Lembar ke 8 - Kembali Berkelana

287 27 1
                                    

Di lembar ke 8 ini, akan muncul lagi tokoh-tokoh baru.
Para tokoh:
Gilang Kusuma
Ki Gambir
Candrika Dewi
Kandito
Pangeran Bangkai
Timur Agung
Mayang Bestari
Garda
Ardana
***

"Terima kasih paman, sudah tiga purnama saya menghuni padepokan ini, sudah banyak pula ilmu dan pelajaran yang saya petik. Namun seperti semula, saya punya niat untuk menyambangi Desa Batu Api, tanah kelahiran saya" pagi itu, Gilang menghatur sembah guna berpamitan kepada Timur Agung.

"Hmmm, kau ingin membalas dendam?" Tanya Timur Agung.

Gilang cepat menggeleng.
"Saya hanya ingin melihat kubur orang tua saya paman, lagi pula dimana beradanya Raja Bandit dan kawan-kawannya yang telah membunuh orang tua saya, saya sama sekali tidak tahu"

Timur Agung tersenyum kecil, dipegangnya bahu Gilang sambil ditepuk-tepuk.
"Pergilah kemanakanku, jika kau butuh tempat berteduh dan tempat pulang, padepokan paman terbuka lebar buatmu"

"Terima kasih paman" Sekali lagi Gilang menjura hormat, lalu dia putar tubuh lalu bangkit, sesampainya di lapangan padepokan para murid lain telah mengerumuninya, bagaimanapun selama tiga bulan mereka hidup bersama, telah terjalin kedekatan diantara mereka.

"Aku akan selalu ingat kepada kalian saudara-saudaraku" ucap Gilang.

"Hati-hatilah Gilang, doa kakang menyertaimu" ucap Garda.

Gilang tersenyum, matanya beredar sesaat mencari-cari seseorang.
"Oh iya kemana Mayang?" Tanyanya.

Garda dan Ardana saling pandang.
"Pagi sekali kak Mayang telah pergi, agaknya dia patah hati karena kakang akan meninggalkan kami?" Celetuk Ardana.

"Patah hati?" Tanya Gilang.

"Iya, kak Mayang suka sama kakang" celetuk Ardana lagi.

Gilang geleng-geleng kepala lalu tersenyum.  Setelah sekali lagi menyampaikan salam perpisahan, Gilang pun meninggalkan Padepokan Timur Raya.

Namun kurang dari dua ratus langkah tatkala akan melewati gerbang perbatasan antara padepokan dengan desa terdekat, tiba-tiba satu sosok gadis berpakaian merah keluar dari balik pohon dan memanggilnya.

"Kang!" Suara itu begitu lembut namun berbias sedih.

"Mayang" ucap Gilang tatkala melihat siapa yang memanggilnya, untuk sesaat dia pangling, ternyata Mayang yang kini berpakaian merah benar-benar terlihat jauh lebih cantik, sisi wanita lembutnya terlihat jelas.

"Apa kakang akan kembali lagi ke sini?" Tanyanya gelisah.

Gilang mengangguk.

Mayang mendekatinya.
"Jangan lupakan aku kakang, segeralah kembali. Ingatlah disini ada aku yang senantiasa akan merindukanmu" lalu cup tanpa di duga Mayang telah mencium pipinya. Lalu gadis itu lari meninggalkannya, Gilang terpana, untuk pertama kali seumur hidup ada seorang gadis mencium pipinya, dari kejauhan bisa dilihatnya ada butiran air mata yang gugur dari sepasang mata si gadis.

Gilang terpaku, entah mengapa ada rasa sedih yang mendadak mencabik-cabik perasaannya.
"Terima kasih Mayang, kelak aku akan kembali untukmu" Gilang cepat usap matanya yang mulai berkaca-kaca. Dia pun meneruskan kembali perjalanannya.
***

Beberapa hari kemudian di pagi hari Gilang tiba di Desa Batu Api, dia sedikit takjub, ternyata lima tahun setelah bencana yang mengerikan  melanda, desa ini masih hidup dan tidak mati, masih ada penghuninya meski tak seramai dahulu, ketika ayahnya masih hidup.

Saat lagi berjalan-jalan sembari melihat hamparan sawah, seorang tua tiba-tiba memanggilnya.
"Den, Aden!"

Gilang palingkan wajah kepada orang tua yang memanggil.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Where stories live. Discover now