Lembar ke 15 - Cinta Yang Terhina

267 36 14
                                    

Tokoh-tokoh:
-Wisnu Dhanapala
-Gilang Kusuma
-Timur Agung
-Mayang Bestari
-Embun Salju
-Empu Barata
-4 Iblis Maut (Maut Hitam, Biru, Merah, dan Hijau)
-Candrika Dewi
-Kandito
-Pangeran Bangkai
-Pangeran Wilantara
***

Dari tempatnya di tepi jalan yang membelah hutan, Pangeran Bangkai terheran-heran melihat dua adik seperguruannya berlarian seolah ketakutan.

"Candrika! Kandito! Ada apa?" Tanyanya begitu kedua adiknya tiba.
Terlalu cepat kembali dari acara pernikahan Gilang dan Mayang.

"Gawat kakang, orang-orangnya Dewa Iblis mengacau, ilmu mereka benar-benar tinggi"jawab Kandito terengah-engah.

"Makanya kami cepat-cepat kabur, takut menjadi korban keganasan mereka" Candrika menjawab sembari mengipasi wajah dengan telapak tangan.

"Apa?" Seru Pangeran Bangkai kaget.

"Aku yakin seluruh penghuni padepokan Timur Raya akan dibantai" Kandito bicara lalu jeplokan dirinya duduk diatas tanah beralas daun-daun kering.

"Hmmm kalau begitu, ayo kita kesana!" Ucap Pangeran Bangkai.

Candrika dan Kandito langsung terbelalak.
"Kakang! Jangan cari penyakit!" Ucap Candrika kaget.

"Kalau benar penghuni Padepokan akan terbantai, ini kesempatan kita untuk mencuri pedang hijau milik pendekar bernama Gilang itu, aku yakin pedang itu punya hubungan akan kesembuhan kakang. Ayo cepat!" Tanpa menunggu jawaban kedua adik seperguruannya Pangeran Bangkai berkelebat, gerakan manusia dengan tubuh terbungkus layaknya mumi itu cepat sekali.

Candrika dan Kandito akhirnya mengikuti menyusul kakak seperguruannya itu.

Ketiganya kini tiba diluar pagar padepokan, dari luar sana mereka bisa mendengar keributan dan kekacauan yang tengah terjadi.

Pangeran Bangkai menunjuk sebuah pohon besar beranting rimbun dan berdaun lebat di sebelah kiri tak seberapa jauh dari mereka, maksudnya mereka akan mengintai dengan bersembunyi di atas pohon itu. Ketiganya bergerak, sekali sentakkan kaki ke tanah ketiganya telah melompat dan laksana burung hinggap diatas pohon itu. Dari rapatnya dedaunan tiga pasang mata menyaksikan apa yang terjadi di dalam padepokan, telinga menyimak dengan seksama ingin mendengar apa yang dibicarakan orang-orang di padepokan yang telah luluh lantak lapangannya.

"Manusia berpayung yang kita lihat beberapa waktu yang lalu ada disana" ucap Candrika dengan suara pelan.

Kandito mengangguk.
"Sepertinya akan terjadi pertarungan antara si payung dan anak buah Dewa Iblis”

Pangeran Bangkai tak bereaksi, hanya saja matanya menatap lekat pada pemuda berpakaian hijau yang berdiri disebelah Gilang. Karena jarak yang cukup jauh di luar pagar, bau tubuhnya tak begitu santar, apalagi karena dicekam kekacauan, orang-orang di padepokan jadi mengabaikan bau tubuhnya yang sedikit masih tercium terbawa angin.
***

Kembali di lapangan padepokan Timur Raya. Empat Iblis Maut berkacak pinggang sembari memelototi pemuda bermata hijau yang datang dengan payung.

"Siapa kau?" Tanya Iblis Maut Merah setelah melihat orang yang mereka pelototi tak unjukkan rasa gentar.

Wisnu Dhanapala acuhkan pertanyaan itu, malah dari mulutnya keluar ucapan yang tak berhubungan dengan pertanyaan Iblis Maut Merah.
"Kalian telah mengganggu muridku, maka kalian akan dapat kan satu pelajaran pahit dariku!"

"Setan alas! Kentut busuk, pemuda bau kencur sepertimu akan takluk di kaki Dewa Iblis" Iblis Maut Merah menyerbu terlebih dahulu, kedua tangannya berubah menjadi merah laksana bara menyala karena dia telah mengerahkan ilmu Bara Iblis Merah. Benda apapun yang menyentuh apalagi dihantam tangan itu pasti meleleh.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Where stories live. Discover now