Lembar ke 50 - Budak Birahi

356 31 6
                                    

Istana Negeri Nusa Mutiara

Dewa Iblis masih duduk di atas singgasananya dengan penuh keagungan, di bantalan lengan singgasana duduk pula dengan posisi menantang seorang Dewi Ular, paha putihnya terbuka lebar karena kain penutupnya tersibak, kali ini kedua orang itu memakai pakaian dengan warna seirama, yakni hijau. Dewa Iblis juga tidak mengenakan topeng hingga wajahnya yang tampan namun bermimik keras dapat di lihat oleh siapapun.

Di hadapan mereka, beberapa langkah dari singgasana tampak enam orang bertekuk lutut, tiga lelaki dan tiga perempuan. Mereka adalah Prabu Gumintang, Pangeran Wilantara, Ratu Banjaratih, Putri Gandari, lalu Gilang Kusuma dan Mayang Bestari. Keenam orang itu berlutut tak berdaya karena di sepasang kaki mereka terpasang gelang kaki yang terbuat dari akar-akaran aneh yang berwarna hitam.

Bukan sembarang gelang, namanya gelang Jerat Berhala, jerat itu akan membuat orang yang memakainya tak dapat berkutik apalagi kabur, karena jika itu dilakukan maka jerat itu akan berubah setajam pedang, bisa memutus sepasang kaki pemakainya.

Dari keenam tawanan mereka yang paling memalukan ialah Gilang dan Pangeran Wilantara, kedua pria muda dan gagah itu berlutut dengan tanpa mengenakan secuil kain pun alias telanjang bulat.

Dewa Iblis, Dewi Ular dan orang-orangnya memandangi para tawanan mereka dengan hina.

"Sayang, sebaiknya kita apakan manusia-manusia hina ini?" Tanya Dewi Ular yang kepalanya bersender manja di bahu Dewa Iblis.

"Menurutmu enaknya diapakan?" Balik bertanya Dewa Iblis.

"Aku butuh hiburan" ucap Dewi Ular dengan suara berat karena diiringi dengan desahan.

Dewa Iblis tertawa, "Kau ingin meniduri dua lelaki muda itu?" Tanya Dewa Iblis sambil menunjuk ke arah Gilang dan Wilantara yang duduknya berdampingan.

"Yang satu itu aku tak sudi tidur dengannya, bekas lubang tahi Iblis Bunga" tunjuk Dewi Ular pada Pangeran Wilantara, sementara matanya melirik pada Iblis Bunga.

Pangeran Wilantara tertunduk malu, benar-benar harga dirinya telah tercoreng, memang sebagai seorang Pangeran dia memiliki belasan perempuan untuk memuaskannya. Namun bisa-bisanya dia malah melakukannya dengan seorang pria. Wilantara melirik pada Iblis Bunga dengan sorot dendam dan benci.

"Dewi Ular harap jangan menghinaku terus-menerus" celetuk Iblis Bunga.

"Habisnya kau banci tak tahu diri, harusnya kau ingat kalau pria-pria tampan itu bagianku. Kau kan bisa melakukannya dengan yang satu itu" Dewi Ular kali ini menunjuk pada Prabu Gumintang.

"Huh siapa sudi melakukannya dengan pria tua, perutnya sudah membuncit, terong antiknya juga sudah peot dan pastinya bulunya sudah ubanan" kilah Iblis Bunga, karuan saja semua orang tertawa mendengarnya.

Prabu Gumintang wajahnya memerah menahan malu dan marah, baru kali ini dirinya dilecehkan, sebagai seorang raja agung, tak pernah ada sebelumnya yang berani berkata lancang apalagi menghina tubuhnya seperti itu.

Dia ingin menghabisi Iblis Bunga detik itu juga, namun baru saja ingin bergerak terasa jepitan sakit teramat sangat mencucuk kedua kakinya. Tatkala dia melirik sepasang kakinya yang dilingkari gelang Jerat Berhala tengkuknya langsung merinding. Ada luka melingkar disana yang kucurkan darah.

"Sudahlah, tak usah melawan! Apa kau mau jadi raja buntung?" Ledek Dewa Iblis yang melihat Prabu Gumintang ingin berontak.

Prabu Gumintang akhirnya menurut, dia redam benci dan dendamnya. Mulutnya berulang kali memanjatkan doa memohon pertolongan dari Dewata.

"Paduka dewa, kenapa tidak kita taklukan saja mereka semua dengan ilmu Tenung Iblis?" Tanya Maut Biru.

"Jangan Biru! Aku ingin mereka dalam keadaan sadar saat menerima siksaan dariku, apa enaknya menyiksa orang kalau dia dibuat jadi kacung penurut, tidak ada perlawanan sama sekali" jawab Dewa Iblis.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Where stories live. Discover now