15 • Care

12.1K 1K 102
                                    

Selamat MembacadanSemoga suka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat Membaca
dan
Semoga suka
.
.
.
.
.

Cyrielle duduk di kursi sembari mengompres dahi suaminya dengan handuk basah. Di luar sedang hujan deras. Akhir-akhir ini cuaca memang sangat buruk. Itu sebabnya liburan mereka melihat lautan tertunda. Cyrielle berusaha agar kulitnya tidak bersentuhan. Lorcan benci jika kulit mereka bersentuhan. Jika ketahuan Lorcan akan sangat marah. Cyrielle menguap dengan mata yang terasa sangat berat untuk terbuka. Namun jika dia tertidur. Demam Lorcan tidak akan menurun dengan cepat.

Tak kuasa menahannya lagi. Cyrielle tertidur di kursi dengan tangan yang masih menekan kain di atas kening Lorcan.

Lorcan, Pria itu membuka matanya. Istri bodoh yang tidak kenal takut itu masuk ke dalam dan mengompres dirinya. Sedari tadi dia tidak tidur. Bahkan jika dirinya tidak sakit begitu melihat istrinya menerobos masuk. Dia pasti sudah memarahinya.

"Bodoh!" Lorcan kembali menutup matanya.

Cyrielle menatap bubur yang di buatnya. Kemudian menatap kepala koki yang tersenyum padanya. Kepala koki mengajarkannya memasak bubur. Tentu saja itu atas usulan kepala koki itu sendiri. Kabar Lorcan sedang sakit sudah tersebar. Pagi-pagi buta ketika dia berjalan ke dapur sembari membawa bekas wadah dan kainnya. Kepala koki mengusulkan untuk membuatkan makanan untuk Lorcan yang sedang sakit.

"Nyonya muda. Jangan khawatir, masakan nyonya sangat lezat. Tuan muda pasti akan suka. Karna sedari kecil tuan muda yang sakit tidak pernah di rawat oleh siapapun."

Cyrielle terkejut mendengarnya. "Tidak pernah di rawat oleh siapapun? Lalu bagaimana dengan kedua orang tua Lorcan. Apa mereka tidak merawat Lorcan kecil yang sedang sakit. Setiap anak kecil pasti membutuhkan kedua orang tua mereka untuk tumbuh."

Cyrielle berjalan sembari membawa mangkuk buburnya. "Di rumah yang sebesar ini tanpa kekurangan uang. Tidak mungkin kedua orang tua Lorcan akan menelantarkannya. Kalau aku tidak aneh ibu ku sendiri membenci ku. Jangankan untuk membeli obat untuk ku. Untuk makan sehari-hari saja sudah sulit. Apalagi aku yang bisu ini tidak berguna sedikitpun."

Kalau dia bertanya pada Cassius mengenai kedua orang tua Lorcan. Apa itu tidak masalah? Bahkan Kalyn berserta suami dan anaknya tidak kelihatan lagi.

Cyrielle masuk ke dalam kamar Lorcan. Suaminya itu bersandar dengan mata yang melihat ke arahnya. Tangan Cyrielle gemetaran membawa bubur di tangannya. "Apa sebaiknya aku menyerahkan ini pada pelayan saja? Aku takut di marahi."

Cyrielle masuk dan meletakan bubur itu di atas nakas. Lorcan tidak mengatakan apapun pria itu terus menatapnya dengan tajam. Tatapannya itu lah yang membuatnya jadi keringat dingin. "Aku harus segera keluar dari sini!"

Cyrielle menghela napas lega setelah keluar dari kamar suaminya. Dia akan kembali lagi sekitar lima belas menit untuk mengambil mangkuk kotornya.

Namun, begitu kembali. Cyrielle menatap mangkuknya masih penuh. Lorcan sama sekali tidak menyentuhnya. Cyrielle duduk di kursinya. Meraih mangkuk bubur itu yang sudah mulai dingin. Tangannya bergerak menyendok bubur itu dan menyodorkannya pada Lorcan.

DESTINY Where stories live. Discover now