Lembar ke 60 - Tangan Yang Terkulai

372 27 23
                                    

"Habis sudah kesabaranku buatmu! Kali ini mampuslah!" Dewa Iblis berkelebat ingin menginjak wajah Wisnu hingga hancur, sosoknya melompat tinggi ke udara lalu melayang jatuh dengan seluruh bobot dan tenaga dalam dipusatkan ke kaki kanan, kaki itu dihujamkan ke wajah Wisnu, bisa dipastikan kalau kaki itu mendarat ke sasaran maka wajah Wisnu akan hancur, bahkan mungkin saja kepalanya pecah tak berbentuk lagi.

"Wisnu!" Teriak Pradipto dengan meraung, di tengah ketidak berdayaannya dia pun berguling-guling ingin menolong Wisnu, namun terlambat.

Dewa Iblis tertawa puas karena tendangannya akan tepat sasaran.

"Wisnu!" Teriak Pradipto lagi dengan begitu kalut dan cemasnya.

Nenek Lembah Air Mata sendiri berteriak keras, ingin rasanya dia hamburkan diri menyelamatkan Wisnu, tetapi tubuhnya lumpuh.

Prabu Gumintang dan Pangeran Wilantara ingin menolong melepaskan pukulan jarak jauh tetapi takut pukulan itu malah mengenai teman sendiri seperti yang sudah terjadi. Dua teman mereka telah jadi korban, yaitu Empu Barata yang tewas terkena lemparan keris Prabu Gumintang lalu Pangeran Kumbaraka yang tangannya buntung kena tebasan pedang.

Pangeran Kumbaraka sendiri cuma bisa pucat, ingin dia berlari menyelamatkan kakak iparnya itu namun jarak mereka terlalu jauh.

Sesaat lagi tendangan Dewa Iblis akan mendarat tiba-tiba payung hijau dipunggung Wisnu keluarkan sinar hijau terang, lalu slep wusss payung itu melesat keluar dari sarungnya langsung membuka tabir menghadang tendangan Dewa Iblis, dari tabir payung inti melesat keluar tujuh payung lainnya, ketujuh payung itu membentuk pagar perisai.

"Srekkk, bles duar!" Tendangan Dewa Iblis menghantam payung.

Dewa Iblis berseru kaget tatkala merasakan ada daya tolak yang hebat keluar dari dalam payung hingga membuatnya terpental ke belakang.

Payung-payung sakti milik Wisnu sendiri tercerai berai terbongkar dari formasi perisai pelindungnya, bahkan tiga diantara delapan payung itu hancur pula.

"Payungku" seru Wisnu tak rela, itu artinya enam payung saktinya telah hancur, tiga oleh Gilang Kusuma, lalu tiga lagi dihancurkan Dewa Iblis. Kini tersisa hanya lima buah payung.

Lima payung itu melayang berputar-putar di depan Wisnu, mengeluarkan angin yang cukup kuat.

Wisnu melengak kaget tatkala merasa sambaran angin dari payung memberikan kekuatan baru ke dalam tubuhnya. Rasa sakitnya memudar perlahan-lahan, kekuatannya pulih secara bertahap.

"Payung laknat!" Murka Dewa Iblis. Dia hantamkan tangan kanan, satu sinar hitam menderu keluar ingin menghancurkan kelima payung tersisa, mendadak kelima payung berputar di udara, dari pucuk payung melesat keluar lima sinar hijau.

Sinar hitam dan lima sinar hijau saling bentrokan. Terdengar suara ledakan dahsyat. Seluruh sinar yang beradu hancur dan musnah.

"Aneh, aku merasa tidak menggunakan jurus payung, aku juga tak menggerakkan payung itu dengan tenaga dalam. Tapi mengapa payung itu dapat bergerak menolongku?" Wisnu terheran-heran, dia pun mencoba bangkit berdiri meskipun tertatih-tatih. Wisnu enggan menggunakan payung itu karena takut seluruh payungnya akan hancur dan kenang-kenangan dari sang ibu itu musnah tak tersisa. Buktinya, dia telah kehilangan 6 buah payung andalannya.

Dewa Iblis sendiri terkesiap melihat serangan sinar saktinya dapat dimentahkan oleh kekuatan lima payung. Dia pun sama bingungnya dengan Wisnu.

Lima payung kembali berputar pelan, mendadak dua dari lima payung tersisa berubah menjadi gulungan cahaya, lalu cahaya itu masuk ke dalam payung inti yang berputar di sebelah tengah. Kini tersisa tiga buah payung disana. Ketiganya masih berputar-putar lembut menggantung diudara setinggi manusia.

CINTA DAN PEDANG ( DARAH CINTA TERLARANG) [TAMAT]Where stories live. Discover now