Lembar 100 - Serbuan Talawi (2)

131 18 5
                                    

Typo bertebaran, harap dimaklumi ya, soalnya sekali ketik tanpa sempat edit-edit. Terima kasih 🙏
***

Tenggg! Gaung lonceng dari jurus Genta Agung Menegur Langit yang dikerahkan Datuk Segala Sesat berdampak dahsyat, jurus Menyatu Indera Dengan Alam yang dikerahkan Ashkar dari jarak jauh jadi musnah, sambung rasanya dengan alam menjadi terputus, bahkan dari mulut Ashkar menyembur darah segar, tubuhnya yang semula amblas ke tanah sebatas lutut langsung terpental ke atas laksana pohon tercabut dari akar. Beruntung, Garik cepat menolongnya, hingga Ashkar jatuh ke pelukan lelaki itu.

"Bunyi lonceng apa itu?" Kaget Ashkar dengan dada berdebar dan mendenyut sakit. Selama hilang ingatan, Ashkar memang tak pernah bertemu lagi dengan dua musuh besarnya, Datuk Segala Sesat dan Dewi Ular, tak heran jika dia lupa akan sepak terjang para durjana itu.

"Kau tidak apa-apa Ashkar?" Tanya Garik sambil mengusap lelehan darah di bibir Ashkar.

Ashkar mengangguk lesu.
"Maafkan aku Gar, jurusku berhasil dipatahkan sebelum aku berhasil memusnahkan seluruh pasukan"
Ingin rasanya Ashkar mengerahkan jurus andalannya itu lagi namun terlalu berbahaya, jika terus menerus digunakan maka tenaga dalamnya akan terkuras habis dan bisa mengancam nyawa.

Garik dudukkan Wisnu, meminta kekasihnya itu memulihkan diri terlebih dahulu. Kepala Desa Bayangan Hijau itu kemudian keluarkan senjata ghaibnya, yakni sebuah busur panah. Dengan cepat dia menarik tali busur, tampak sebuah anak panah dari cahaya biru dibidikkan.

"Sreett" anak panah itu di lepas ke atas langit. Langit mendadak berubah mendung, awan-awan menggumpal dengan luasnya menutup Desa Bayangan Hijau. Garik telah keluarkan salah satu jurus terhebatnya, yaitu Hujan Panah Membidik Siluman.

"Semuanya, lekas baca mantra pelindung!" Perintahnya terhadap orang-orang desa yang siap berperang. Mantra pelindung yang dimaksud ialah sebuah mantra yang jika diucapkan maka akan membuat mereka tidak menjadi sasaran jurus Hujan Panah Membidik Siluman. Terdengar suara nyanyian mantra yang membakar semangat saling menyahut, kini setiap penduduk yang tinggal tubuhnya terlihat diselimuti sinar biru tipis, termasuk tubuh Garik dan Ashkar.

"Jedarr!" Di awali dengan suara petir yang dahsyat, dari awan mendung yang bergulung-gulung itu jatuh menetes hujan panah berwarna biru yang begitu banyak dan dahsyat hingga membuat siang semakin terang akibat sinar biru itu.

Dari jarak yang tak seberapa jauh lagi dari Desa Bayangan Hijau, rombongan prajurit penyerbu di empat jurusan berseru kaget tatkala dari langit meluncur dahsyat panah-panah bersinar biru mengarah kepada mereka.

"Semuanya, lindungi diri dengan perisai!" Perintah tiap-tiap masing pemimpin.

Para prajurit angkat perisai mereka guna menutupi kepala, namun mereka salah kaprah. Panah Pembisik Bintang milik Garik bukanlah panah biasa, bisa dikatakan panah miliknya adalah panah paling sakti dimuka bumi. Apalagi yang dilancarkan dengan jurus paling mematikan milik Garik. 

Brakkk, bless, clapp, anak-anak panah itu berhasil menembus perisai dan menancap di tubuh para prajurit, paling banyak menancap di kepala. Jerit dan teriakan kematian terdengar memilukan, dalam waktu singkat ratusan bahkan ribuan pasukan telah gugur tanpa sempat turun bertempur melawan musuh.

"Sial!" Geram Pradipto yang menyaksikan keadaan itu dengan murka.

Sekonyong-konyong satu sosok mungil terbang melayang mendekatinya.
"Ayah tidak perlu menyesal! Ayah tidak perlu takut, biarkan anakmu ini mengatasi hujan panah itu!" Bayi Iblis ternyata.

Selesai berucap bayi berwujud setan ini memandang lekat kelangit, mulut keluarkan suara aneka binatang, mulai auman harimau, ringkikan kuda, desis ular dan terakhir suara elang. Sepasang mata Bayi Iblis dikedipkan, ketika mata itu terbuka dua buah sinar merah pun menyambar mengarah ke langit.
"Sepasang Sinar Neraka" itulah serangan yang digunakan Bayi Setan.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang