Lembar ke 75 - Berkelana

151 26 12
                                    

Lembaran ini aku tulis dalam sekali ketik, jadi gak sempat aku edit. Kalau ada typo maklumi ya, kalau dianggap parah silahkan dikomen, biar aku perbaiki 😂 soalnya lagi flu, mager buat ngeditnya lagi. Terima kasih 🙏
***

Setelah Prana siuman Wisnu mengajak bocah itu buat mengurus mayat-mayat kakak seperguruannya. Dengan hati penuh luka, Wisnu membakar jenazah keenam pengantin baru itu. Sama seperti dengan Dewa Iblis, Wisnu menguburkan abu pembakaran jasad itu kedalam sebuah pohon.

"Tenanglah kalian disana! Aku bersumpah akan membalaskan dendam dan hutang darah ini. Dewi Ular dan Datuk Segala Sesat, keduanya harus mati ditangan ku!" Geram Wisnu.

Esoknya setelah mempersiapkan bekal Wisnu mengajak Prana untuk mulai berkelana, menuju arah tenggara sesuai pesan Dewa Iblis lewat mimpinya. Tak seberapa jauh dari seberang jurang Wisnu dapati mayat-mayat bergelimpangan, mayat Resi Sakuntala dan orang-orangnya.

"Jadi begitu, Dewi Ular dan Datuk Segala Sesat membunuh Resi yang asli lalu menyamar untuk masuk ke hutan kediamanku! Benar-benar licik!" Geram Wisnu. Dia hentakkan kakinya ke tanah, ajaib sekali, mayat-mayat itu secara aneh tenggelam masuk ke dalam tanah.

Dia memberi isyarat kepada Prana untuk melanjutkan perjalanan.

"Sebenarnya kita mau kemana guru?" Tanya Prana yang agaknya masih terkejut batin karena menyaksikan kematian kakak-kakak seperguruannya.

"Prana, yang namanya berkelana itu tanpa tujuan. Kita pergi sepembawaan kaki ke arah tenggara. Tak usah khawatir, disela-sela perjalanan kita, guru akan mengajarimu jurus-jurus silat yang baru" ujar Wisnu.

Prana menjadi cerah, dengan langkah tegap dia mendampingi sang guru untuk melangkah.
***

Di istana Talawi, Pradipto mendadak rasakan cemas yang teramat sangat, dia kepikiran akan keselamatan Wisnu. Pangeran ini berdiri termenung di tepi sebuah kolam hias.

"Wisnu, dimanakah kau sekarang?" Renungnya seorang diri.

Saat tengah melamun itu sang adik Pangeran Kumbaraka menghampiri.
"Kanda, apa yang sedang kanda pikirkan?"

Pradipto terkejut, teguran Kumbaraka tadi membuyarkan lamunannya.
"Adi Kumba, kanda kepikirian Wisnu Adi"

Kumbaraka terdiam, dia mengerti akan kegelisahan sang kakak. Dia paham jika Pradipto dalam keadaan tertekan dibawah ancaman sang ayah dan ibunda ratu.

"Kanda, janganlah terlalu bersedih!" Hibur Kumbaraka.

"Adi, bagaimanapun Wisnu sekarang sedang terkena penyakit, kanda khawatir jika diluaran sana Wisnu akan dikejar-kejar bahkan dicemooh karena keadaan dirinya yang menyerupai ular" tutur Pradipto.

"Kanda, sudahkah kanda menyelidik ke Hutan Kayu Wangi? Siapa tahu Wisnu kembali kesana?"

Seketika wajah Pradipto menjadi cerah.
"Astaga Adi, kenapa kanda tidak terpikir ke sana? Baiklah, kanda akan segera menuju kesana"

"Saya ikut kanda!" Ucap Kumbaraka cepat.

Pradipto mengangguk, dia segera kerahkan jurus Lingkaran Suci Membawa Budi yang mampu membuatnya berpindah tempat dalam waktu yang singkat. Kumbaraka cepat mendekat. Wussh sekejap saja kedua orang itu dibungkus lingkaran cahaya menyilaukan, begitu cahaya sirna keduanya telah ada di Hutan Kayu Wangi.

"Astaga! Dewata Agung!" Seru Kumbaraka terkejut.

Pradipto sendiri tercekat, dia mulai goyah.
"Apa yang terjadi, mengapa hutan ini bisa seporak poranda ini. Pondok itu!" Hatinya seketika berdebar kencang tatkala melihat pondok kediaman Wisnu telah roboh. Pradipto cepat melompat ke reruntuhan pondok itu, dia dengan kalap membalikkan reruntuhan dinding kayu. Dia khawatir bahwa Wisnu mungkin saja tertimpa reruntuhan.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن