40-1 • One More Step

10.8K 929 60
                                    

Selamat membacadan Semoga suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.



Cassius masuk ke dalam gedung bersama pasukannya. Di luar gedung dia juga menaruh pasukan yang akan menembaki helikopter pembawa bantuan untuk Amory. Jumlah pasukan Amory semakin sedikit. Berani-beraninya anak manja itu ingin bermain-main pada Alphonse. Cassius sangat marah begitu melihat rekaman dimana Cyrielle di tampar olehnya. Perempuan yang dia sayangi sepenuh hati itu. Berani-beraninya mereka menyakitinya.

Pasukan Cassius mengepung tiga orang anak buah Amory. Mereka bertiga di tembaki sampai mati. Yang lainnya semakin menerobos masuk. Cassius sudah memerintahkan NYX untuk berpencar menjadi tiga bagian. Masing-masing tim di bagi menjadi dua orang. Mereka bertugas untuk menyelamatkan Cyrielle.

Cassius tidak memperdulikan Lorcan karena dia sangat mengetahui kemampuan putranya itu melebihi siapapun. Sejak di akademi putranya itu memang sudah unggul. Itu adalah pemberian genetik darinya. Tidak hanya ketampanan tapi kepintaran Lorcan juga berasal darinya.

"Astaga! Ayah! Padahal Targaryen selemah ini. Kenapa anda harus menunggu ku lahir untuk menghancurkan mereka?" Cassius menatap gedung yang sudah hancur karena terkena ledakan.

Cassius masuk lebih dalam. Dia melihat seorang pria yang nampak berlari ketakutan. Cassius ingat itu adalah pria yang menemui Cyrielle. Wajahnya terlihat jelas di kamera pengintai. Tidak salah lagi dia adalah Mace. Pria tergesa-gesa mencari jalan untuk keluar. Cassius mengepalkan tangannya. Pria itu bergegas mengejar pria itu.

Mace berlari ketakutan. Amory sudah tidak kelihatan. Banyak mayat yang tergeletak. Anak buah Amory sudah hampir tidak bisa melawan pasukan Cassius. Padahal pasukan Cassius tidak begitu banyak. Tapi kenapa Amory bisa kalah padahal pasukan Cassius itu tidak seberapa.

"Sial! Sial! Sial! Aku harus kemana? Jangan sampai aku mati! Aku tidak ingin mati!"

Mace terus berjalan kesana-kemari tanpa henti. Namun dia tidak pernah menemukan jalan keluar. Dia selalu melewati jalan yang sudah di lewati berulangkali.

Cekrek! —Bunyi pistol siap di tembak terdengar dari belakangnya. Tubuh Mace gemetaran. Pria itu mengangkat tangannya. Memutar tubuhnya perlahan. Bukan Lorcan ataupun NYX. Tapi dia berhadapan langsung dengan Cassius. Tuan besar Alphonse yang berhasil menjadi kepala keluarga dengan membunuh saudara-saudara dan juga ayahnya.

"Tu--tuan besar!"

"Mace? Jadi kau yang menjadi Mace. Aku harus memanggilmu apa? Mace atau Monez?" Monez— supir yang bekerja di kediamannya. Wajah Monez terlihat sedikit berbeda. Sepertinya dia memakai tambahan kulit palsu.

Monez bertekuk lutut. "Saya mohon ampun tuan besar!"

"Mohon ampun?! Pertama kau sudah membuat putri ku menangis. Yang kedua kau buat putri ku pergi dari rumah dan yang ketiga kau membuat putri ku tersiksa dan di kurung di gedung terkutuk ini!"

DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang