Selamat membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.Lorcan membuka pintunya dengan kasar. Pria itu duduk di kursi ruangannya. Dia sangat tidak senang. Marah dan perasaan tidak suka menyelimuti dirinya. Tidak biasanya dia seperti ini. Itu sebabnya dia lagi-lagi melampiaskan amarahnya pada Cyrielle.
"Sial! Sial! Sial!" Lorcan membalikan mejanya. Membuat berkas-berkas yang ada di meja jatuh berhamburan.
Alec yang terkejut dengan suara keras di ruang kerja Lorcan langsung bergegas masuk. Mata pria itu membesar. "Astaga! Tuan muda! Tidakkah anda tahu seberapa kerja kerasnya saya menyelesaikan berkas-berkas itu?!" Alec bisa melihat deru napas Lorcan yang menggebu-gebu. "Apa ini karena nyonya?"
Lorcan tidak menjawab. Pria itu masih dengan tatapan tajamnya.
Tebakan Alec benar. Sekalipun pria itu tidak mengaku. Dia yakin betul bahwa ini semua karena istrinya. "Tuan muda! Selagi belum terlambat sebaiknya anda mengakuinya! Kalau tidak anda akan menyesal!"
"Diam!"
Alec terkejut. Pipinya berdarah. Pisau yang menancap dengan kuat di tembok membuat dirinya menjadi takut. "Saya permisi tuan!" Alec masih menyayangi nyawanya.
Lorcan menyandarkan tubuhnya. Mengusap wajahnya frustasi. Pikirannya di penuhi perempuan bisu itu. Setiap kali melihatnya. Matanya seolah-olah terhipnotis.
Jatuh cinta? Pada jalang bisu itu?
Perempuan itu jauh dari kata cantik. Tubuhnya bahkan kurus. Tidak terbentuk dengan indah. Di tambah dia juga tidak menguntungkan untuk nya. Wanita itu hanya beban. Dia tidak berguna.
Dia tidak boleh menyukai perempuan bisu itu apalagi jatuh cinta padanya. Jika dia sampai jauh cinta dan memiliki anak dari perempuan itu. Maka anak itu juga akan bisu. Bagaimana jika tidak hanya bisu tetapi juga tuli dan buta.
Perempuan itu pasti telah menghipnotisnya. Mungkin saja Cassius jadi menyayanginya karena hipnotis.
Tidak bisa begini.
"Sial! Dia harus mati!"
Lorcan bangun dari duduknya kembali menuju kamar Istrinya. Dengan hati yang bergerak tak karuan. Tangannya yang sudah tidak sabar ingin menghancurkan wajah itu. Tidak seperti biasanya Ia bisa menerobos masuk sesuka hati. Kali ini. Gadis itu mengunci pintu kamarnya. Lorcan mundur beberapa langkah. Sebelum akhirnya pintu kamar Cyrielle di dobrak olehnya.
Cyrielle yang tertidur pulas sontak terbangun karena terkejut mendengar benturan keras.
Dia bisa melihat Lorcan masuk dengan wajah yang di penuhi emosi. Tubuhnya mendadak kaku.
"Lo--Lorcan?!"
Lorcan naik ke atas kasurnya. Kemudian mencekik lehernya.
"Kau! Dasar Jalang! Kau pasti memakai sihir kan?! Kau pasti menghipnotis si tua itu agar dia peduli pada mu. Dan sekarang kau mulai menggunakannya pada ku?!"
YOU ARE READING
DESTINY
Romance𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝟏𝟖+ Bagai burung kecil yang tidak bisa berkicau. Hanya bisa pasrah kemana takdir akan membawanya. **** "𝙉𝙤 𝙢𝙖𝙩𝙩𝙚𝙧 𝙝𝙤𝙬 𝙢𝙖𝙣𝙮 𝙩𝙞𝙢𝙚𝙨 𝙄 𝙩𝙝𝙧𝙤𝙬 𝙮𝙤𝙪 𝙖𝙬𝙖𝙮. 𝙄𝙣 𝙩𝙝𝙚 𝙚𝙣𝙙 𝙮𝙤𝙪 𝙘𝙖𝙢𝙚 𝙗𝙖𝙘𝙠 𝙩𝙤 𝙢...