Lembar Ke 29 - Racun Bunga Surgawi

184 25 14
                                    

Tokoh-tokoh:
Satra Dirgantara
Rangga / Raja Merak
Iblis Bunga
Iblis Kabut
Iblis Batu
Maut Hijau
Maut Biru
Maut Hitam
Barda
Ardana
***

Rangga, pemuda bermantel bulu merak berlari cepat menyusuri pepohonan di hutan, tujuannya cuma satu, Padepokan Timur Raya. Gerakan pemuda itu cepat sekali dan enteng laksana seekor burung terbang. Sedikit lagi dia akan mencapai Padepokan Timur Raya yang terbakar, Rangga hentikan lari. Kedua liang telinganya mendengar suara grasak-grusuk dari balik semak belukar.

Rangga melompat ke atas pohon berdaun lebat di dekatnya, laksana seekor burung dia hinggap di dahan. Sepasang matanya langsung membeliak lebar tatkala di bawah sana, dibalik satu semak yang rimbun, tampak seorang manusia berpakaian aneh laksana susunan kelopak bunga tengah menggerayangi dua tubuh lelaki yang tak berdaya.

Manusia itu tak lain adalah Iblis Bunga yang tengah menggerayangi tubuh dua korbannya, Barda dan Ardana. Tubuh kedua pemuda itu telah tergeletak bugil, agaknya kedua pemuda itu kena sirep, hingga tampak pasrah saja diraba-raba sama penjahat satu itu. Bahkan sesekali ada suara desahan yang keluar dari mulut Barda dan Ardana.

"Edan! Apa yang dilakukan makhluk berpakaian heboh itu?" Tanya Rangga sembari celingak-celinguk mencoba mencari celah untuk melihat lebih jelas. Rangga pindah ke cabang pohon yang lain, dari sana dia bisa melihatnya, seketika matanya melotot dan mulutnya menganga tak percaya, bagaimana tidak? Di bawah sana dia melihat Iblis Bunga tengah memegang dua pedang tumpul pendek yang tegak di pertengahan tubuh telanjang Barda dan Ardana. Tangan Iblis Bunga mengocok dua kelamin itu dengan cepat, bahkan pemandangan berikutnya kembali membuat Rangga terperangah. Dia menyaksikan Iblis Bunga mengulum dan menghisap kedua kelamin itu bergantian.

"Manusia edan!" Maki Rangga di dalam hati, ada kasihan yang terbit di hatinya, dia melihat kedua pemuda yang digerayangi kelaminnya oleh Iblis Bunga unjukkan wajah tidak suka. Ada tanaman menjalar yang menjerat leher, tangan, kaki dan perut hingga mereka tak bergerak.

Tatkala Iblis Bunga turunkan celana dan jongkok ingin menduduki kejantanan milik Barda, Rangga tak berdiam diri lagi, dia susupkan tangannya ke mantel Merak di punggungnya, ada sehelai bulu merak di tangannya. Sehelai bulu itu di lemparkannya ke bawah, suara berdesing menderu, bulu merak itu melesat laksana pisau.

Iblis Bunga yang siap ingin merebut keperjakaan Barda berseru kaget tatkala ekor matanya melihat ada benda kehijauan menyerangnya dari arah sebuah pohon besar.

Iblis Bunga batalkan niatnya, padahal kepala pelir Barda telah menyentuh duburnya, siap buat dibenamkan.

Iblis Bunga melompat menghindari serangan bulu merak, srekkk bulu merak itu laksana pisau sempat menyerempet pakaian heboh Iblis Bunga hingga robek dibagian perut. Bulu Merak itu menancap di satu batang pohon. Iblis Bunga menatap pohon yang ditancapi itu, kulit pohon di sekitar tancapan bulu berubah menjadi hijau, warna hijau merambat sangat cepat hingga akhirnya pohon itu menjadi lumer dan ambruk. Jelas sudah serangan Bulu Merak tadi telah dialiri tenaga dalam dan ilmu kesaktian.

Iblis Bunga marah sekali, dia paling tidak suka ada orang yang mengganggu kegiatan birahinya, apalagi serangan itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

"Siapa yang menyerangku? Lekas unjukkan diri! Jangan jadi banci yang bersembunyi!" Murkanya.

Dari satu pohon terdengar suara menimpali.
"Banci teriak banci! Hahahaha bagaimana? Enak tidak menjilat pisangnya, apa tak takut dikencingi?"

Iblis Bunga memaki berulang kali, dia merogoh ke balik baju, tatkala tangannya keluar ada sekuntum bunga teratai berwarna merah pekat.
"Rasakan Teratai Darah ku!"

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Место, где живут истории. Откройте их для себя