10 • Amory

11.5K 794 111
                                    

Selamat MembacadanSemoga suka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat Membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.

Cyrielle menatap seorang pria yang tidak dia kenali dengan takut. Tidak ada orang baik di sini. Pria itu duduk di sebelahnya. Tangannya merogoh sesuatu dari dalam sakunya. Sebuah sapu tangan dega motif bunga merah muda. Pria tersenyum sembari menyodorkannya. Cyrielle mengambil sapu tangan itu untuk mengusap air matanya.

"Katanya tuhan itu adil. Tapi kenapa masih banyak manusia yang merasakan ketidakadilan. Bukan karena tidak bersyukur. Tapi karena semuanya sudah di atur." Pria itu tersenyum manis kepadanya.

Cyrielle merasa aneh. Ia tidak pernah mendapatkan tatapan ramah seperti itu.

"Amory Xerxes!" Pria itu memperkenalkan dirinya.

Cyrielle menjabat tangan pria itu.

"Siapa nama mu?" Dia bertanya.

Cyrielle menatapnya takut. Gadis itu meletakan jari telunjuknya di bibir. Lalu menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri. "Aku tidak bisa bicara."

Pria itu langsung mengangguk paham. Dia mengerti maksudnya. "Kalau begitu, tulis nama mu di sini!" Pria itu menyerahkan penanya.

Cyrielle hanya menatapnya sambil menggeleng pelan. Bagaimana cara dia menuliskannya. Dia saja tidak tahu caranya.

"Aku mengerti! Pasti kamu habis di hina."

Cyrielle mengangguk kemudian menggeleng pelan. Memang benar dia habis di hina. Namun itu bukanlah penyebab dirinya menangis.

"Hei! Tenang saja! Selalu ada pelangi setelah badai." Wajahnya yang ceria. Sorot matanya yang di penuhi keramahan. Perkataannya jujur. Tidak ada rayuan ataupun kepalsuan.

Cyrielle tersenyum pahit. "Andai saja Lorcan seperti dirinya."

"Kira-kira aku harus memanggilmu apa ya?"

Amory tampak berpikir. Mendengar namanya. Cyrielle jadi teringat dengan nama lamanya- Amarenta. Kalau di lihat-lihat cukup cocok. Seperti kakak-beradik.

Amory memetikan jarinya. "Bagaimana dengan By? By berasal dari kata Bird atau Burung. Kamu itu seperti burung. Suatu hari nanti kamu pasti bisa mengepakkan sayap mu dengan bebas."

Hatinya tersentuh melihat kepedulian Amory.

Tiba-tiba suara yang menyeramkan terdengar. Keduanya terdiam. Cyrielle menutup wajahnya malu. Itu suara perutnya. Ia belum makan apapun.

Amory yang melihatnya tertawa terbahak-bahak. "Astaga! Tidak perlu malu! Tunggu disini, aku akan mengambil sesuatu untuk mu!"

Amory pergi cukup lama. Karena jarak aula pesta cukup jauh dari sini. Wajar saja pria itu pergi lama.

DESTINY Where stories live. Discover now