29 • New Teacher

15.4K 1K 88
                                    

Selamat membacadanSemoga suka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.

Cyrielle merasakan sesuatu yang berat memeluk pinggangnya. Begitu membuka mata. Ada sebuah lengan kekar memeluk pinggangnya dengan erat. Hembusan napas menerpa kulit lehernya. Cyrielle tidak lupa dengan kejadian semalam. Dia tidak menyesal. Juga tidak merasa senang.

Lagipula dia itu istrinya. Dan itu salah satu kewajiban seorang istri.

Cyrielle menyingkirkan tangan Lorcan yang melingkar di pinggangnya. Gadis itu hendak beranjak. Namun lengan Lorcan kembali menariknya.

"Jangan pergi ..." Seraknya. Sembari menduselkan kepalanya.

Cyrielle tetap memaksa. Dia tidak ingin berlama-lama. Dia harus mandi dan harus segera turun untuk sarapan.

"Kenapa kamu tidak bisa bersantai sedikit saja? Lagipula mereka akan mengerti kenapa kita terlambat."

"Kamu harus minum obat cacing Lorcan."

Lorcan diam. Membiarkan Cyrielle yang turun menutupi tubuhnya dengan selimut.

Wajahnya istrinya kelihatan tidak senang. Padahal semalam dia sudah berhati-hati agar mereka bisa menikmatinya bersama-sama.

"Sudah siang, kamu harus keluar! Nanti kamu terlambat untuk bekerja."


"Kamu marah?" Tanyanya hati-hati. Dia takut dirinya menyakiti lagi.

Cyrielle tidak mengangguk juga tidak menggeleng. Gadis itu diam berniat menuju kamar mandi. Namun baru satu langkah. Tubuhnya terjatuh. Area kewanitaannya perih. Kedua kakinya juga terasa sangat lemas.

Lorcan yang panik langsung turun menggendong istrinya menuju kamar mandi.

Pada akhirnya mereka berdua mandi bersama di bathub. Lorcan tak henti-hentinya memeluk menghirup aroma tubuhnya. Saat ini Ia cukup gugup.

"Lorcan sangat aneh. Ada apa dengan dirinya?"

Pria itu sekarang mulai menggosok punggungnya. Dia seperti anak kecil yang sedang dimandikan.

"Balikan badan mu!"

Lorcan membalikan tubuh Cyrielle menghadap ke arahnya. Pria menahan gairahnya mati-matian. Dia harus menunggu sampai sakitnya itu mereda. Dia sudah berjanji pada dirinya tidak akan menyakiti Cyrielle sedikitpun.

Selepas mereka mandi. Lorcan mengoleskan obat pada luka istrinya.

Cyrielle hanya diam karena tubuhnya pun masih lemah. Tapi dia tetap waspada.

DESTINY Where stories live. Discover now