Lembar 97 - Korban Berikutnya

146 19 6
                                    


Tabib Dewa jelmaan Datuk Segala Sesat tiba di negeri Talawi, semua berkat perintah dan undangan dari Pradipto. Pradipto masih belum menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan terbesar yang akan memicu kehancuran di masa yang akan datang. Kini Tabib Dewa jelmaan Datuk Segala Sesat telah berada di dalam kamar pribadi yang megah dimana Seto Kaladanu alias Bayi Setan yang masih berusia beberapa bulan itu berada. Bersama Datuk Segala Sesat turut serta pula Dewi Ular yang menyamar menjadi Nyai Untari, istri dari Datuk Segala Sesat.

Pradipto, Gandari, Penasehat Negeri Empu Mulajadi, lalu ada Prabu Panduka beserta Ratu Permani memperhatikan gerak-gerik Tabib Dewa yang tengah memeriksa luka hangus Bakaran di wajah Bayi Setan.

Pradipto menanti dengan penuh rasa cemas, hal itu terlihat dari sikapnya yang menggesekkan kedua telapak tangannya satu sama lain.

"Ampun Gusti Prabu, luka di wajah ananda pangeran agung sungguh berat hamba rasa...." Ucapan Tabib Dewa langsung dipotong oleh Pradipto.

"Kau tidak mampu mengobatinya?" Tanya Pradipto gusar sekaligus sedih. Lelaki yang dulunya berjuluk Pangeran Bangkai ini memandang Seto Kaladanu dengan tatapan iba penuh kasih sayang.

"Sebenarnya hamba mampu, tetapi kita membutuhkan bahan obat yang teramat langka dan mungkin sulit buat didapat" jawab Tabib Dewa.

Pradipto terdiam sebentar, dia memandang kepada keluarga juga penasihat negeri. Ketika dilihatnya semua orang mengangguk, maka Pradipto ajukan pertanyaan susulan.

"Bahan obat langka apa itu Tabib? saya akan mengusahakan buat mencarinya meskipun sampai keujung dunia. Saya ingin anak saya tumbuh menjadi anak yang sehat dan bahagia"

Tabib Dewa hembuskan nafas keraguan, wajahnya menunduk memandang lantai kamar dengan sendu.
"Hamba sendiri tidak tahu dimana obat itu berada, karena obat ini tidak berupa tetumbuhan maupun hewan, butuh pengorbanan besar untuk mendapatkannya"

Pradipto yang tak mengerti dan penasaran kembali cecarkan pertanyaan.
"Jangan berbelit-belit Tabib, katakan bahan obat itu agar saya bisa langsung memerintahkan orang-orang saya untuk mencarinya"

Tabib Dewa saling berpandangan dengan Nyai Untari, jelmaan Dewi Ular.

"Obat itu ialah jantung manusia yang memiliki sepasang mata langka berwarna hijau" ucap Tabib Dewa akhirnya.

Semua orang terkejut, kecuali Gandari, karena dia sudah tahu hal itu dari Datuk Segala Sesat.

"Apa?!" Kejut semua orang bersamaan.

Pradipto goyah, kedua lututnya gemetar tatkala mendengar bahan obat itu, jantung manusia bermata hijau.

"Dengan darah yang diperas dari jantung langka itu maka luka di wajah ananda pangeran Seto Kaladanu akan hilang dan sembuh"

"Wisnu..." Sebut Pradipto dengan suara halus, hatinya tiba-tiba bergetar tatkala teringat kepada pemuda itu.

"Kau yakin Tabib?" Tanya Empu Mulajadi, sang penasihat raja.

"Yakin sekali gusti penasihat" jawab Tabib Dewa.

Gandari yang melihat satu kesempatan untuk menghasut Pradipto segera keluarkan ucapan beracun.
"Satu-satunya manusia bermata hijau yang kita ketahui adalah Wisnu, kanda. Cepat perintahkan seluruh prajurit buat menangkap lelaki jahat itu. Demi kesembuhan anak kita..."

"Tidak!" Bantah Pradipto, tanpa ragu Pradipto menolak, sungguh dihatinya masih bersemayam cinta yang besar buat Wisnu.

"Kanda! Jadi kanda lebih memilih lelaki lacur itu dibanding kesembuhan bahkan nyawa anakmu sendiri, ohhh tega sekali kau kanda, aduh Seto anakku, lihatlah ayahmu itu yang tidak pernah peduli akan kesembuhan mu, ayahmu lebih suka menyelamatkan kekasih terkutuknya itu" Gandari dengan kucurkan air mata buaya segera menghamburkan diri ke atas ranjang dimana Seto Kaladanu dibaringkan. Saat itu Seto pun turut menangis kencang.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin