Lembar ke 62- Niat Jahat Terselubung

177 23 14
                                    

Tidak sempat mengedit, harap maklum kalau banyak Typo.
***

Wisnu dengan diiringi oleh Pradipto kembali ingin masuk ke pondok kayu wangi, wajah Pradipto masih terlihat keruh, dia sedikit cemburu karena tadi Gilang memeluk Wisnu dengan begitu eratnya. Mereka berpapasan dengan Putri Gandari yang berdiri di depan tangga pondok kayu.

"Tak tahu malu! Sudah punya pasangan masih saja memeluk lelaki lain" sindir Putri Gandari pada Wisnu.

Langkah kaki Wisnu berhenti seketika, dia menatap tajam pada perempuan itu. Sebelumnya dia tak merasa punya masalah dengan perempuan berpangkat putri ini, semua berubah sejak diketahui bahwa Wisnu adalah anak dari Dewa Iblis, penjahat paling dibenci dan telah ikut andil membunuh Ratu Banjaratih, ibu dari Putri Gandari dan juga Pangeran Wilantara.

"Apa maksudmu? Pendampingku saja tidak ribut kenapa kau yang sibuk?"

Putri Gandari sunggingkan bibir.
"Anak Dewa Iblis mana mengerti perasaan seorang lelaki. Apalagi pria banci sepertimu"

Wisnu menggelatuk menahan marah, ingin dia menampar putri sialan satu ini tetapi tak jadi karena Pradipto malah lanjut melangkah ke dalam pondok. Wisnu terheran, lekas dia mengejar sang suami. Putri Gandari menyeringai, niatnya untuk membuat Pradipto kesal kepada Wisnu kesampaian.
"Lihat saja, Pradipto akan menjadi milikku. Enak saja aku mau dijodohkan dengan adiknya yang buntung. Lagipula sejak semula memang Pradipto yang dijodohkan denganku, aku hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi hakku"

Putri satu ini melangkah ke dapur. Dia ingin melihat Tiga Dara, Candrika Dewi dan Nenek Lembah Air Mata, juga Ratu Permani yang tengah memasak untuk makan siang. Alih-alih membantu, Putri satu ini malah memandori dan sesekali memberi perintah.

"Hai itu apinya mau padam, lekas ditiup!" Ucapnya kepada Laruni yang tengah mengulek bumbu. Telunjuknya menunjuk kepada tungku api yang tengah merebus daging ayam.

"Kalian harus masak yang enak-enak buat Gusti Prabu dan juga Pradipto, jangan sampai kurang asam garamnya" ucapnya lagi.

Candrika yang jengkel mendengarnya segera saja menyela.
"Diamlah! Kalau kau memang jago masak silahkan kau saja yang mengerjakan!" Ucap Candrika yang langsung menyodorkan sebuah sudip kayu yang dipakainya untuk membuat gulai daging kambing.

"Kurang ajar! Kau berani memerintah seorang putri! Lancang sekali kau!" Murka Putri Gandari.

Kiani, murid Wisnu yang paling berani yang sifatnya sebelas dua belas dengan Candrika ikut menyahuti pula.
"Disini tidak ada putri-putri an, ini rumah guruku bukan istanamu. Kami bukan dayangmu!"

"Kau perempuan buruk diamlah. Sekali ku adukan pada ayahku..."

"Adukan saja sana! Biar kau dan ayahmu juga kakakmu ditendang dari tempat ini oleh guruku!" Tukas Kiani cepat.

"Tuan putri sebaiknya jangan disini" ucap Nenek Lembah Air Mata menengahi pertikaian diantara para gadis. Ratu Permani juga mengelus dada melihat tabiat Putri Gandari.

"Heh nenek peot, berani sekali kau mengusirku? Ayo cepat masak yang benar!"

"Memang kami mau memasak. Makanya kau pergi sana! Dan ingat, ini semua kami yang buat, jangan harap kami akan memberimu sekalipun sebutir nasi. Dasar perempuan tak tahu malu. Pasti di istana kerjanya cuma merengek dan bersolek" ketus Kiani.

Laruni, Sariti, dan Candrika langsung tertawa mencemooh tuan putri.

Putri Gandari memerah mukanya, jika menurut nafsu pasti sudah diajaknya Kiani berkelahi, namun dia tahu Kiani adalah murid Wisnu yang terbaik, belum lagi Candrika yang berkanuragan tinggi, lalu Sariti dan Laruni, meski belum pernah terlibat pertarungan kedua gadis itu juga membekal kepandaian yang cukup. Bertengkar melawan gadis-gadis itu sama saja mencari penyakit.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang