Lembar ke 58 - Khianat

208 22 20
                                    

Pradipto dan Wisnu Dhanapala melayang turun perlahan-lahan dari udara setelah menghajar Gilang Kusuma habis-habisan. Begitu turun mereka langsung menyaksikan satu tragedi mencengangkan. Kematian Mayang Bestari yang dipicu dari hubungan terlarang Gilang Kusuma dan Dewa Iblis.

"Sulit dipercaya" Ucap Wisnu Dhanapala yang berdiri di sebelah Pradipto, di dekatnya ada pula Rangga Pranata dan juga Satra Dirgantara, tak ketinggalan Pangeran Kumbaraka.

"Mungkin ini karma untuk Mayang, dia menghina kalian dengan alasan cinta terlarang, tetapi akhirnya justru sang suami yang melakukan sendiri apa yang selama ini dihinakannya kepada kalian" menanggapi Pangeran Kumbaraka.

"Tapi kematian Mayang benar-benar mengerikan. Aku sampai mengilu melihatnya" Rangga si Raja Merak merinding. Masih terngiang di telinganya suara tangan Mayang yang dicopot paksa dari tubuhnya oleh Dewa Iblis tadi.

"Kuatkan hatimu Rangga. Kita sendiri masih belum tahu nasib apa yang akan menimpa kita. Dewa Iblis teramat kuat" sahut Satra Dirgantara.

"Kau ini? Kau berharap kita semua mati ditangan Dewa Iblis?" Geram Rangga.

"Sudah hentikan keributan kalian! Berantem terus! Kita harus tetap berhati-hati" celetuk Pradipto pula.

Sementara Timur Agung yang berada beberapa langkah di depan gerombolan para pendekar berteriak murka kepada Dewa Iblis.

"Dewa Iblis keparat! Kau harus menebus nyawa cucuku! Mampuslah!" Murka Timur Agung, dia cepat keluarkan tombak ghaib sakti senjata andalannya.

Di tangan kanan kakek itu muncul satu sinar merah memanjang. Begitu sinar itu pupus, tampaklah satu buah tombak trisula di tangannya. Timur Agung kerahkan ilmu Raja Timur Mencari Roh lalu digabungkan dengan jurus Seribu Siluman Mengamuk.

Tombak melesat lalu membelah diri berubah menjadi teramat sangat banyak hingga sulit buat dihitung.

"Huh, ilmu Seribu Siluman Mengamuk! Siapa takut?" Remeh Dewa Iblis. Manusia teramat sangat jahat dan kejam ini segera tudingkan telunjuknya menunjuk ke depan.

Satu sinar hitam membersit keluar. Sejarak lima langkah darinya sinar hitam itu berputar menggumpal-gumpal kemudian menjelma menjadi sebentuk rongga mulut  raksasa. Mulut itu membuka, di dalamnya tampak satu ruang gaib hampa berwarna hitam kelam gelap gulita yang teramat luas.

"Hadapilah jurus Mulut Iblis Menelan Alam milikku ini!"

Mulut ghaib itu membuka lebar-lebar, lalu keluarkan suara seperti menghisap.

Tombak-tombak milik Dewa Iblis tersedot masuk ke dalam, tertelan dan terperosok ke dalam ruang ghaib kehampaan.

Timur Agung terpekur tak tau harus berbuat apa. Semudah itu jurus andalannya itu dipatahkan. Seluruh tombaknya terhisap habis.

"Hah!" Semua orang berseru kaget tatkala daya sedot mulut itu terus menghisap dahsyat.

Semua orang langsung kelimpungan berusaha kabur namun daya hisap semakin dahsyat.

"Celaka! Kita terhisap, bisa-bisa kita mampus tertelan mulut aneh itu" seru Pangeran Wilantara.

"Astaga! Timur Agung!" Seru Empu Barata tatkala melihat Timur Agung yang memang paling depan telah terseret daya sedot mulut aneh itu sedemikian cepat.

Embun Salju segera bertindak, dia lepaskan pukulan sakti Salju Pusaka Dewa untuk menyelamatkan mereka semua. Dari kedua lengannya menyambar dahsyat gelombang kabut berwarna putih begitu tebalnya. Hawa dingin menyebar cepat.

Pradipto tak tinggal diam pula. Dia tudingkan Pedang Naga Biru. Dari ujung senjata sakti yang juga memilki kekuatan berhawa dingin itu melesat keluar teramat cepat satu sinar biru sedingin gunung salju.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Where stories live. Discover now