Lembar ke 86 - Masihkah Berjodoh?

235 28 6
                                    

Mules yang bersemayam di perut Ashkar sirna. Kini di wisma itu Ashkar pun kebingungan karena tak tahu harus berbuat apa. Dia ingin menyusul Garik tapi dia tak tahu desa apa yang dikunjungi sang suami. Akhirnya dia menerima ajakan Prana buat jalan-jalan kembali ke pasar di kota raja.

"Pak Tua, aku beli jagung rebusmu itu dua" ucap Ashkar yang berdiri disebuah lapak dagangan aneka jajanan rebusan, ada pisang godok, singkong, keladi dan juga jagung.

Ashkar serahkan setongkol jagung kepada Prana, muridnya itu langsung saja melahapnya.

"Berapa pak?" Tanya Ashkar seraya keluarkan kantung uangnya.

"Oh tidak usah den, sudah dibayar" jawab Pak Tua itu.

"Hah dibayar? Siapa?" Tanya Ashkar penasaran.

Pak tua kebingungan sembari memutar kepala mencari-cari orang yang tadi membayarkan jajan lelaki ini.

"Itu den!" Pak tua menunjuk kepada punggung seorang lelaki yang sedang berjalan menjauh. Lelaki itu memakai pakaian berwarna hijau muda dan memakai caping bambu buat menutupi kepala.

Ashkar tanpa tunggu lebih lama segera berlari mengejar lelaki itu yang ternyata sadar tengah dikejar, lelaki itupun melangkah cepat-cepat. Adalah aneh memang, Ashkar yang berlari tak kunjung dapat mengejar lelaki yang seperti jalan cepat itu, Prana sendiri sudah tertinggal puluhan langkah dibelakang.

"Edan! Jelas-jelas dia berjalan, kenapa aku tak dapat menyusulnya?" Jengkel Ashkar. Otaknya yakin lelaki itu bukan orang sembarangan, pasti memiliki ilmu buat menjaga jarak.

Ashkar kerahkan jurus meringankan tubuhnya yang bernama Selaksa Angin. Sekali genjotkan kaki dia telah melompat melambung tinggi, di udara dia melesat kedepan seraya berjungkir balik dua kali, begitu tubuhnya menukik kebawah dan mendarat dia telah berdiri di hadapan lelaki berpakaian hijau muda.

Lelaki berpakaian hijau muda itu semakin turunkan capingnya buat menutupi wajah.
"Kau masih hebat Wisnu, kau mampu membaca kelemahan jurus Bumi Menjaga Langkah milikku" batin orang itu.

"Hei kau siapa? Kita tidak saling kenal. Kenapa kau membayar jagung rebusku?" Tegur Ashkar.

"Ah tidak apa-apa, tadi uangku terlalu besar, tidak ada kembalian jadi sekalian saja aku membayarkan jajanmu. Anggap itu sebagai salam perkenalan kita" jawab lelaki itu.

"Salam perkenalan pakai uang? Aku tak suka itu, ini aku kembalikan uangmu" Ashkar lemparkan dua kepingan uang logam dari perunggu.

Bukan lemparan sembarangan, namun disertai tenaga dalam cukup tinggi, jika mengenai kulit lelaki itu niscaya tubuhnya tak beda seolah tersambar mata pedang.

Ashkar melakukan itu karena yakin pemuda ini membekal maksud lain, sekaligus buat mengukur kehebatan kanuragannya.

Lelaki baju hijau tadi kendati kaget namun cepat bertindak, dia cabut capingnya lalu caping itu digunakan layaknya mangkuk buat menangkap dua logam perunggu itu. Dua uang itu kini diam di dalam cekungan capingnya.

Ashkar terbelalak tak percaya, seharusnya kepingan koin logam itu mampu menembus caping butut itu. Tapi nyatanya? Ashkar gosok-gosok matanya tak percaya.

Namun ketika dia melihat sosok lelaki berbaju hijau muda itu dia pun melengak kaget.
"Hah! Kau?" Tunjuknya.

"Iya memang aku, orang yang kau sebut si jelek bercodet kemarin hari" jawab si baju hijau yang tak lain ternyata adalah Pradipto yang menyamar menjadi rakyat jelata.

"Mau apa kau?" Tanya Ashkar garang, bertepatan dengan itu Prana pun tiba disana dengan nafas terengah-engah, dia melangkah dan berdiri di sebelah sang guru.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Where stories live. Discover now