Lembar ke 57 - Pertarungan Tiga Pedang

214 24 16
                                    

Akan ada salah satu tokoh utama yang tewas disini 😭, kuatkan hati kalian ya guys. Happy reading...
***

Para pendekar bersiap untuk pergi, Timur Agung memapah sang cucu Mayang Bestari yang telah sadar, lalu ada Cermin Dewa membopong Prabu Gumintang sedangkan Pangeran Kumbaraka memapah Pangeran Wilantara, lalu ada pula Embun Salju yang mendampingi Putri Gandari. Pradipto telah bersiap pula meletakkan jari telunjuk dan tengahnya di depan wajah, tepat diantara kedua mata untuk mengeluarkan jurus Lingkaran Suci Pembawa Budi yang akan membawa semua orang meninggalkan istana yang telah porak poranda itu, lingkaran cahaya telah muncul dibawah kaki mereka, namun tiba-tiba terdengar suara menggaung.

"Jangan ada yang pergi! Kalian harus mati disini!"

Satu sosok melesat keluar dari dalam lobang yang digenangi lahar, crat. Lahar-lahar itu bermuncratan ke sekitar.

Satu sosok manusia muncul dari sana, tanpa basa-basi lagi sosok itu hantamkan tangan kanannya. Satu sinar merah menderu menghantam lingkaran cahaya yang akan membawa kelompok para pendekat pergi. Sinar merah itu cepat sekali.

Prang! Seperti suara kaca pecah, Lingkaran Suci Pembawa Budi hancur berkeping-keping, untung saja para pendekar tidak berlaku lengah, semua sempat mengelak keluar dari dalam Lingkaran Suci Pembawa Budi.

"Dewa Iblis!" Seru semua orang hampir berbarengan

"Huahahahahaha! Ya, memang aku!" Satu suara menyahuti, sosok Dewa Iblis. Dia benar-benar masih hidup, bahkan tubuhnya tak kurang apa-apa. Tubuhnya masih mulus, padahal seharusnya kulitnya sudah meleleh bahkan mungkin tinggal tulang belulang. Tapi nyatanya? Benar-benar sulit dipercaya.

Hanya saja ada satu yang berubah, yaitu warna rambutnya, jika sebelum rambutnya berwarna hitam, maka kali ini rambut itu berwarna putih, sedang Mata Ketiga dikeningnya telah lenyap tak berbekas. Jika ada luka di wajahnya, itupun hanya satu, luka kecil di pipinya yang dibuat oleh Wisnu pada pertarungan sebelumnya. Luka itu mulai mengering dan tak mengeluarkan darah lagi.

"Hebat! Kalian hebat! Kalian sanggup memusnahkan mata ketigaku juga menghancurkan sayap kelelawar iblisku, tapi kalian jangan senang dulu! Aku masih punya banyak ilmu kesaktian yang lain" Dewa Iblis berkacak pinggang, matanya menatap liar pada kelompok para pendekar, terutama pada Wisnu Dhanapala.

"Sulit dipercaya, dia benar-benar masih hidup" keluh Pangeran Kumbaraka yang disebelahnya telah tegak sosok Pangeran Wilantara yang memakai pakaian alakadarnya yang mereka ambil dari satu mayat. Begitupun dengan Prabu Gumintang dan Putri Gandari. Mayang Bestari memeluk kakeknya semakin erat, entah mengapa dia benar-benar takut sekarang. Apalagi dia masih merasakan nyeri di bagian selangkangan karena beberapa hari terakhir terlalu sering digagahi beberapa lelaki anak buah Dewa Iblis.

"Dengar kalian semua! Aku akan mengampuni kalian jika kalian mengaku takluk dan bersujud kepadaku! Siap menjadi pembantuku!" Ucap Dewa Iblis keras, di tangan kanannya ada sebilah pedang bergagang kelelawar sedang ditangan kirinya ada Pedang Naga Merah.

Mayang Bestari yang tadi diselamatkan sang kakek, buru-buru berlari ke depan dan langsung jatuhkan diri bersujud.
"Ampuni aku Dewa Iblis! Aku bersedia menjadi budakmu!"

"Mayang! Apa-apaan kau?" Heran dan marah Timur Agung.

"Hahahaha!" Dewa Iblis tertawa
"Mayang Bestari, pilihanmu tepat sekali! Mereka terlalu dungu mencari penyakit, aku berjanji kelak akan menjadikanmu salah satu selirku di istana yang akan ku bangun! Ayo ke sini sayang!"

Mayang Bestari melangkah menuju Dewa Iblis.

"Setan! Jangan sentuh cucuku!" Maki Timur Agung.
"Mayang, kembali!" Perintahnya pada Mayang Bestari.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon