Selamat Membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.Rembulan bersembunyi, Petir menggelar. Di sertai hujan deras dan angin kencang. Di sana, di dalam kegelapan seorang gadis terkurung di dalam sebuah lemari. Matanya terus mengeluarkan air matanya. Tubuhnya bergetar dengan tangan menutup kedua telinganya. Begitu suara petir terdengar. Tangisannya semakin pecah. Tidak ada yang bisa Ia lakukan. Hanya menangis sambil berdoa semoga badai cepat berlalu.
Suara aneh mengganggu telinganya. Begitu pintu terbuka. Sinar matahari menyilaukan matanya. Dengan perlahan Ia membuka matanya. Penglihatan yang kabur semakin terlihat jelas. Di sana- Berdiri seorang wanita. Dia, Riona.
"Nyonya!" Riona dengan wajah paniknya. Mengeluarkan tubuhnya dari dalam lemari.
"Nyonya! Saya sudah mencari nyonya kemanapun. Apa yang terjadi dengan nyonya? Apa ini perbuatan nona Faransessca?!"
Ekspresi wajah Riona terlihat sangat sedih. Wanita itu sangat mengkhawatirkannya. Ini pertama kalinya. Ada seseorang yang memperdulikannya.
"Nyonya! Katakan pada saya! Apa ini perbuatan nona Faransessca?!"
Cyrielle menggelengkan kepalanya. Ia berusaha mengangkat kepalanya. Menahan rasa pusing karna menangis semalaman.
"Kalau begitu, apa ini adalah perbuatan tuan muda?" suara Riona menjadi melemah.
Cyrielle tidak menggelengkan kepalanya atau mengangguk. Bagaimana Ia bisa melakukan salah satunya sedangkan yang bersalah adalah dirinya. Mungkin Faransessca tidak tahu jika ternyata Cassius juga ada di dalam.
"Nyonya sungguh tidak apa-apa?"
Cyrielle tersenyum mengangguk lemah. "Aku baik-baik saja."
Riona membantunya berdiri. Ia juga terkejut melihat apa yang di kenakan nyonya mudanya. Ini pasti ulah Faransessca. Anak nakal itu membuat gadis yang tidak berdosa di hadapannya ini menjadi kesusahan.
"Mari, saya bantu nyonya untuk bersiap."
Cyrielle di bantu oleh Riona membersihkan dirinya sekaligus merias dirinya. Tak bosannya, Ia memandangi wajahnya dari cermin. Sangat cantik. Gaun rumahan selutut. Rambut yang di gerai dan di hias oleh jepit rambut. Sangat bersih dan putih.
"Apa ini benar-benar wajah ku?"
Cyrielle menuju ruang makan. Untuk bergabung bersama yang lainnya. Saat dirinya datang. Tidak ada yang menoleh ke arahnya. Mereka semua makan dengan tenang. Seolah-olah tidak ada kehadirannya. Terkecuali Lorcan- Pria itu meliriknya tajam. Cyrielle duduk di tempatnya semula. Kursi sebelah Lorcan.
"Aku tidak boleh membuat kesalahan lagi."
Cyrielle meraih alat makannya. Ia menirukan gerakan Lorcan. Meski tangannya masih kaku. Ia pasti akan terbiasa. Untung saja kemarin Ia juga belajar bersama Riona.
YOU ARE READING
DESTINY
Romance𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝟏𝟖+ Bagai burung kecil yang tidak bisa berkicau. Hanya bisa pasrah kemana takdir akan membawanya. **** "𝙉𝙤 𝙢𝙖𝙩𝙩𝙚𝙧 𝙝𝙤𝙬 𝙢𝙖𝙣𝙮 𝙩𝙞𝙢𝙚𝙨 𝙄 𝙩𝙝𝙧𝙤𝙬 𝙮𝙤𝙪 𝙖𝙬𝙖𝙮. 𝙄𝙣 𝙩𝙝𝙚 𝙚𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪 𝙘𝙖𝙢𝙚 𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙩𝙤 𝙢...