Lembar ke 28 - Sekutu Baru

216 29 15
                                    

Kita ikuti perjalanan Tiga Iblis Maut yang ditugaskan oleh Dewa Iblsi untuk menangkap Wisnu Dhanapala. Ketiganya terpaksa berpisah dari Satra Dirgantara, sang putra dari pimpinan mereka yang memutuskan tidak mau ikut mencari Wisnu karena lebih suka berjalan-jalan keluyuran. Padahal ketiga Iblis Maut sangat mengandalkan anak dari majikan mereka itu.

Setelah ditinggal Satra, ketiganya sadar bahwa kekuatan mereka menjadi kurang untuk melawan Wisnu, akhirnya mereka memutuskan mencari bantuan dari sesama golongan yang berhubungan baik dengan Dewa Iblis, mereka berhasil menggaet tiga jagoan golongan hitam yang berilmu tinggi, yaitu Iblis Batu, Iblis Kabut dan Iblis Bunga. Ketiga anggota baru mereka ini berilmu sangat tinggi dan sukar dikalahkan. Malam itu di dalam sebuah goa besar mereka semua berkumpul guna mengatur rencana.

"Kemana kita mencari pemuda itu?" Tanya Maut Biru.

"Aku tidak tahu" sahut Maut Hitam.

"Apa hebatnya pemuda itu sampai Dewa Iblis ingin menangkapnya hidup-hidup?" Tanya Iblis Kabut sambil menambahkan kayu ke api unggun guna menghalau hawa dingin. Orang ini memakai pakaian serba hitam yang terbuat dari bulu-bulu gagak, sepasang matanya aneh karena bagian mata yang seharusnya hitam malah berwarna kelabu sehingga sedikit menyeramkan kalau dilihat, walau wajahnya tampan sekali, usianya mungkin tiga puluhan, atau mungkin malah di bawah tiga puluh.

"Pemuda itu hebat sekali, senjata payungnya juga luar biasa, kau tau kan? Tak mudah untuk mengalahkan kami, namun dia berhasil membunuh si Maut Merah dan mempermalukan kami di depan Timur Agung" jawab Maut Hijau pula, dia tengah menikmati jagung bakar. Jagung hasil curiannya dari kebun yang mereka temui di jalan.

"Bagaimana ciri-cirinya?" Kali ini Iblis Bunga yang berkata.

"Orangnya tinggi semampai namun gagah dan kokoh, rambutnya panjang sepunggung, wajahnya tampan sekali, dan yang paling istimewa kedua bola matanya yang berwarna hijau" Maut Hitam yang menjawab.

Mendengar itu Iblis Bunga tersenyum mengembang.
"Ternyata pemuda ganteng, ah aku semakin semangat, aku suka berurusan dengan orang-orang berwajah rupawan" Iblis Bunga mulai membayangkan sosok Wisnu sesuai ciri-ciri yang disebutkan oleh Maut Hitam. Memang dibanding mereka semua Iblis Bunga ini wajahnya tampan meski dirias aneh, sebagai seorang lelaki dia menggunakan sejenis celak untuk menghitamkan sepasang alisnya dan sekitar bulu matanya. Bahkan di kelopak matanya dia memberi warna sedikit kemerahan. Pakaiannya berwarna-warni, terdiri dari susunan lembar-lembar kain yang menyerupai kelopak bunga teratai. Bisa dikatakan penampilannya itu sangat berlebihan untuk ukuran seorang lelaki. Dan konon Iblis ini memiliki kebiasaan aneh, suka melampiaskan nafsu kepada lelaki maupun perempuan, asalkan wajah mereka rupawan.

"Aku rasa kita perlu menyelidik Padepokan Timur Raya, bukankah kalian bilang kalian bertempur di sana sewaktu pernikahan cucu Timur Agung? Kalaupun pemuda yang kita cari tidak ada, setidaknya kita dapat mencari kabar keberadaannya dari sana" usul Iblis Batu, makhluk satu ini jauh lebih aneh lagi. Sekujur tubuhnya tampak angker karena dari dada hingga perut ditempeli batu-batu keras sebesar telapak tangan, hingga sosoknya seolah sedang memakai baju zirah terbuat dari batu, sedangkan wajahnya mengenakan topeng aneh dari tanah liat yang diwarnai dan dilukis seperti bebatuan yang retak. Tak salah memang kalau dia dijuluki Iblis Batu. Salah satu kehebatannya ialah tubuhnya kebal dan keras seperti batu sungguhan. Selama ini belum pernah ada manusia yang dapat mengalahkannya dalam pertarungan.

Tiga Iblis Maut mengangguk setuju, jika sebelumnya mereka gentar karena ditinggal oleh Satra, namun bersama  tiga sekutu mereka kali ini, mereka jadi semangat dan percaya diri akan berhasil menjalankan tugas.
***

Pagi itu Padepokan Timur Raya dibikin geger, enam orang musuh datang menyerbu. Sekejapan saja belasan mayat para murid jatuh bergelimpangan. Maut Biru, Maut Hijau dan Maut Hitam membantai para murid tanpa ampun, mereka sangat mendendam terhadap perguruan ini karena di padepokan inilah Maut Merah saudara mereka menemui ajal.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Where stories live. Discover now