tak bertemu Timur Agung, kau makin jelek dan tua saja, malah aku kira kau sudah mampus..." Ucap Dewi Ular.

"Perempuan kekurangan kain! Berani sekali kau menghina kakekku!" Gusar Mayang.

"Kenapa tidak berani? Dia bukan Tuhan" sahut Dewi Ular dengan memandangi Gilang lagi, bahkan sebelah matanya dikedipkan pada Gilang.

"Dewi Ular, aku tidak ingin mencari perkara denganmu, harap suruh anak buahmu menyingkir memberi jalan. Kami harus segera kembali ke padepokan Timur Raya" ucap Timur Agung.

"Oh, mau pulang? Boleh, boleh sekali. Asal kau harus meninggalkan dua hal disini"ucap Dewi Ular sambil kembali mengerling pada Gilang.

"Apa dua hal itu?" Tanya Timur Agung.

"Yang pertama sepasang pedang naga yang kau ambil dari dalam goa. Kemudian hal yang kedua kau harus meninggalkan pemuda ganteng itu buat jadi kekasihku" jawab Dewi Ular enteng.

Mendengar ucapan itu tersulutlah marah dan cemburu Mayang.

"Perempuan rendah inginkan suami orang, makan seranganku!" Mayang menyerang Dewi Ular dengan ilmu Mentari Terbit, sinar kuning berpijar berkiblat.

Dewi Ular tak lakukan gerakan apa-apa, malah dia masih tersenyum meremehkan ilmu itu.

Kedua pengawal paling setianya yang bergerak, Anari dan Megumi, keduanya tudingkan jari telunjuk, dari jari itu keluar sinar hijau lurus menyambuti sinar kuning. Letupan keras terdengar disertai menyeruaknya bau amis.

Mayang terkejut sinar saktinya bisa dimusnahkan, padahal yang menangkis baru anak buah Dewi Ular saja. Sungguh Dewi Ular memiliki kesaktian yang luar biasa.

"Kenapa diam Timur Agung? Apa permintaanku terlalu berat bagimu?" Tanya Dewi Ular.

Timur Agung sendiri bukannya tak mau menjawab, namun entah mengapa melihat sosok Dewi Ular yang begitu menggairahkan dia benar-benar menjadi gugup. Apalagi saat itu Dewi Ular tiba-tiba angkat roknya yang berbelah tinggi untuk mengusap keringat di lehernya. Karuan saja rok itu terangkat katas hingga nyaris menampilkan aurat paling terlarang perempuan.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang