Lembar ke 56 - Mata Ketiga

223 28 14
                                    

Di satu kamar diatas ranjang yang indah, dua tubuh pria telanjang telah terkapar lemah tumpang tindih.

"Luar biasa sayang, tadi itu nikmat sekali" ucap Dewa Iblis dengan suara berat, sesekali dia merintih karena meresapi sisa-sisa kenikmatan birahinya yang baru saja meledak mencapai puncak. Dia ciumi kuduk Gilang sehingga yang dicium merasa merinding.

Sesekali Dewa Iblis masih meliukkan pinggulnya menekan-nekan diatas pantat Gilang. Kejantanannya masih menancap di dalam.

"Sayang, kita sudahi dulu ya permainan kita, nanti kita lanjutkan lagi" Dewa Iblis mengecup pipi Gilang, lalu mengangkat bobot tubuhnya.

Plop, kejantanannya pun lepas dari jepitan lubang Gilang. Lubang itu telah melebar dan bonyok akibat dihantam terus-menerus dengan gigih, tampak becek karena cairan jantan Dewa Iblis yang meluber-luber.

Cairan Gilang sendiri telah diisap oleh Dewa Iblis untuk menambah kesaktiannya.

"Kanda Wirat, mau kemana?" Tanya Gilang kecapekan.

Dewa Iblis tersenyum sambil memakai celananya.
"Kenapa? Masih kepingin lagi? Tenang saja, ini tak akan lama. Kanda akan membasmi para pengacau diluar sana dulu!"

"Wisnu jangan dibunuh!" Pinta Gilang cepat tatkala tau bahwa Dewa Iblis akan menemui musuh-musuhnya.

"Tenang saja sayang, dia akan kanda rampas dan akan jadi hadiah dari kanda untukmu. Pasti menyenangkan kalau kita melakukannya bertiga" Dewa Iblis menyunggingkan senyum

Dewa Iblis telah berpakaian namun dia tak langsung bergegas, melainkan menghampiri Gilang yang masih telanjang, dia sempatkan meramas-ramas bongkahan pantat Gilang dan menciumi bibirnya.

"Tapi kanda belum tahu Wisnu mu itu seperti apa?" Tanya Dewa Iblis, setelah melepas ciumannya.

"Dia tampan, matanya hijau dan bersenjatakan payung" jawab Gilang pula.

"Degg!" Tiba-tiba jantung Dewa Iblis berdetak. 'Shona' bisiknya dalam hati. Entah mengapa mendengar ciri-ciri Wisnu tadi dia jadi teringat pada perempuan cinta pertamanya.

"Kanda, kau tidak apa-apa?" Tanya Gilang yang saat itu kebingungan karena melihat Dewa Iblis seolah termenung.

"Aku tidak apa-apa sayang, kau baik-baiklah disini, jangan lupa mandi. Aku ingin jika aku kembali tubuhmu telah bersih dan segar, biar lebih menggairahkanku untuk menggaulimu. Lubangmu itu benar-benar membuatku ketagihan" ucap Dewa Iblis cabul sambil belai-belai bokong Gilang.

Gilang mengangguk.

"Sebelum kanda pergi, kanda butuh penyemangat darimu" ucap Dewa Iblis sambil tersenyum manis. Sumpah, mungkin hanya Gilang satu-satunya orang yang pernah melihatnya tersenyum semanis itu.

"Apa penyemangat itu?" Tanya Gilang pula.

Dewa Iblis tersenyum cabul, dia menunjuk ke selangkangannya.
"Cium ini!"

Gilang tanpa ragu gerakkan badannya, kepalanya di dekatkan ke selangkangan Dewa Iblis, lalu menciumi pisang ambon keramat itu dari luar celana. Dewa Iblis rasakan sensasi geli yang menggelitik.

"Sudah cukup! Jangan lama-lama! Nanti dia bangun lagi" imbuh Dewa Iblis.

Sekali lagi dia mengecup bibir Gilang, sebelum akhirnya dia benar-benar pergi meninggalkan kamar dengan menembus dinding.

Gilang terdiam ditinggal seorang diri. Mau tak mau dia pun bangkit, membawa tubuh telanjang berjalan menuju ke tempat pemandian di dalam istana. Sepasang kakinya tak lagi memakai gelang Jerat Berhala, pertanda Dewa Iblis telah percaya penuh padanya.
***

Satra Dirgantara memberi komando terhadap para prajurit dan kawan-kawannya. Jumlah mereka masih cukup banyak, apalagi ditambah dengan adanya seratus prajurit iblis yang telah berhasil dibebaskan dari pengaruh jahat. Hal ini membuat golongan putih semakin percaya diri.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα