• { Extra Story } •

14.5K 1.1K 130
                                    

Selamat membacadanSemoga suka

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.

Cyrielle duduk di kursi goyangnya. Matanya menatap langit berwarna jingga cerah. Wanita itu mengusap perut besarnya. Buah hatinya sudah berusia delapan bulan. Hanya tinggal sebentar lagi anaknya akan lahir. Melewati masa hamil tanpa adanya seorang suami di sampingnya itu sungguh berat. Tak pernah sedetikpun dia tidak memikirkan pria yang paling di cintainya.


Meskipun suaminya tidak menemaninya. Ada papanya atau lebih tepatnya ayah mertuanya yang senantiasa berada di sisinya. Juga ada seseorang yang sudah dia anggap seperti ibu. Merawatnya dengan baik. Pola makannya di jaga dengan ketat. Cyrielle juga rutin mengikuti yoga. Karena yoga sangat bagus untuk ibu hamil.

"Ketika engkau mengembalikan suara ku. Maka kau mengambil sesuatu yang berharga bagiku sebagai bayarannya. Hebat sekali! Aku tahu kau sebenci itu pada ku tuhan! Tapi tidak seharusnya kau menukar suara ini dengan nyawa suamiku."

Air matanya menetes.

"Aku lebih baik bisu seumur hidupku dari pada aku harus kehilangannya."

"Kata pendeta engkau yang maha adil. Tapi apa ini adil buat ku? Ambil kembali suara ku! Aku ingin suami ku kembali! Aku tidak butuh suara ini!"

Cassius menyentuh bahunya. Pria itu mengecup puncak kepalanya. Kasihan sekali putrinya ini.

Cyrielle menyentuh tangan Cassius yang berada di bahunya. "Jangan tinggalkan aku papa. Kalau papa tidak ada. Aku takut sendirian." Cyrielle berkata dengan suara yang bergetar.

"Seorang ayah tidak akan pernah meninggalkan putri kecilnya sendirian. Aku akan terus bersama mu. Sampai cucuku resmi menjadi kepala keluarga. Tapi masih ada harapan. Kita harus terus berdoa."

"Aku tidak ingin punya suara ini. Lebih aku bisu papa! Kalau aku tahu bayaran dari suara ini adalah nyawa Lorcan. Aku tidak akan pernah menerimanya."

"Cyrielle, di dalam hidup itu kita pasti akan mendapatkan sesuatu dan kita juga akan kehilangan sesuatu. Belum pernah ada obat untuk orang bisu. Kecuali jika keajaiban terjadi. Jangan menyerah sayang."

"Benar! Jangan menyerah! Saya yakin kebahagiaan untuk anda sebentar lagi akan datang."

Hanya tinggal menghitung hari. Cyrielle akan melahirkan. Selama dua puluh empat jam. Riona setia bersamanya. Sampai malam tiba. Cyrielle merasakan mulas pada perutnya. Cassius dan Riona langsung membawanya ke rumah sakit. Ke-enam anggota NYX juga ada di sana— Mengawal mereka. NYX, Riona dan Cassius menunggu di luar sementara Cyrielle di bawa masuk kedalam.

Ketegangan menyelimuti mereka. Riona mengepalkan tangannya, berdoa pada tuhan.

Dorongan demi dorongan Cyrielle lakukan agar anaknya keluar. Wanita itu terus mendorongnya sekuat tenaga. Andai saja tangan yang dia genggam saat ini bukanlah tangan perawat melainkan tangan suaminya. Cyrielle mengatur napasnya. Sakit sekali, rasa sakit ini tujuh kali lipat lebih menyakitkan dari menstruasi.
Cyrielle mencengkram tangan perawat dengan kuat. Dia memberi dorongan sekuat tenaga.

Tangis bayi pecah di dalam ruangan. Cyrielle bernapas lega. Dia tersenyum melihat bayinya.

"Selamat nyonya! Dia laki-laki!"

Air matanya mengalir. "Lorcan! Keinginan mu terkabul! Anak pertama kita laki-laki!"

"Apa anda sudah menentukan namanya?"

Cyrielle mengangguk. "Lucian Zyndor Alphonse."

Cassius menggendong cucu pertamanya dengan perasaan gembira. Ini pertama kalinya dia menggendong seorang bayi. Di saat Lorcan lahir pun dia tidak melihatnya. Semuanya dia serahkan pada para pelayan.

Cassius jadi merasa bersalah pada anaknya. Seharusnya dia mengucapkan selamat.

Bayi yang di gendongnya ini sudah mengalami kesulitan padahal usianya belum genap satu bulan.

"Kamu sudah bekerja keras Cyrielle. Terimakasih atas hadiahnya."

————— { Destiny } —————

Cyrielle masuk ke dalam salah satu ruangan yang ada di rumah sakit. Wanita masuk sambil menggendong bayinya. Di belakangnya berdiri Cassius dan juga Riona.

Seorang pria terbaring lemah tidak sadarkan diri. Kepalanya di penuhi perban. Hidungnya menempel alat bantu pernapasan. Suara monitor detak jantung terdengar.

Sudah satu tahun berlalu. Suaminya masih belum bangun dari komanya. "Lihat Lorcan! Aku sama Lucian datang jenguk kamu! Lucian sangat ingin di gendong kamu Lorcan."
Cyrielle meletakan bayinya yang berusia tiga bulan di sebelah suaminya.

Lucian sangat mirip dengan Lorcan. Bibirnya, pipinya dan kedua mata mereka pun sama.

"Aku akan menunggu mu Lorcan. Berapa tahun lamanya pun aku akan tetap berada di samping mu. Kembalilah pada ku Lorcan! Kamu bilang kamu mencintai ku bukan? Maka kembalilah pada ku." Cyrielle mendekatkan wajahnya. Wanita itu mengecup kening suaminya.

"Aku mencintaimu Lorcan."

Cyrielle duduk menatap Lorcan yang terbaring. Lucian di bawa oleh Cassius dan Riona untuk pergi mencari makanan untuknya.

"Dari pada menunggu sampai kelahiran berikutnya. Bagaimana jika sekarang saja kamu kembali pada ku?"

Cyrielle tidak pernah bosan mengajak Lorcan berbicara. Karena Lorcan sangat menyukai suaranya.

Cassius masuk dengan tangisan Lucian yang memenuhi ruangan. Cyrielle langsung menghampiri Cassius. Mengambil alih putranya. Tangisan Lurcian semakin kuat.

"Nak!" Panggil Cassius.

Cyrielle menoleh ke arah papanya. Cassius nampak seperti terdiam. Cyrielle mengikuti arah pandangannya. Jari-jemari Lorcan mulai bergerak. Dia dan Cassius menghampiri Lorcan. Tangisan yang Lucian yang semakin kuat membuat jari-jari Lorcan semakin bergerak. Matanya berkaca-kaca. Begitu juga dengan Cassius. Mereka berdua tidak sabar menunggunya.

"Papa ..."

"Iya sayang!" Cassius menyentuh kedua pundaknya.

Dari hanya jemari-jemarinya. Mata Lorcan perlahan bergerak untuk terbuka.

Cyrielle menangis bahagia. Ketika mata Lorcan terbuka sepenuhnya. Tangisan anaknya sudah berhenti dan Lucian kembali tidur dengan tenang. Cyrielle mengecup keningnya. "Terima kasih sayang ..."

"Cyrielle? Ayah?" Suara Lorcan sangat lemah tapi mereka berdua bisa mendengarnya.

Lorcan melihat seorang bayi di dalam pelukan istrinya. "Lucian?"

Air mata Cyrielle terus mengalir. Dia sangat bahagia. Lorcan telah kembali padanya.

Riona yang masuk pun sampai berkaca-kaca. Lorcan sudah kembali. Pria itu sudah sadarkan dirinya. Cassius bergegas keluar mencari dokter untuk memeriksa keadaan Lorcan. Riona menghampiri Cyrielle memeluk kedua bahunya.

Dokter dan para perawat masuk ke dalam. Mereka memeriksa kondisi tubuh suaminya. Dokter menyatakan bahwa Lorcan sudah membaik. Cyrielle sangat senang.

"Sayang ..." Panggil Lorcan. Pria itu juga menangis. Tidak menyangka Tuhan memberikannya kesempatan.

Cyrielle menggenggam tangan Lorcan.

"Selamat datang kembali Lorcan."

————— { DESTINY } —————

Awalnya kan yang minta sad end kalian. Di turuti malah ketar-ketir 😂

DESTINY Место, где живут истории. Откройте их для себя