32 • Happiness

13.8K 1K 50
                                    

Selamat membacadanSemoga suka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.

Lorcan diam di kasur sembari memeluk tubuh istrinya. Pria itu hanya diam. Namun semakin lama pelukannya terasa semakin kuat. Cyrielle tahu, Lorcan sedang menahan emosinya yang sedang membludak. Kedengarannya seperti ... Entahlah. Ketika seseorang yang selama ini menghina mu tiba-tiba marah ketika ada orang lain yang ikut menghina mu.

Dia sama sekali tidak mengerti dengan perubahan Lorcan. Tapi dia juga tidak membencinya. Lagipula nasibnya yang sebenarnya di tentukan ketika Lorcan sudah mewarisi keluarga ini. Jadi sampai saat itu Ia tidak akan pernah membuka hatinya.

Lorcan ini pendrama handal.

Bersikap seperti pahlawan namun kenyataannya dialah yang menyakiti.

Cyrielle akan menikmati ketenangan di hidupnya ini. Meski harus melayani nafsu Lorcan itu semua tidak masalah. Karna itu tugasnya sebagai istri. Keputusannya akan membuka hati untuk Lorcan atau tidak nanti tergantung dari setelah Lorcan menjadi kepala keluarga.

Di saat itu semua menjadi jelas. Kebaikan perubahannya ini benar-benar asli atau palsu.

"Aku pasti akan membunuhnya ..."

"Aku pasti akan membunuhnya ..."

Kalimat itu sedah berkali-kali dia dengar. Lorcan selalu memainkan nyawa seseorang layaknya boneka.

"Jangan takut, aku ada di sini bersama mu. Aku akan selalu melindungi mu."

Cyrielle senang Lorcan marah untuknya. Tapi, sangat menyeramkan melihatnya dengan keadaan seperti ini.

Lorcan mengangkat kepalanya. Wajahnya itu perlahan mulai mendekat. Pria itu mencium bibirnya.
Perlahan-lahan matanya terasa berat hingga dia terbawa dalam mimpi.

Cyrielle terbangun dari tidurnya. Ia baru sadar pakaiannya sudah terlepas entah kemana. Lorcan melakukannya di saat dia sedang tertidur pulas. Terdengar suara pintu terbuka membuat dirinya kembali menutup mata.

Cyrielle mencium aroma darah yang sangat kuat. Dia membuka matanya sedikit untuk mengintip. Lorcan— berdiri dengan pakaian yang di penuhi dengan darah. Terdengar suara pancuran air dari dalam kamar mandi.

"Aku harus terbiasa. Aku tidak boleh takut!"

Tidak dia sangka. Pria yang selama ini menyakitinya. Kini menjadi pedang dan perisai yang kuat untuknya ketika ada orang yang berani menyakitinya.

Selama tiga puluh menit Lorcan mandi.

Gerakan di atas kasur menandakan bahwa dia sedang naik ke atas. Pria itu merebahkan dirinya lalu merengkuh tubuhnya untuk di peluk.

Lorcan mengecup puncak kepalanya. "Tidak boleh ada yang menyakiti mu di dunia ini termasuk aku."

Lorcan melumat bibirnya dengan rakus. Pria itu bangun dan menindih tubuhnya. Lidahnya menjilati lehernya— Membuat banyak tanda kepemilikan di sana. Lidah Lorcan semakin turun ke buah dadanya. Pria itu mengecupi kulit payudaranya kemudian memasukan putingnya itu ke dalam mulut.

DESTINY Where stories live. Discover now