Lembar 110 - Bangkitnya Para Roh Jemputan

144 18 3
                                    

"Yang Mulia Paduka Maharaja? Kemana Dewi Ular? Kenapa dia tidak kelihatan sedari tadi?" Tanya Empu Saksanapati saat dia dan para murid-muridnya berkumpul kembali setelah hampir tiga pekan menjalankan tugas melakukan pembantaian besar-besaran untuk mengumpulkan darah.

Saat itu Iblis Wisnu memang memerintahkan seluruh budaknya buat berkumpul di Padepokan Samudera Darah. Nama baru dari Padepokan Pagar Jagat.

Datuk Segala Sesat juga terheran, tak hanya Dewi Ular, pemuda bernama Kelana juga tidak kelihatan batang hidungnya.

"Dewi Ular, perempuan laknat itu telah berkhianat! Kalian dengar semua! Jika kalian bertemu Dewi Ular atau seekor ular lainnya, baik yang sungguhan maupun siluman. Bunuh binatang itu tanpa ampun!" Sangat Wisnu.

Karuan saja semua orang terkejut, bukankah Dewi Ular sekutu terkuat mereka? Kenapa bisa sampai berkhianat?

"Yang Mulia Maharaja, bagaimana mungkin Dewi Ular berkhianat?" Gelisah Datuk Segala Sesat.

"Kenapa? Kau kecarian pelacurmu itu?" Sindir Wisnu dengan tajam.

"Bukan yang mulia, tetapi bukankah Dewi Ular menelan ludah racun darimu. Bukankah dengan dia berhianat berarti dia siap mati?"

"Datuk tolol! Dewi Ular telah merebut sepersepuluh kesaktianku. Dengan licik dia meniduriku disaat aku terlelap. Dengan sepersepuluh kesaktianku itu racun ditubuhnya telah tawar!" Murka Wisnu, sangking murkanya dia hantamkan tangan kanannya ke arah Datuk Segala Sesat. Satu tembakan angin menyerbu hingga Datuk Segala Sesat terpental dan terguling-guling.

"Dewi Ular keparat! Beraninya dia melangkahiku" geram Datuk Segala Sesat sambil berusaha bangkit, amarah dan rasa benci mulai terbit dihatinya buat mencari dan membunuh Dewi Ular karena telah mencuri rencananya buat menyedot kekuatan Wisnu lewat bersenggama. Namun dia keduluan, berbeda dengan Dewi Ular, Datuk Segala Sesat ingin menyedot kesaktian Wisnu jika telah sempurna dan mereka berhasil mengalahkan seluruh musuhnya. Tetapi Dewi Ular tidak begitu, perempuan ini lebih berpikir sesuai kenyataan, lebih baik dapat sedikit daripada tidak sama sekali.

Saat Datuk Segala Sesat berhasil berdiri, diapun menyadari jika sosok Wisnu telah berjalan kaki seperti mereka, tidak lagi melayang sejengkal diatas tanah seperti hantu. Yakinlah dia bahwa Maharaja Wisnu kesaktiannya berkurang. "Dewi Ular jahanam! Ini semua karena ulahmu! Lonte anjing!" maki lelaki itu.

"Yang mulia, saya juga tidak melihat keberadaan Kelana" ujar Triani, ibu sambung Kelana yang diam-diam mencintai anak tirinya itu, bahkan telah sempat mereka bersetubuh dibawah ancaman Iblis Wisnu.

"Kenapa? Kau kangen ingin segera dikent*t?" Tanya Wisnu jorok.

Wajah Triani memerah malu, dia membenarkan ucapan Wisnu.

"Anak itu juga telah pergi" ucap Wisnu pendek.

"Apa? Kenapa bisa Yang Mulia?" Tanya Triani dan Parwati bersamaan.

"Dia kabur, dia berhasil membebaskan diri dari Kalung Penjerat Roh"

Datuk Segala Sesat pun termenung, "benar-benar Wisnu berkurang kesaktiannya" geramnya di dalam hati sambil memaki-maki Dewi Ular yang diduganya sebagai penyebab hal itu.

Triani dan Parwati merunduk sedih.

"Jangan bersedih begitu dua perempuan binal! Kalian masih bisa memuaskan nafsu kapanpun. Bukankah ada Datuk Segala Sesat yang bisa menjadi pemuas nafsu kalian?"

Datuk Segala Sesat terkejut mendengarnya, jujur perasaannya mulai tak enak karena memikirkan kelicikan Dewi Ular.

"Datuk Segala Sesat! Beri tontonan kami semua. Lekas kau telanjang, dan setubuhi Triani dan Parwati di depan kami semua!" Perintah Wisnu.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Where stories live. Discover now