Lembar ke 48 - Takluk

235 31 8
                                    

Gilang bertarung melawan Dewa Iblis, jurus Sepasang Sayap Api Suci miliknya telah membuat pundaknya ditumbuhi sayap api berwarna kuning kemerahan yang berkobar-kobar dan panasnya minta ampun.

"Bersiaplah untuk mampus Dewa Iblis" seru Gilang seraya tudingkan Pedang Naga Merah miliknya tepat ke dada Dewa Iblis.

"Dewa izinkan kami yang menghadapinya" terdengar satu teriakan disusul dengan berkelebatnya dua bayangan berwarna merah dan kelabu yang langsung menghadang Gilang.

Tatkala melihat dua sosok yang menghadang terkesiaplah Gilang. bagaimana tidak? Kedua orang itu tak lain adalah Timur Agung, kakek mertuanya sendiri lalu ada Empu Barata. Kedua manusia itu telah memiliki penampilan yang berubahz yakni sepasang kepala ditumbuhi sepasang tanduk, sedangkan kedua bola matanya berwarna hitam keseluruhan.

"Eyang Timur, Empu Barata" tegur Gilang.

"Keponakan keparat, menantu laknat! Lekas kau tunduk dan bersujud di kaki Dewa Iblis, sang junjungan tertinggi kami" bentak Timur Agung.

Gilang kembali tertegun. Namun tak dapat berlama-lama dia berdiam diri, karena di depannya Timur Agung telah membentak kembali.

"Cucu laknat! Apa kau tuli? Lekas berlutut!" Bentak Timur Agung.

Gilang tak menjawab, hanya sepasang matanya yang memandang tak berkedip pada Timur Agung.

"Baik! Berarti kau ingin diringkus secara kasar" Timur Agung angkat tangan kanannya, di tangan kanannya menyeruak keluar satu sinar merah panjang, sinar merah itu langsung berubah menjadi sebilah tombak bermata tiga.

"Cucu Dajjal! Terima jurus Seribu Siluman Mengamuk ini"

Astaga, ternyata sang kakek mertua benar-benar tidak bercanda, si kakek menyerang dengan ilmu terhebat miliknya.

Empu Barata telah pula keluarkan senjata saktinya pula, sepasang keris berwarna kelabu.
"Hadapi juga jurus Keris Petir Merobek Langit"

Lalu secara bersamaan dua kakek itu lepaskan jurus mereka.

Tombak trisula milik Timur Agung menderu dahsyat, separuh jalan tombak itu langsung mebelah diri dari yang awalnya satu menjadi belasan, lalu puluhan, ratusan hingga mencapai jumlah seribu.
Suasana menjadi mendung karena sinar matahari terhalang oleh banyaknya tombak yang melayang-layang di udara.

Empu Barata turut pula lempar kedua kerisnya, terasa seperti ada suara gelegar halilintar yang dahsyat. Lalu kedua keris itu cepat sekali tahu-tahu sudah tiga jengkal lagi akan menyambar wajah Gilang.

"Bret, trang" sepasang sayap api di punggung Gilang tiba-tiba meliuk ke depan, sepasang sayap itu laksana tameng menghalau sepasang keris petir yang siap menembus wajahnya, sepasang keris itu terlempar. Namun sialnya saat keris terlempar dari barang keris malah menyambar keluar sinar-sinar dengan wujud tak menentu laksana pijaran petir.

Bersamaan itu seribu tombak telah menghujam ke arahnya.

Seperti yang diketahui, kemampuan Gilang kali ini telah sangat hebat luar biasa, semua berkat Buah Pelangi Surgawi yang telah dimakannya. Mendapati serangan-serangan maut itu Gilang tak mau main-main lagi.

Tiba-tiba tubuhnya berputar, sepasang sayapnya pun berkibar-kibar. Dari putaran tubuhnya mendadak menyeruak badai tornado, namun tornado ini tidak berwujud angin, melainkan gulungan api yang membubung tinggi ke angkasa.

Seribu tombak senjata Timur Agung terseret dan masuk ke dalam gulungan api, terdnegar suara berdentangan bertubi-tubi, begitu pula sepasang keris milik Empu Barat yang ikut tersedot juga.

Dari dalam gulungan apinya, tiba-tiba Gilang tinjukan sepasang tangan ke arah Dewa Iblis. Maka gelombang api itu pun menerjang kepada Dewa Iblis, tak hanya itu, seribu tombak serta sepasang keris yang tadi tersedot pusaran api ikut pula melesat berubah arah memburu kepada Dewa Iblis. Kini senjata-senjata itu diselimuti api.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Место, где живут истории. Откройте их для себя